Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Penutupan TPA Open Dumping dan Dampak yang Mesti Diantisipasi

Kementerian Lingkungan Hidup menyampaikan rencana penutupan 306 dari 550 TPA yang masih menerapkan sistem pembuangan terbuka (TPA open dumping) sampai akhir tahun 2025. Namun, ada dampak yang mesti diantisipasi dari langkah ini.
Oleh Abul Muamar
19 Februari 2025
sekelompok pemulung mengumpulkan sampah di tempat pembuangan sampah akhir dengan alat pengeruk sampah berwarna kuning di tengah mereka

Sejumlah pemulung mengumpulkan sampah di TPA Terjun, Medan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara. | Foto: Abul Muamar.

Setiap hari, ribuan atau bahkan jutaan orang menghasilkan sampah beraneka jenis, mulai dari sampah makanan hingga sampah plastik. Umumnya, orang-orang hanya akan mengumpulkan sampah-sampah tersebut, membungkusnya di dalam kantong besar, sebelum kemudian diangkut oleh petugas pengangkut sampah, hingga berakhir di tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Demikian terus setiap hari hingga cepat atau lambat TPA tak lagi mampu menampung buangan sampah, seperti yang telah terjadi di berbagai daerah. Terkait hal ini, Kementerian Lingkungan Hidup akan mempercepat penutupan TPA open dumping di seluruh daerah.

TPA Open Dumping dan Dampaknya

TPA open dumping merujuk pada sistem pengelolaan sampah dengan membuang sampah di lahan terbuka tanpa penutupan, pengamanan, atau perlakuan apapun. Open dumping telah dilarang berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 Pasal 44 dan 45, yang menyatakan bahwa “pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka”, dan penutupan harus dilakukan dalam kurun waktu paling lama lima tahun sejak peraturan tersebut berlaku. Namun kenyataannya, hingga tahun 2025, masih ada ratusan TPA open dumping di berbagai daerah yang masih beroperasi.

Open dumping tidak lagi direkomendasikan karena membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Metode ini menyebabkan pencemaran lingkungan secara signifikan, terutama pencemaran tanah dan air akibat air lindi dan pencemaran udara karena bau dari sampah yang membusuk. Sampah yang menumpuk dan tidak terkelola juga melepaskan gas metana dalam jumlah besar, dan berkontribusi terhadap pemanasan suhu Bumi yang menyebabkan perubahan iklim. Selain itu, TPA open dumping juga menjadi tempat berkembang biaknya berbagai vektor penyakit seperti lalat, tikus, nyamuk, dan lainnya.

Maju-Mundur Penutupan TPA

Pada November 2024, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyampaikan rencana penutupan 306 dari 550 TPA yang masih menerapkan sistem open dumping sampai akhir tahun 2025. Rencana tersebut disertai dengan surat paksaan kepada 343 pemerintah daerah untuk segera menutup TPA open dumping di daerah masing-masing, serta pemberian sanksi kepada pengelola TPA yang melanggar. Selain itu, KLH juga menyurati 613 produsen besar untuk mempercepat penyelesaian peta jalan pengurangan sampah sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 75 Tahun 2019.

“Kami sedang menyusun langkah-langkah penanganan kuratif terhadap seluruh sampah di Indonesia. Mungkin agak pahit, tapi memang itu harus kami lakukan,” kata Hanif Faisol Nurofiq, Menteri Lingkungan Hidup.

Instruksi penutupan TPA open dumping sejatinya telah disampaikan sejak tahun 2009 oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Namun, rencana penutupan maju-mundur karena berbagai faktor, terutama karena tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengelolaan sampah solutif yang lebih efektif, ramah lingkungan, sekaligus berdampak baik bagi perekonomian masyarakat.

Menuju Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan

Penutupan TPA open dumping di seluruh daerah memang merupakan kabar baik, terutama dari aspek lingkungan hidup yang menunjang kesehatan masyarakat. Namun, langkah ini harus diantisipasi dengan metode pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Di antara berbagai metode baru yang muncul adalah Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang dianggap sebagai salah satu metode yang ramah lingkungan. Yang lebih transformatif adalah mengubah pendekatan pengelolaan sampah dengan mengurangi sampah dari sumbernya dan menerapkan prinsip “nol sampah ke TPA”. Memilah sampah dengan benar dan efektif dari rumah masing-masing adalah langkah yang sangat berarti yang dapat kita lakukan secara individu. Lebih dari itu, mendorong penerapan prinsip ekonomi sirkular dan tanggung jawab produsen yang diperluas (Extended Producer Responsibility/EPR) di kalangan bisnis juga merupakan langkah yang sangat penting.

Namun penting juga diingat bahwa selama ini, TPA merupakan sumber penghidupan bagi ribuan orang, terutama pemulung dan pengepul, yang kekurangan atau bahkan tidak memiliki akses ke pekerjaan atau peluang ekonomi lain. Menutup TPA begitu saja berarti melenyapkan mata pencaharian mereka. Oleh karena itu, seluruh dampak yang mungkin muncul dari penutupan TPA open dumping harus diantisipasi secara komprehensif sejak awal, tidak hanya dari aspek lingkungan tetapi juga dari aspek sosial-ekonomi, agar langkah ini tidak meninggalkan seorang pun di belakang. Sebaliknya, meningkatkan keterlibatan aktor-aktor di sektor informal, seperti pemulung, pengepul sampah, dan pengelola bank sampah dalam metode pengelolaan sampah yang baru, akan menjadi langkah yang berarti.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Abul Muamar
Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor di beberapa media tingkat nasional.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa

Continue Reading

Sebelumnya: Degradasi Ekosistem Gambut: Bagaimana Mengatasinya?
Berikutnya: Sejauh Mana Perkembangan Pekerjaan yang Layak di Asia Pasifik?

Artikel Terkait

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Sri Maulida
2 Juli 2025
seorang nelayan berdiri di kapal kecil di tengah perairan Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE

Oleh Abul Muamar
1 Juli 2025
tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025
kaca yang retak Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan

Oleh Abul Muamar
27 Juni 2025
kumbang kepik menempel di dedaunan Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan
  • Kabar
  • Unggulan

Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan

Oleh Kresentia Madina
27 Juni 2025
lahan sawah dengan pepohonan kelapa di belakang Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Oleh Abul Muamar
26 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.