Kenalan dengan Pimpinan C20 untuk Presidensi G20 Indonesia: INFID
Organisasi Non-Pemerintah (NGO) merupakan bagian integral gerakan dunia yang mewakili masyarakat sipil. International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) adalah organisasi masyarakat sipil dengan pengalaman puluhan tahun. INFID memiliki visi “mewujudkan demokrasi, kesetaraan, keadilan sosial dan perdamaian serta terjamin dan terpenuhinya Hak Asasi Manusia (HAM) di tingkat nasional Indonesia dan global.”
Didirikan pada tahun 1985 sebagai Inter-NGO Conference on IGGI Matters (INGI), organisasi ini didirikan oleh beberapa tokoh masyarakat sipil terkemuka seperti mendiang mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan aktivis HAM Asmara Nababan. Pada tahun-tahun awal berdirinya, INFID memainkan peran penting dalam demokratisasi Indonesia melalui berbagai upaya dan usulan regulasi mengenai HAM, kebebasan pers, hak buruh, kesetaraan gender, dan lain-lain.
Kemudian pada tahun 2004, INFID diberikan status sebagai lembaga yang diakui dan terakreditasi dengan Status Konsultasi Khusus PBB dengan Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC). Status ini memberikan INFID akses untuk terlibat dalam berbagai konferensi internasional oleh PBB. INFID juga bagian dari Beyond 2015, TAP Network, dan SDSN, inisiatif-inisiatif global yang bertujuan untuk mendorong pelaksanaan dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada 2030.
Berkantor pusat di Jakarta, INFID beroperasi dalam tiga program utama: HAM & Demokrasi, Penurunan Ketimpangan, dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). INFID memiliki 88 anggota NGO di seluruh Indonesia. Organisasi ini aktif dalam publikasi hasil riset dan policy brief, advokasi dan monitoring kebijakan, dan kampanye edukasi dan kesadaran publik.
Bersama dengan organisasi anggota dan mitra, termasuk organisasi pemerintah dan masyarakat sipil tingkat nasional dan internasional, INFID dipercaya dengan banyak proyek kegiatan. Kegiatan INFID yang akan datang adalah Festival HAM tahunan 2021, yang akan diselenggarakan secara virtual dan tatap muka pada 16–19 November di Semarang.
Kegiatan INFID lainnya termasuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. G20 adalah kelompok negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang dibentuk pada tahun 1999. Anggota G20 meliputi Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Cina, Prancis, Jerman, Jepang, India, Indonesia, Italia, Meksiko, Rusia, Afrika Selatan, Arab Saudi , Korea Selatan, Turki, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni Eropa dengan tambahan Spanyol sebagai tamu tetap. G20 bertemu dalam KTT tahunan, dan Indonesia akan menjadi tuan rumah pada 2022.
Dalam rangka persiapan Presidensi G20 Indonesia 2022, Presiden Joko Widodo membentuk Komite Nasional untuk menyelenggarakan KTT tersebut sesuai Keputusan Presiden No.12 Tahun 2021 tertanggal 27 Mei 2021. Indonesia telah mengerahkan kekuatan pendorong untuk mengorganisir rekomendasi publik dari berbagai kelompok non-pemerintah. Kelompok itu meliputi Civil 20 (C20), Business 20 (B20), Labor 20 (L20), Women 20 (W20), Youth 20 (Y20), Think Tank (T20), Urban 20 (U20), dan Science 20 ( S20). INFID telah dipilih untuk memimpin kelompok C20.
C20 akan memperjuangkan isu-isu kunci yang dibagi ke dalam tujuh kelompok kerja: Akses Vaksin dan Kesehatan Global, Energi dan Iklim, Pembiayaan Pembangunan dan SDGs, Pendidikan dan Kewarganegaraan Global, Kesetaraan Gender, Anti Korupsi, dan Perpajakan Digital. Indonesia secara resmi akan menerima tongkat estafet Presidensi G20 dari Italia pada 1 Desember 2021. KTT G20 di Bali akan digelar pada November 2022 dengan motto “Recover Together, Recover Stronger”.
Editor dan Penerjemah: Marlis Afridah
Untuk membaca versi asli tulisan ini dalam bahasa Inggris, klik di sini.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.