Kebangkitan Pertanian Permakultur Lokal di India
Foto:Rohit Dey di Unsplash.
Metode pertanian yang berorientasi pada profit, yang melibatkan penggunaan bahan kimia dan menimbulkan dampak perubahan iklim, telah menyebabkan polusi lingkungan dan risiko ekonomi. Seiring hadirnya pertanian organik di India, teknik seperti permakultur semakin populer di kalangan petani generasi muda. Tren ini menandakan pergeseran dari praktik berbahaya menuju pertanian yang lebih berkelanjutan.
Ongkos Revolusi Hijau India
Tahun 1960-an menandai “Revolusi Hijau” India dan peralihannya menuju inovasi pertanian dengan penerapan strategi pertanian baru. Strategi-strategi tersebut mencakup penggunaan pupuk kimia dosis tinggi, beralih ke tanaman yang lebih menguntungkan, dan berinvestasi dalam infrastruktur irigasi. Kombinasi kebijakan dan kolaborasi antara ilmuwan domestik dan internasional menghasilkan rancangan ulang sistem pertanian India yang menguntungkan. Sistem ini dirancang untuk mengatasi isu kerawanan pangan di tengah pertumbuhan penduduk, kekeringan, dan masalah ekonomi.
Namun, bertahun-tahun setelah revolusi tersebut, terdapat perdebatan mengenai perlu tidaknya peralihan ke pertanian kimia ini dikaji ulang. India kini menghadapi masalah sejumlah besar air yang terkontaminasi, zona mati, emisi gas rumah kaca, degradasi tanah, dan masalah kesehatan masyarakat. Isu-isu ini menggarisbawahi kerusakan sosial dan lingkungan yang mendesak akibat praktik pertanian berbasis kimia.
Peralihan ke Permakultur
India adalah negara padat penduduk dengan sumber daya alam yang semakin terbatas. Oleh karena itu, India berupaya menerapkan metode produksi pangan baru sekaligus menyediakan mata pencaharian dan memulihkan lingkungan alami. Salah satu solusi yang dipakai adalah permakultur, sebuah pendekatan pertanian yang berupaya meniru ekosistem alami.
Pada dasarnya, permakultur menolak monokultur dan mendorong penggunaan sumber daya alam yang terbatas secara berputar. Banyak pemuda di India melihat dampak Revolusi Hijau tidak hanya merusak ekologi tetapi juga merugikan petani skala kecil. Lantas, mereka mengadopsi metode pertanian organik untuk membuat bisnis pertanian lebih mandiri.
Desain pertanian yang saling terkait ini menunjukkan bahwa lahan dapat menopang dirinya sendiri dalam ekosistemnya sendiri. Ada juga beragam hasil produksi dan produk yang dapat dijual oleh bisnis, yang berarti jika satu panen gagal karena peristiwa tak terduga seperti perubahan iklim, ada pilihan lain untuk memperoleh penghasilan.
Lebih lanjut, peralihan ke permakultur ini juga dipandang sebagai peluang bagi India untuk kembali menerapkan praktik pertanian kunonya, dengan memanfaatkan pengetahuan masyarakat adat dan lokal. Pada gilirannya, petani lokal, masyarakat adat, dan masyarakat pedesaan dapat memperoleh manfaat besar dari pertumbuhan metode pertanian alternatif ini yang menekankan pendekatan yang lebih berorientasi pada masyarakat dan merangkul koeksistensi dengan alam.
Membina Perubahan yang Bermakna
Pada tahun 2016, Sikkim, negara bagian di India Timur Laut, menjadi “negara bagian organik penuh” pertama. Hal ini dicapai melalui serangkaian kebijakan dan upaya yang dimulai sejak tahun 2003. Pemerintah negara bagian dan komunitas petani bekerja sama dalam melarang penggunaan pupuk dan pestisida kimia, memberikan pelatihan dan pendidikan kepada petani tentang teknik pertanian organik, meningkatkan kesadaran konsumen, dan banyak lagi. Kasus ini menjadi contoh betapa pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan industri untuk menciptakan perubahan yang bermakna dalam skala besar.
Ada harapan di kalangan pemuda di India bahwa ini menandai titik awal perubahan. Mereka melihat sebuah gerakan yang dapat membantu meringankan krisis agraria yang disebabkan oleh kesulitan ekonomi dan perubahan iklim. Seiring dengan semakin populernya praktik pertanian organik seperti permakultur, kombinasi antara insentif pemerintah yang kuat, kampanye kesadaran publik, pelatihan bagi petani, dan pengembangan model ekonomi serta infrastruktur yang tangguh dapat mendorong gerakan ini menuju kesuksesan yang berkelanjutan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member Sekarang
Mengulik Isu Penurunan Muka Tanah Pesisir Jawa
Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
Memanfaatkan Limbah Makanan Laut sebagai Peluang Ekonomi Biru yang Berkelanjutan
Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?