Gerakan Masjid BERKAH: Kolaborasi Pengelolaan Sampah di Kota Bandung

Perwakilan peserta, panitia, dan mitra Gerakan Masjid BERKAH. | Foto: Dokumentasi Gerakan Masjid BERKAH.
Isu penumpukan dan pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Kota Bandung. Tumpukan sampah di kota ini diperkirakan 55 kali lebih besar dibanding Candi Borobudur setiap tahunnya. Longsor gunungan sampah di TPA Sarimukti yang terjadi pada Maret 2025, melengkapi berbagai alarm peringatan ledakan bom sampah yang terus berbunyi selama puluhan tahun.
Mau sampai kapan lagi kita membiarkan alarm ini terus berbunyi, menanam semakin banyak bom sampah, dan membiarkan itu semua meledak pada waktu yang tak terduga? Haruskah tragedi “Bandung Lautan Sampah” pada tahun 2005 terulang lagi?
Membendung Lautan Sampah dengan Gerakan Masjid BERKAH
Sebagai respons untuk menghadapi krisis sampah ini, para muda-mudi di Kota Bandung menginisiasi sebuah gerakan yang mengimplementasikan nilai spiritual dalam aksi pengelolaan sampah yang mencakup upaya pengurangan dan penanganan sampah. Adalah Gerakan Masjid BERKAH (BERsama Kurangi sampAH), yang lahir untuk misi mewujudkan masjid sebagai pelopor dan penggerak pengelolaan sampah yang mandiri dan berkelanjutan.
Bermula dari kegelisahan terhadap kenaikan timbulan sampah yang mencapai 20% pada bulan Ramadan, para aktivis pengelolaan sampah di Bandung ini membangun kolaborasi pentahelix untuk mendorong perubahan masyarakat agar bijak dalam konsumsi dan bertanggung jawab dalam mengelola sisa konsumsi yang dimulai dari lingkungan terdekat, salah satunya masjid.
Gerakan Masjid BERKAH menjangkau 60 masjid pendaftar (melibatkan pengurus DKM, remaja masjid, atau majelis taklim) saat pertama kali diluncurkan pada 19 November 2024, yang berasal dari Kota Bandung (47 masjid), Kabupaten Bandung (11 masjid), dan luar wilayah Bandung (2 masjid). Dalam program perdananya, dipilih 15 masjid untuk mengikuti pelatihan Masjid BERKAH Batch 1 secara intensif selama 4 bulan mulai Desember 2024 – Maret 2025. Melalui 11 sesi pelatihan, 3 perwakilan dari setiap masjid diajak untuk memahami keseimbangan perilaku dalam prinsip Islam, mendalami realitas yang ada, mengenali peran diri dan kelompoknya, melihat masjid sebagai bagian dari komunitas dan ekosistem sosial, lalu merancang dan melaksanakan aksi berdasarkan potensi terbaik dari masing-masing masjid.
Setiap masjid peserta didampingi oleh fasilitator dan mentor dalam merencanakan dan melakukan aksi Ramadan BERKAH. Pendampingan mencakup penyusunan berbagai strategi komunikasi, informasi, dan edukasi kepada jemaah, pencegahan dan pengurangan sampah, serta penanganan sampah.

Namun, bukan hal yang mudah bagi masjid untuk menerapkan hal-hal yang mungkin baru dan tidak biasa dibahas dalam manajemen masjid. Keunikan demografi dari setiap masjid menjadi tantangan bagi para pengurus dalam menerapkan pengelolaan sampah secara mandiri dan berkelanjutan, sehingga kehadiran gerakan ini menjadi wadah yang membantu menguatkan komitmen bersama untuk tidak putus asa.
Mengukur Sampah
Pada pelaksanaan aksi Ramadan BERKAH, setiap masjid diajak untuk melakukan pengukuran sebagai catatan data harian edukasi, pengurangan, dan penanganan sampah yang dilakukan. Meski diawali dengan banyak keraguan dari para peserta, 8 masjid telah berhasil melawan segala keterbatasan yang ada.
Mereka mencatat perkiraan jumlah jamaah sahur dan berbuka, makanan dan minuman yang habis, jumlah wadah guna ulang yang disediakan, dan berat sampah terpilah, yang terdiri dari berat sisa makanan, kemasan yang berpotensi didaur ulang, dan residu. Para peserta menunjukkan komitmen bersama untuk membangun perubahan yang terukur dengan mengorbankan waktu setelah sahur, berbuka, hingga salat malamnya untuk melaporkan data penting aksi Ramadan BERKAH.
Merawat Praktik Baik
Praktik baik Gerakan Masjid BERKAH selama Ramadan 2025 diharapkan tidak berakhir begitu saja. Pengukuran yang dilakukan oleh 8 masjid menjadi bukti bahwa perubahan bisa diwujudkan melalui komitmen bersama dan dukungan sistem agar berkelanjutan. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi titik balik dan awal yang baik untuk penerapan pengelolaan sampah di masjid-masjid lainnya. Jika dari 8 masjid saja jemaah yang teredukasi mencapai 59 ribu, bayangkan besarnya potensi terbentuknya kebiasaan baru dari aktivitas yang sama di masjid-masjid yang lain.
Bersama 31 relawan dan 14 mitra yang terlibat dalam menginisiasi gerakan ini, setiap entitas di dalamnya berusaha mewujudkan pengalaman pembelajaran dan perubahan untuk membangun kesadaran kolektif yang menjadikan masjid sebagai ruang aksi dalam upaya pengelolaan sampah yang mandiri dan berkelanjutan. Keberlanjutan gerakan ini membutuhkan niat dan komitmen yang kuat, mulai dari pengurus masjid, jemaah, pelaku usaha, pegiat lingkungan, akademisi, media, komunitas, hingga pemerintah.
Jika kolaborasi adalah kunci, maka setiap orang saat ini sedang memegang kuncinya. Gerakan ini memanggil seluruh individu untuk bersama-sama mengatasi isu penumpukan sampah. Dari gerakan ini, kita dapat belajar bahwa perubahan tidak harus dimulai dari tempat besar, tetapi cukup dari ruang yang dicintai, nilai yang diyakini, dan aksi kecil yang dijalani bersama.
Editor: Abul Muamar

Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.