Fitoremediasi sebagai Strategi untuk Remediasi Tanah

Foto: Mufid Majnun di Unsplash
Tanah merupakan elemen fundamental dalam kehidupan, menopang sekitar 95% produksi pangan sekaligus menjaga fungsi lahan dan ekosistem. Namun, pesatnya perkembangan industri telah menyebabkan peningkatan pembuangan limbah yang dapat mencemari tanah dengan logam berat, pestisida, dan bahan kimia berbahaya lainnya jika tidak dikelola dengan baik. Dalam hal ini, fitoremediasi dapat menjadi solusi.
Namun, apakah tanaman yang digunakan dalam metode ini tetap aman untuk dikonsumsi?
Strategi Remediasi Tanah
Pencemaran tanah yang semakin meluas menekankan urgensi remediasi tanah untuk menjaga kesehatan dan fungsinya. Remediasi tanah adalah proses ‘pembersihan’ tanah yang terkontaminasi oleh polutan. Ada beberapa strategi remediasi tanah, seperti teknik kimiawi yang melibatkan panas, elektroremediasi, pelindian kimiawi, dll. Namun, metode ini sering kali mahal dan berisiko menurunkan kesuburan tanah.
Sebagai alternatif, fitoremediasi menawarkan solusi yang lebih berkelanjutan, efisien, dan hemat biaya. Metode ini memanfaatkan tanaman serta mikroba tanah untuk mengurangi tingkat atau efek toksik dari kontaminan lingkungan, khususnya di tanah dan air. Fitoremediasi dapat dilakukan dengan lima cara, tergantung pada kondisi tanah, jenis polutan, dan spesies tanaman, yakni: fitodegradasi, fitovolatilisasi, fitoekstraksi, fitostabilisasi, dan rizofiltrasi. Rizofiltrasi umumnya diterapkan pada perairan dengan konsentrasi polutan rendah.
Studi Kasus: Fitoremediasi Kangkung
Fitoremediasi biasanya memanfaatkan tanaman air terapung yang mudah tumbuh di iklim tropis. Salah satu contohnya adalah kangkung (Ipomoea aquatica), yang dianggap efektif dalam mengolah limbah cair dan menyerap nutrisi dalam tanah.
Dalam proses rhizofiltrasi, akar tanaman menyerap kontaminan dari air dan menyebarkannya ke bagian atas tanaman seperti batang, daun, bunga, dan tangkai. Akar berperan sebagai penyaring alami, yang menyerap bahan-bahan tersuspensi dan mendukung pertumbuhan mikroba yang membantu mengurangi kelebihan nutrisi dari kolom air.
Meski fitoremediasi membantu remediasi tanah, kontaminan logam yang diserap oleh kangkung air akan terakumulasi seiring waktu. Paparan logam berat dalam jangka panjang akan mengganggu proses fotosintesis yang memengaruhi pertumbuhan serta menyebabkan daun menguning serta layu.
Memastikan Keamanan Konsumsi
Fitoremediasi merupakan salah satu metode alami yang mendukung upaya restorasi ekosistem. Namun, dalam penerapannya, kita harus lebih berhati-hati untuk memastikan tanaman yang digunakan dalam prosesnya tidak terbuang sia-sia dan tetap aman untuk dikonsumsi. Sebagai contoh, sebuah penelitian menunjukkan bahwa merebus kangkung selama lima menit merupakan cara paling efektif untuk menurunkan kadar timbal tanpa menghilangkan kandungan nutrisinya.
Karena air, tanah, dan sayuran merupakan elemen penting kehidupan, mengembangkan solusi inovatif untuk menjaga kesehatan tanah menjadi hal yang penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mendukung kesejahteraan semua orang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi lebih banyak jenis tanaman yang efektif untuk fitoremediasi yang tetap aman untuk dikonsumsi setelahnya.
Penerjemah: Kesya Arla
Editor: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Berlangganan GNA Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, akselerasi dampak positif Anda untuk masyarakat (people) dan lingkungan (the planet).