Langkah 1000 Days Fund Dukung Penanganan Stunting melalui Peningkatan Literasi Kesehatan

Foto: Guillaume de Germain di Unsplash.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Nutrisi yang tidak seimbang akan berdampak buruk terhadap tumbuh kembang anak, dan hal itu dapat mengancam pembangunan manusia. Sayangnya, ketidakseimbangan gizi (malnutrisi) masih banyak ditemukan di berbagai wilayah Indonesia, terutama berupa stunting pada anak-anak. Berangkat dari fakta tersebut, 1000 Days Fund berupaya untuk mendukung penanganan stunting di Indonesia dengan menggiatkan literasi kesehatan dan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan.
Stunting dan Kemiskinan
Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Anak dianggap mengalami stunting apabila tinggi badan menurut usianya (height-for-age) tidak lebih dari dua standar deviasi berdasarkan median Standar Pertumbuhan Anak.
Di Indonesia, jumlah anak balita yang mengalami stunting mencapai 21,6% atau sekitar 4,6 juta jiwa pada 2022. Nusa Tenggara Timur (35,3%), Sulawesi Barat (35%), Papua (34,6%), Nusa Tenggara Barat (32,7%) Aceh (31,2%), dan Papua Barat (30%) menjadi enam provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi. Meski mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya, angka tersebut masih jauh dari target penurunan sebesar 14% pada tahun 2024, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan stunting. Di antaranya adalah kurangnya pemberian kolostrum dan ASI eksklusif, buruknya pola konsumsi anak, kurangnya literasi kesehatan orang tua dan masyarakat, minimnya akses dan ketersediaan bahan makanan bergizi dan air bersih, serta buruknya sanitasi dan kesehatan lingkungan. Di samping itu semua, kemiskinan ekstrem—yang memengaruhi kemampuan individu/keluarga untuk mengakses kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya—menjadi faktor yang kerap berkelindan dengan stunting.
Karena itu, upaya penanganan stunting mesti dilakukan beriringan dengan langkah-langkah pengentasan kemiskinan, penguatan ketahanan pangan, pemerataan pendidikan, pelestarian dan pemulihan lingkungan, dan berbagai tantangan lainnya dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Penanganan Stunting oleh 1000 Days Fund
1000 Days Fund (Yayasan Seribu Cita Bangsa) berupaya membantu penanganan stunting di beberapa wilayah Indonesia dengan meningkatkan literasi kesehatan kepada masyarakat, terutama tentang pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan. Dalam menjalankan misinya, 1000 Days Fund menjalin kemitraan dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta berkolaborasi dengan pemerintah daerah, mulai dari tingkat provinsi hingga desa, serta Posyandu. Tiga langkah utama mereka adalah:
- Menyebarkan poster tinggi badan dan selimut pintar sebagai alat pencegahan stunting multiguna.
- Membangun Stunting Center of Excellence (SCE) di empat wilayah NTT, yaitu di Kabupaten Manggarai Barat, Kota Kupang, Kabupaten Rote Ndao, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Selain untuk melayani masyarakat, SCE juga bertujuan untuk melatih para tenaga kesehatan.
- Menguatkan kapasitas kader kesehatan dan relawan melalui Akademi Kader.
“Kami membangun SCE dan menjalin komunikasi yang berkelanjutan dengan para kader, mendampingi mereka bersama para nutrisionis, klinisi, dokter, dan ahli kesehatan masyarakat, untuk memastikan agar komunikasi yang disampaikan pada orang tua tentang nilai gizi makanan yang diberikan pada anaknya sudah tepat,” kata Zack Petersen, Managing Advisor 1.000 Days Fund.
Meningkatkan Intervensi dan Dukungan Pembiayaan
Penanganan stunting adalah pekerjaan kompleks yang membutuhkan intervensi komprehensif dan koheren dari berbagai arah, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan lintas-sektoral. Kemitraan publik-swasta perlu ditingkatkan sebagai salah satu strategi untuk mengatasi tantangan pembiayaan dalam penanganan stunting yang membutuhkan dana yang besar.
Saat ini, pemerintah telah meluncurkan 11 program intervensi spesifik untuk percepatan penurunan stunting. Intervensi spesifik ini berfokus pada dua fase, yakni fase sebelum dan saat ibu hamil yang dimulai sejak masa remaja ibu, dan fase sesudah ibu melahirkan yang berpusat pada bayi usia 0-24 bulan. Anggaran untuk intervensi ini dimuat dalam APBN sebesar Rp30,4 triliun untuk tahun 2023.
“Stunting memiliki efek jangka panjang pada kualitas kesehatan generasi penerus Indonesia. Jika kita mengharapkan generasi emas Indonesia pada 2045, pencegahan stunting harus lebih masif dilakukan,” ujar Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki sepuluh tahun pengalaman kerja di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.