Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Pengembangan Tenaga Kerja Hijau untuk Mendukung Transisi Energi

Pemerintah menerbitkan peta jalan pengembangan tenaga kerja hijau sebagai pedoman untuk menghadapi hambatan dalam penciptaan ekosistem pekerjaan hijau di Indonesia.
Oleh Seftyana Khairunisa
9 Mei 2025
tampak atas dua orang bersalaman di atas meja yang penuh dengan kertas-kertas berilustrasikan hal-hal seputar keberlanjutan

Foto oleh Freepik.

Transisi energi menuntut adanya transformasi dalam berbagai sektor, termasuk sektor ketenagakerjaan. Dalam hal ini, pekerjaan hijau (green jobs) telah dianggap semakin penting  untuk mendukung agenda pengurangan emisi. Namun, perkembangan pekerjaan hijau di Indonesia masih terbilang lambat, sementara percepatan transisi energi semakin mendesak. Terkait hal ini, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan peta jalan untuk mendukung pengembangan tenaga kerja hijau di Indonesia.

Tenaga Kerja Hijau Indonesia dan Tantangannya

Menurut Bappenas, jumlah tenaga kerja hijau di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan sekitar 4 juta orang atau hanya 2,7% dari total tenaga kerja. Sementara itu, jumlah pekerjaan yang berpotensi menjadi hijau diproyeksikan sebanyak 56 juta pada 2025 dan dapat meningkat menjadi 72 juta pada 2029. Angka ini menunjukkan adanya potensi tenaga kerja di Indonesia untuk bertransformasi menjadi tenaga kerja hijau.

Namun, potensi tersebut bisa jadi tidak termanfaatkan dengan baik karena saat ini masih banyak tantangan.  Beberapa tantangan utama adalah kesenjangan kompetensi dan keterampilan teknis, keterbatasan pelatihan dan sertifikasi, serta minimnya keterhubungan dengan kebutuhan industri. Secara umum, hambatan pengembangan tenaga kerja hijau ini juga disebabkan oleh faktor struktural, seperti kesenjangan akses pendidikan, minimnya integrasi konsep keberlanjutan dalam kurikulum, investasi dan insentif fiskal yang tidak memadai, hingga rendahnya kesadaran publik serta keterbatasan inklusi bagi masyarakat yang terpinggirkan.

Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau

Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau disusun untuk memberikan arah strategis, panduan kebijakan, dan kerangka sinergi antarpemangku kepentingan guna memastikan agar tenaga kerja siap menghadapi tantangan transisi hijau. Peta jalan ini mencakup periode 2025 – 2045 dan diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Peta jalan ini merupakan hasil kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari Bappenas, Kementerian Ketenagakerjaan, serikat pekerja, organisasi masyarakat sipil, serta mitra pembangunan internasional dari pemerintah Jerman, Australia, hingga Bank Dunia. Peluncuran peta jalan ini juga menjadi bagian dari peringatan 50 tahun kerja sama pembangunan antara Jerman dan Indonesia.

Terdapat tiga misi utama yang menjadi pilar strategis dalam peta jalan ini. Ketiga misi tersebut adalah membangun ekosistem yang kondusif bagi tumbuhnya pekerjaan dan tenaga kerja hijau, meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM hijau, dan mengoptimalkan peran aktif asosiasi profesi, dunia usaha, industri, dan dunia kerja.

Misi tersebut diterjemahkan dalam serangkaian strategi yang mencakup penguatan kebijakan, pengembangan kompetensi teknis dan transformatif, kemitraan erat antara sektor pendidikan dan pelatihan dengan dunia industri, serta pembangunan sistem informasi ketenagakerjaan hijau yang berbasis data dan dapat diakses oleh seluruh pemangku kepentingan.

Selain itu, terdapat delapan sektor yang diprioritaskan dalam peta jalan ini yang berpotensi besar dalam penciptaan pekerjaan hijau namun masih menghadapi berbagai tantangan. Kedelapan sektor tersebut adalah energi terbarukan, kehutanan, proses industri, limbah dan daur ulang, pertanian berkelanjutan, transportasi berkelanjutan, pariwisata, hingga pesisir dan kelautan.

Menciptakan Ekosistem Pendukung

Kolaborasi menjadi hal penting dalam menyiapkan ketersediaan pasar kerja yang sesuai dengan agenda transisi energi. Peta jalan ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam menghadapi berbagai hambatan dan tantangan dalam pengembangan pekerjaan dan tenaga kerja hijau. Akan tetapi, pedoman ini harus bisa diikuti dengan implementasi yang efektif dan disesuaikan dengan konteks atau kebutuhan lokal. Pemerintah juga harus bisa menciptakan ekosistem pendukung untuk mengembangkan pekerjaan di sektor hijau melalui kebijakan yang tepat sasaran, memberlakukan insentif, hingga pengembangan teknologi. Dalam skala yang lebih luas, pemerintah juga harus bisa menjamin akses terhadap pekerjaan hijau dapat dijangkau oleh siapa saja sehingga berkontribusi dalam menurunkan angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Saya membayangkan dan bahkan bermimpi, bahwa dalam lima tahun ke depan, ketika seseorang ditanya ‘apa pekerjaan Anda?’, jawabannya tidak hanya soal gaji, tapi juga ‘seberapa hijau pekerjaan Anda?’ Mungkin itulah impian bersama kita: pekerjaan hijau sebagai ciri peradaban baru Indonesia,” kata Wakil Kepala Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard saat peluncuran peta jalan tersebut.

Editor: Abul Muamar

Seftyana Khairunisa
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Nisa adalah reporter dan asisten peneliti di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada. Ia memiliki minat di bidang penelitian, jurnalisme, dan isu-isu seputar hak asasi manusia.

  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mekanisme Anti-SLAPP Lewat Putusan Sela: Harapan Baru bagi Pembela Lingkungan?
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Deklarasi Sira: Memperjuangkan Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat
  • Seftyana Khairunisa
    https://greennetwork.id/author/seftyanaauliakhairunisa/
    Mengupayakan Keadilan Ekologis

Continue Reading

Sebelumnya: Bagaimana Pagar Sarang Lebah Bantu Atasi Konflik Manusia-Gajah di Afrika
Berikutnya: ISSB Usulkan Amandemen Standar Pengungkapan Keberlanjutan

Lihat Konten GNA Lainnya

Fasilitas LNG di dekat laut. Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik Dampak Proyek LNG di Tengah Pusaran Transisi Energi

Oleh Andi Batara
29 Oktober 2025
Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia