Landfill Mining dan RDF Plant di TPST Bantargebang untuk Atasi Sampah Jakarta

Foto oleh Rizkyta Putri di Unsplash.
Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang di Bekasi selama ini dihadapkan pada masalah penumpukan sampah yang melebihi kapasitas dan diprediksi hanya mampu bertahan sampai tahun 2034. Dalam sehari, TPST Bantargebang menerima sekitar 8.000 ton lebih sampah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang semakin parah akibat gas metana serta pengasaman air dan tanah karena lindi (leachate).
Bertahun-tahun menghadapi masalah itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membangun dua fasilitas pengolahan sampah di TPST Bantargebang, yakni landfill mining dan refuse derived fuel/RDF plant.
Landfill Mining dan RDF Plant
Landfill mining adalah penambangan lahan urug pada zona yang tidak aktif. Sampah yang dikelola adalah sampah yang sudah terdekomposisi dalam kurun waktu tertentu agar dapat diproses dengan lebih mudah sehingga dapat digunakan kembali untuk berbagai kebutuhan, seperti pembuatan kompos dan RDF.
Sedangkan RDF adalah bahan bakar alternatif yang berasal dari residu (sampah) dengan nilai kalor tinggi. Dalam pengelolaan RDF, landfill mining memegang peran sentral dalam menyuplai jenis-jenis sampah yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis untuk diubah menjadi bahan bakar alternatif.
Pembangunan landfill mining dan RDF plant di TPST Bantargebang ini diharapkan mampu mereduksi sampah hingga 2.000 ton/hari, dengan rincian pengolahan sampah lama sekitar 1.000 ton/hari dan sampah baru (fresh waste) sekitar 1.000 ton/hari. Fasilitas ini juga diharapkan dapat menghasilkan RDF sekitar 700-750 ton/hari.
“RDF yang dihasilkan selanjutnya akan dimanfaatkan oleh industri semen sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan pada produksi semen. Sebuah babak baru di TPST Bantargebang. Semula yang dipandang sebagai TPA, sekarang menjadi tempat untuk pengolahan dan percontohan yang nanti akan jadi rujukan untuk seluruh Indonesia,” kata Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta saat pra-peresmian dua fasilitas itu, beberapa hari sebelum masa jabatannya berakhir.
Pendirian landfill mining dan RDF plant di TPST Bantargebang akan disusul dengan beberapa rencana pengembangan untuk mengoptimalisasi kebermanfataan TPST Bantargebang, yakni:
- Membangun fasilitas waste to energy sebanyak 3-5 unit untuk memanfaatkan 18 juta m3 sampah.
- Menjadi TPST regional bagi beberapa wilayah, yakni DKI Jakarta, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bogor.
- Menjadi pusat studi dan pengkajian sampah nasional.
Progres pekerjaan Landfill Mining dan RDF Plant saat ini telah mencapai 82% dan ditargetkan selesai pada akhir Desember 2022 dan siap beroperasi mulai Januari 2023.
“Saat proyek ini tuntas, bukan saja bisa memfasilitasi kebutuhan energi sekarang, tetapi juga saya berharap tempat ini disiapkan untuk pembelajaran bagi anak-anak kita. Karena dari mulai pengetahuan, ada proses pembiasaan, lalu nanti jadi kebiasaan. Setelah jadi kebiasaan, dia menjadi budaya. Kalau jadi budaya, dia akan menjadi peradaban baru,” imbuh Anies.
Tantangan RDF di TPST Bantargebang
Dalam pengoperasiannya, RDF plant dapat menggunakan sampah organik dan anorganik. Akan tetapi, yang menjadi tantangan, jenis sampah yang digunakan harus memiliki diameter 50-100 mm atau >100 mm. Sampah berdiameter 50-100 mm atau >100 mm dipilih sebagai bahan baku RDF karena memiliki nilai kalor yang tinggi dan konsentrasi senyawa toksik seperti logam berat serta klorin yang rendah. Sedangkan sampah berdiameter 30-50 mm atau lebih kecil, memiliki kadar air dan klorida yang tinggi sehingga kurang tepat untuk dimanfaatkan.
Tantangan muncul dari jenis sampah di TPST Bantargebang yang didominasi oleh sampah sisa makanan, yakni sebesar 43% dan rata-rata berdiameter <30 mm. Untuk mengatasi masalah ini, ada tiga cara yang dapat dilakukan, yakni:
- Pre-treatment seperti pencacahan dan pengeringan mekanis untuk mengurangi kadar air pada sampah.
- Optimalisasi proses pengayakan limbah.
- Penghapusan limbah B3 untuk menghilangkan klorin dan bahan berbahaya.
Editor: Abul Muamar
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Panji adalah Reporter & Penulis Konten In-House untuk Green Network ID. Dia meliput Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.