Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menjaga Keanekaragaman Ikan Air Tawar dengan Teknologi Fishway

Teknologi fishway dapat membantu menjaga keanekaragaman ikan air tawar dengan menyediakan jalur migrasi di tengah maraknya pembangunan infrastruktur yang membelah sungai.
Oleh Titis Fitriani
22 Mei 2024
Sebuah fishway yang terletak di sisi kiri sebuah bendungan.

Fishway pada Bendungan John Day, Columbia, Amerika Serikat. | Foto: US Army Corps of Engineers.

Ikan air tawar berperan penting bagi kehidupan manusia dan keseimbangan ekosistem. Dalam siklus hidupnya, mayoritas ikan air tawar melakukan migrasi untuk dapat berkembang biak. Namun, pembangunan infrastruktur yang membelah sungai, seperti bendungan, jembatan, hingga gorong-gorong, dapat menghalangi jalur ikan air tawar dalam bermigrasi. Terkait hal ini, penggunaan teknologi fishway dapat membantu menyediakan jalur migrasi bagi ikan air tawar di tengah maraknya pembangunan infrastruktur di wilayah sungai.

Menurunnya Keanekaragaman Ikan Air Tawar

Laporan World Wide Fund for Nature (WWF) berjudul “The World’s Forgotten Fishes” mengungkap bahwa 51% dari seluruh spesies ikan di dunia merupakan ikan air tawar. Secara global, ikan air tawar menjadi sumber makanan bagi sekitar 200 juta orang dan sumber pendapatan bagi sekitar 60 juta orang. Ironisnya, sepertiga spesies ikan air tawar dalam keadaan terancam punah, dengan 80 spesies telah berstatus punah.

Indonesia sendiri diperkirakan memiliki 1.300 spesies ikan air tawar, nomor dua terkaya di dunia setelah Brazil. Sayangnya, 8% dari jumlah spesies tersebut terancam punah. Di antara berbagai hal yang mengancam keanekaragaman ikan air tawar, fragmentasi habitat akibat pembangunan infrastruktur mendapat banyak sorotan.

Infrastruktur memang dibutuhkan dalam pembangunan. Namun, pembangunan infrastruktur yang berdampak pada habitat ikan air tawar, dapat mengganggu dan merusak siklus migrasi ikan. Padahal, sekitar 80% spesies ikan air tawar di Indonesia membutuhkan migrasi dalam siklus hidupnya untuk berbagai hal, misalnya untuk berkembang biak dan mencari makan. Sebagai contoh, dalam pembangunan Bendungan Perjaya di Sungai Komering, Sumatera Selatan, terjadi penurunan jumlah spesies ikan dari 50 spesies menjadi 30 spesies.

Mengenal Teknologi Fishway

Teknologi fishway dikenal dapat membantu mengatasi permasalahan yang menghalangi jalur migrasi ikan air tawar. Dikenal juga sebagai fish ladder atau fish passage, teknologi ini merupakan infrastruktur yang dapat memfasilitasi migrasi ikan agar dapat melintasi bangunan yang melintangi sungai, seperti bendungan. 

Bentuk fishway beragam dan desainnya dibuat sesuai dengan keadaan sungai serta bendungan yang dibangun. Namun konsep dasar dari fishway, yang biasanya dibangun di sisi kanan atau kiri suatu bendungan, adalah sebuah jembatan yang terdiri dari beberapa kolam dengan level atau ketinggian berbeda. Level berbeda ini kemudian berfungsi sebagai tangga bagi ikan untuk dapat bermigrasi dari hilir ke hulu sungai, atau sebaliknya. 

Penerapan fishway memerlukan kolaborasi ilmu perikanan serta fisika. Hal ini disebabkan karena pola aliran air, kecepatan, turbulensi, hingga tinggi level kolam-kolam yang ada pada fishway harus disesuaikan dengan kemampuan spesies ikan yang menghuni sungai terkait. Dengan begitu, tidak ada standar tetap mengenai desain maupun jenis fishway yang dapat dipakai pada suatu sungai atau bendungan. Dalam praktiknya, penggunaan fishway juga melibatkan masyarakat lokal sekitar sungai untuk memantau perpindahan atau migrasi ikan endemik. 

Fishway di Indonesia

Penggunaan teknologi fishway di kawasan Asia Tenggara mulai meningkat. Namun, di Indonesia, hingga pertengahan tahun 2024, dari 3.530 bendungan yang telah dibangun, hanya empat yang telah dilengkapi dengan fishway, di antaranya adalah Bendung Perjaya di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan; Bendungan Batanghari di Sungai Dharmasraya, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat; dan Dam Poso 1 serta Bendung PLTA Poso 2 di Sulawesi Tengah.

Pada Mei 2024, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Charles Sturt University, Australia, dan Australian Centre For International Agricultural Research (ACIAR) untuk memulai proyek pengembangan dan penelitian fishway di Indonesia. Kerja sama ini berfokus untuk menyelamatkan spesies ikan Sidat yang merupakan spesies ikan air tawar asli Indonesia. Dalam jangka panjang, proyek ini diproyeksikan untuk menjaga keanekaragaman spesies ikan air tawar lain di Indonesia.

Kolaborasi Semua Pihak

Pemanfaatan teknologi fishway memerlukan kolaborasi berbagai pihak, utamanya peneliti dan pemerintah, mengingat lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan teknologi ini, mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi efektivitas. Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah data yang memadai mengenai keberadaan serta sebaran spesies ikan air tawar di Indonesia, sehingga dapat menjadi titik berangkat upaya konservasi keanekaragaman ikan air tawar.

Namun, fishway bukanlah satu-satunya cara untuk mencegah kepunahan berbagai spesies ikan air tawar. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai tindakan lain yang mendesak, di antaranya penerapan perikanan air tawar yang berkelanjutan, penegakan hukum regulasi pencemaran sungai, hingga pelibatan masyarakat dalam menjaga ekosistem serta kebersihan sungai.

Editor: Abul Muamar


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Titis Fitriani
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Titis adalah Reporter di Green Network Asia. Ia adalah lulusan program sarjana Ilmu Hukum di Universitas Brawijaya. Ia memiliki passion di bidang penelitian lintas disiplin, penulisan, dan pengembangan komunitas.

  • Titis Fitriani
    https://greennetwork.id/author/titisfitriani/
    Meningkatkan Kualitas Kesehatan Difabel di Lamongan melalui Program TAS MANTRI
  • Titis Fitriani
    https://greennetwork.id/author/titisfitriani/
    PMA Pendidikan ‘Widyalaya’ untuk Tingkatkan Akses dan Inklusivitas Pendidikan
  • Titis Fitriani
    https://greennetwork.id/author/titisfitriani/
    Meningkatkan Kualitas Pendidikan Vokasi melalui Pendanaan
  • Titis Fitriani
    https://greennetwork.id/author/titisfitriani/
    Upaya Sumba Sustainable Solutions Tingkatkan Akses Listrik di Pedalaman Sumba

Continue Reading

Sebelumnya: Perihal Ketimpangan Kesempatan dan Bagaimana Mengatasinya
Berikutnya: Menurunnya Keanekaragaman Hayati dan Meningkatnya Penyakit Menular

Artikel Terkait

seekor orangutan duduk di ranting pohon di hutan GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Oleh Abul Muamar
20 Juni 2025
mesin tik dengan kertas bertuliskan “artificial intelligence” Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab
  • Kabar
  • Unggulan

Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab

Oleh Ayu Nabilah
20 Juni 2025
Pulau-pulau kecil di tengah laut Raja Ampat Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam

Oleh Andi Batara
19 Juni 2025
bunga matahari yang layu Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana

Oleh Kresentia Madina
19 Juni 2025
tulisan esg di atas peta negara ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?
  • Opini
  • Unggulan

ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?

Oleh Setyo Budiantoro
18 Juni 2025
beberapa megafon terpasang pada pilar Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik

Oleh Kresentia Madina
18 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.