Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Melihat Praktik Simbiosis Industri untuk Sumber Daya Bioenergi

Bioenergi dari biomassa membutuhkan biaya lingkungan yang besar. Lantas, bagaimana simbiosis industri dapat menawarkan solusi?
Oleh Ayu Nabilah
18 Maret 2025
kawasan industri terintegrasi dari atas

Foto oleh CHUTTERSNAP di Unsplash.

Di tengah pemanasan global yang semakin meningkat, akselerasi transisi energi menjadi kebutuhan yang semakin mendesak. Salah satu alternatif energi terbarukan yang menjanjikan adalah biomassa dari sumber daya alam. Namun, pemanfaatan energi biomassa dalam skala besar membutuhkan sumber energi yang berkelanjutan agar Bumi tidak semakin rusak. Dalam hal ini, praktik simbiosis industri dapat menjadi solusi.

Tantangan Sumber Energi

Bahan-bahan energi biomassa umumnya bersumber dari tanaman, kayu, dan limbah. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan energi biomassa yang bersumber dari tanaman dan pohon mengalami pertumbuhan pesat. Sebagai contoh, dalam rentang tahun 2021 dan 2023, jumlah biomassa pelet kayu yang diimpor dari Indonesia ke Korea Selatan dan Jepang melonjak dari 49,8 ton menjadi 68.025 ton, dan 54 ton menjadi 52.734 ton. Untuk memenuhi kebutuhan produksi skala besar, deforestasi semakin sulit dihindari. Pada tahun 2023 saja, sekitar 1.000 hektare hutan di Gorontalo, Indonesia, ditebang untuk ekspor pelet kayu.

Pada saat yang sama, kebutuhan akan sumber bioenergi dari tanaman dapat meningkatkan praktik perkebunan monokultur, yang menjadi alasan umum di balik deforestasi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, monokultur tebu dapat menurunkan kualitas tanah, fungsi hidrologi, dan keanekaragaman hayati. Kondisi ini akan mengganggu produktivitas tanaman secara keseluruhan.

Atas pertimbangan kerusakan lingkungan dari kedua jenis sumber bahan baku tersebut, beberapa peneliti menyarankan untuk berfokus pada penggunaan limbah. Limbah industri, terutama limbah biomassa, dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan skala besar. Namun, ketersediaan dan keberlanjutan limbah masih sangat dipertanyakan. Perlu ada sistem yang kompatibel untuk mewujudkannya.

Simbiosis Industri sebagai Solusi

Simbiosis industri dapat menjadi pilihan untuk praktik pengolahan limbah menjadi energi. Secara umum, simbiosis industri adalah penggunaan sumber daya yang kurang dimanfaatkan (limbah, produk sampingan, dan residu) dari satu pabrik sebagai bahan baku pabrik lain dan infrastruktur bersama. Simbiosis industri memungkinkan limbah industri dapat diproses tanpa biaya transportasi yang tinggi serta tanpa melibatkan alih fungsi lahan. Pendekatan ini juga berpotensi menghemat biaya, karena perusahaan tidak perlu mengelola limbah mereka sendiri dan bahkan dapat menghasilkan pendapatan baru dari limbah tersebut.

Simbiosis industri telah berhasil diterapkan di beberapa negara dengan menghubungkan berbagai industri di daerah terdekat. Beberapa contohnya:

  • Kalundborg, Denmark: biomassa residu dari Novozymes dan Novo Nordisk (bubur ragi) diubah menjadi biometana, yang kemudian dikirim ke perusahaan-perusahaan lokal dan konsumen ritel melalui jaringan gas nasional.
  • Rizhao Eco-industrial Park, Tiongkok: pabrik pulp dan kertas menerima kayu bekas dari pabrik kayu dan mengubahnya menjadi serpihan kayu, kemudian diproses menjadi arang.

Dua contoh di atas menunjukkan bahwa simbiosis industri dapat menawarkan solusi untuk dilema sumber energi biomassa. Namun, kompatibilitas limbah dan skala produksi harus dipelajari lebih lanjut karena potensinya akan bervariasi dari satu industri ke industri lainnya. Industri juga harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan dan infrastruktur yang mendukung untuk mendorong transisi menuju energi yang lebih bersih dan ekonomi sirkular.

Pada akhirnya, upaya pembangunan berkelanjutan tidak dapat berjalan sendiri-sendiri; melainkan membutuhkan kolaborasi inovatif lintas sektoral dari pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil untuk kesejahteraan manusia dan planet Bumi.

Penerjemah: Kesya Arla

Editor: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Continue Reading

Sebelumnya: Kondisi Kelam Pekerja Kapal Penangkap Ikan di Indonesia
Berikutnya: Potensi Eksploitasi Spesies Liar Masih Terus Berlanjut

Artikel Terkait

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Sri Maulida
2 Juli 2025
bendera tuvalu Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu
  • Kabar
  • Unggulan

Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu

Oleh Kresentia Madina
2 Juli 2025
seorang nelayan berdiri di kapal kecil di tengah perairan Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE

Oleh Abul Muamar
1 Juli 2025
tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025
kaca yang retak Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan

Oleh Abul Muamar
27 Juni 2025
kumbang kepik menempel di dedaunan Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan
  • Kabar
  • Unggulan

Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan

Oleh Kresentia Madina
27 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.