Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Harlah ke-63 Lesbumi NU: Pentingnya Tingkatkan Peran Kebudayaan untuk Atasi Masalah Dunia

Oleh Abul Muamar
24 Juni 2023
Peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023). | Foto: Lesbumi NU.

Peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023). | Foto: Lesbumi NU.

Kebudayaan adalah inti dari kehidupan, serta ruh bagi entitas sebuah bangsa. Kebudayaan memiliki kekuatan besar untuk merespons berbagai persoalan dunia seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, pandemi, kemiskinan dan ketimpangan, hingga krisis pangan dan air bersih. Namun, kebudayaan tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan bergerak ke mana-mana jika hanya mengawang di tataran konsep dan pemikiran. Untuk itu, kebudayaan mesti diwujudkan ke dalam tindakan konkret agar dapat memberikan dampak berarti bagi kehidupan.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dalam pidato kebangsaan yang disampaikan pada malam puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-63 Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) yang digelar di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023). Konsolidasi ekonomi dan politik penting tidak hanya untuk mengatasi permasalahan dunia, tetapi juga untuk memajukan kebudayaan itu sendiri.

“Gagasan-gagasan tentang kebudayaan tidak akan membuahkan apa-apa tanpa konsolidasi ekonomi dan politik. Kalau kita berpikir tentang budaya, kita harus susun visi yang komprehensif menyangkut ekonomi dan politik. Kalau tidak, kebudayaan tidak akan produktif dan hanya akan menjadi produk-produk kesenian yang masuk ke dalam industri yang disetir oleh kepentingan-kepentingan ekonomi. Kita tidak bisa terus memikirkan budaya secara zuhud,” ujar Gus Yahya.

Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya saat menyampaikan pidato kebangsaan. | Foto: Lesbumi PBNU.
Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya saat menyampaikan pidato kebangsaan. | Foto: Lesbumi PBNU.

Dalam pidatonya, Gus Yahya juga mengingatkan akan pentingnya menjaga kontinuitas tradisi seni-budaya yang diwariskan dari generasi terdahulu. Hal itu penting agar nilai-nilai kearifan yang tersimpan di dalam tradisi terdahulu tetap berlanjut dan dapat dilestarikan.

“Pembaharuan apapun dalam semua bidang, harus tetap punya kontinuitas dari tradisi yang diwariskan oleh generasi sebelumnya. Tidak bisa satu tradisi diruntuhkan begitu saja, kemudian dibangun tradisi yang baru. Hal seperti itu hanya akan menyebabkan chaos (kekacauan). Jadi harus ada nalar kontinuitas dari warisan atau tradisi lama,” katanya. 

Pentingnya Nalar Kontinuitas dalam Kebudayaan

Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula saat membuka acara peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU yang digelar di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023). | Foto: Lesbumi PBNU.
Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula saat membuka acara peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU yang digelar di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023). | Foto: Lesbumi PBNU.

Mengusung tema “Mencari Pancer Kebudayaan di Tengah Percaturan Ideologi”, malam puncak peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU dibuka oleh Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula. “Ketika lahir di dunia, ada sedulur 4, 5 pancer. Secara alami ada air ketuban, ari-ari, darah, dan tali pusar. Ini sedulur 4. Pancernya adalah diri kita. Kelimanya menjadi satu kesatuan di dalam rahim. Ini 4 saudara dengan satu pancer yang kuat mendefinisikan kemanusiaan kita akan utuh. Itulah harapan kita semua di dalam kehidupan setelah kelahiran. Diibaratkan dengan kelahiran manusia, ada 4 saudara dan 1 pancer. Kalau kelimanya tidak menjadi satu kesatuan yang utuh, maka kemanusiaan kita tidak akan sempurna. Demikian juga di dalam produksi budaya, kita bisa bertanya, di antara empat daya kreatif: cipta, rasa, karsa dan karya, di manakah pancernya?” kata Kiai Jadul, menjelaskan makna dari tema yang diangkat.

Acara kemudian dilanjutkan dengan dengan dialog Kebudayaan, menghadirkan Dirjen Kebudayaan Kemdikbudristek Hilmar Farid, budayawan Taufik Rahzen, seniman Inaya Wahid, serta aktris Christine Hakim. 

Dalam paparannya, Hilmar menyampaikan pentingnya nalar kontinuitas dalam kebudayaan untuk merespons berbagai tantangan dunia. Dampak Pandemi COVID-19 dan perubahan iklim yang telah kita saksikan dalam beberapa tahun terakhir membuat nalar tersebut menjadi semakin mendesak untuk diterapkan.

“COVID tidak mengenal wacana. Perubahan iklim tidak mengenal konsep-konsep. Dia akan ada terus secara konstan kalau kita tidak melakukan sesuatu. Indonesia, dengan keanekaragaman budaya dan keanekaragaman hayati yang luar biasa, itu anugerah. Tapi sampai saat ini kita masih sibuk berdebat mengenai hal-hal yang mestinya selesai 70, 80 atau 100 tahun lalu,” kata Hilmar.

Narasumber dan moderator Dialog Kebudayaan dalam Harlah ke-63 Lesbumi NU di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023). Dari kiri ke kanan: Abdullah Wong (moderator), aktris Christine Hakim, Dirjen Kebudayaan Kemdikbudristek Hilmar Farid, budayawan Taufik Rahzen, seniman Inaya Wahid, dan seniman Inaya Wahid. | Foto: Lesbumi PBNU
Narasumber dan moderator Dialog Kebudayaan dalam Harlah ke-63 Lesbumi NU di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023). Dari kiri ke kanan: Abdullah Wong (moderator), aktris Christine Hakim, Dirjen Kebudayaan Kemdikbudristek Hilmar Farid, budayawan Taufik Rahzen, seniman Inaya Wahid, dan seniman Inaya Wahid. | Foto: Lesbumi PBNU

“Pada akhirnya adalah kemampuan untuk mengkonsolidasi, sehingga tugas untuk menjadikan Indonesia sebagai kenyataan kultural bisa terjadi, dan Indonesia bisa melangkah maju sebagai kekuatan kultural. Tanpa itu, kita akan terus maju-mundur dalam kenyataan ekonomi dan politik,” Hilmar menambahkan.

Sediakan Pengobatan Tradisional Gratis

Sejumlah orang menikmati pengobatan tradisional gratis dalam peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU. | Foto: Lesbumi NU.
Sejumlah orang menikmati pengobatan tradisional gratis dalam peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU. | Foto: Lesbumi NU.

Harlah ke-63 Lesbumi NU juga diisi dengan bakti sosial pengobatan tradisional gratis oleh Lesbumi PCNU Bekasi, yang dimulai sejak pukul 09.00 sampai 16.00 WIB. Pengobatan yang diberikan antara lain berupa gurah, bekam, pijat, dan terapi saraf. 

Selain Dialog Kebudayaan dan pengobatan tradisional gratis, Harlah ke-63 Lesbumi NU juga menyuguhkan beberapa pertunjukan seni-budaya, di antaranya Wayang Wolak-Walik oleh Jumaali Darmokondo, Tarawangsa dan Karinding oleh Lesbumi PCNU Garut, Monolog Abdullah Wong, pertunjukan wayang kulit dari Ki Ardhi Poerboantono, Tari Sufi Lesbumi Jakut, dan penampilan dari Varid Putra Mbah Surip.

Sebelumnya, peringatan Harlah ke-63 Lesbumi NU telah digelar di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya 168, Senen, Jakarta Pusat, pada 12 Mei lalu.

Editor: Marlis Afridah


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Abul Muamar
Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor di beberapa media tingkat nasional.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengulik Dampak Lingkungan dan Kesehatan dari Industri Nikel di Teluk Weda
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Kolaborasi Indonesia-PBB dalam Penyediaan Lapangan Kerja dan Perlindungan Sosial
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Sekolah Lansia dan Hal-Hal yang Diperlukan untuk Mendukung Kesejahteraan Lansia

Continue Reading

Sebelumnya: Ketimpangan Sosial Perparah Krisis Air Perkotaan
Berikutnya: Mendorong Investasi Swasta dalam Pembangunan Kota Berketahanan Iklim

Artikel Terkait

seekor orangutan duduk di ranting pohon di hutan GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GEF Danai Dua Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Oleh Abul Muamar
20 Juni 2025
mesin tik dengan kertas bertuliskan “artificial intelligence” Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab
  • Kabar
  • Unggulan

Pentingnya Regulasi AI untuk Penggunaan AI yang Bertanggung Jawab

Oleh Ayu Nabilah
20 Juni 2025
Pulau-pulau kecil di tengah laut Raja Ampat Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Tambang Nikel Raja Ampat dan Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam

Oleh Andi Batara
19 Juni 2025
bunga matahari yang layu Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemantauan Kekeringan Komprehensif dan Partisipatif untuk Tingkatkan Mitigasi Bencana

Oleh Kresentia Madina
19 Juni 2025
tulisan esg di atas peta negara ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?
  • Opini
  • Unggulan

ESG Saja Tidak Cukup: Mengapa Dunia Butuh CSV dan SDGs?

Oleh Setyo Budiantoro
18 Juni 2025
beberapa megafon terpasang pada pilar Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Peran Komunikasi Risiko untuk Kesiapsiagaan Bencana yang Lebih Baik

Oleh Kresentia Madina
18 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.