Mendorong Tanggung Jawab Publik atas Jejak Karbon
Dunia tengah dilanda krisis iklim yang menyebabkan berbagai bencana dan penderitaan di berbagai tempat. Emisi karbon, baik yang dihasilkan oleh individu, komunitas, dunia usaha, hingga negara dengan jumlah besar berkontribusi terhadap pemanasan global yang menyebabkan krisis iklim. Terkait hal ini, World Resources Institute (WRI) Indonesia bekerja sama dengan CarbonEthics merilis platform EMISI yang bertujuan mendorong individu maupun organisasi bertanggung jawab secara aktif atas jejak karbon yang dihasilkan.
Emisi Karbon dan Dampaknya terhadap Lingkungan
Emisi karbon dapat diartikan sebagai gas karbon dioksida (CO2) yang lepas ke atmosfer yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil, aktivitas industri, pertanian, peternakan, pembukaan lahan, penggunaan alat-alat elektronik, dan lain sebagainya. Meski terdapat beberapa gas rumah kaca lain yang mempengaruhi pemanasan global dan perubahan iklim, seperti metana dan dinitrogen monoksida, karbon dioksida merupakan gas rumah kaca dengan jumlah terbesar.
Meningkatnya emisi karbon berkontribusi secara langsung terhadap pemanasan global, yang secara jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam bencana. Misalnya, pemanasan global dapat menyebabkan lingkungan menjadi lebih rentan terhadap bencana alam, seperti banjir akibat naiknya permukaan air laut, kebakaran hutan akibat musim kemarau berkepanjangan, cuaca tidak stabil dan gelombang panas, hingga punahnya berbagai spesies flora dan fauna. Berbagai bencana alam ini juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat hingga kestabilan ekonomi.
Pada tahun 2022, Indonesia menjadi negara ketujuh penghasil emisi karbon terbesar di dunia dengan rata-rata tiap orang menghasilkan 2,6 ton emisi karbon.
Pentingnya Tanggung Jawab atas Jejak Karbon
Emisi karbon dapat ditakar menggunakan jejak karbon (carbon footprint). Jejak karbon dapat diartikan sebagai jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dalam jangka waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat aktivitas yang dilakukan, maka semakin besar jejak karbon yang dihasilkan. Jejak karbon dapat digunakan untuk mengukur emisi karbon yang dihasilkan oleh individu, komunitas, perusahaan, hingga negara. Jejak karbon individu dapat diukur melalui total emisi karbon yang dihasilkan oleh aktivitas yang dilakukan oleh seorang individu, seperti penggunaan moda transportasi, aktivitas rumah tangga, hingga konsumsi pakaian dan makanan. Jejak karbon suatu produk dapat diukur melalui emisi karbon yang dihasilkan sepanjang siklus hidupnya, dari proses ekstraksi bahan baku, proses produksi, hingga proses pembuangannya. Sementara itu, jejak karbon perusahaan dapat diukur melalui total emisi karbon yang dihasilkan dari proses operasi perusahaan, biasanya meliputi penggunaan energi, aktivitas industri, hingga penggunaan mesin dan perlengkapan.
Metode penghitungan emisi karbon melalui jejak karbon dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban penghasil emisi. Dengan menghitung jejak karbon, penghasil emisi dapat mengetahui aktivitas sehari-hari yang menghasilkan emisi paling besar, mengetahui berapa besaran emisi yang dihasilkan, serta memetakan secara lebih jelas tindakan yang dapat dilakukan untuk bertanggung jawab dan mengurangi emisi yang dihasilkan. Dalam jangka panjang, jejak karbon juga dapat mendorong penghasil emisi menjadi lebih bijak dalam produksi dan konsumsi.
Platform EMISI
Menanggapi peningkatan emisi karbon yang dihasilkan Indonesia, WRI Indonesia dan CarbonEthics merilis platform EMISI (Emission Reduction and Sequestration Initiative/Inisiatif Pengurangan dan Sekuestrasi Emisi). Platform ini berusaha mengisi kekosongan penghitung emisi karbon (carbon calculator) yang berbasis di Indonesia, sehingga dapat lebih mudah diakses oleh masyarakat Indonesia.
Platform EMISI bertujuan untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia melalui pendekatan bottom-up, yang melibatkan masyarakat sebagai salah satu penghasil emisi, serta menekankan pentingnya pertanggungjawaban publik atas emisi yang dihasilkan. Untuk mendukung tujuan tersebut, EMISI memiliki tiga layanan, yaitu:
- Kalkulator Emisi, di mana pengguna dapat menghitung jejak karbon yang dihasilkan dalam aktivitas sehari-hari yang dihitung berdasarkan kepemilikan pakaian, penggunaan listrik dan transportasi, konsumsi makanan, hingga limbah yang dihasilkan.
- Fasilitas Tindakan Pemulihan, di mana pengguna diberi rekomendasi berapa tanaman bakau/mangrove yang perlu ditanam untuk menyerap emisi karbon yang telah dihasilkan. Platform ini juga memfasilitasi penanaman bakau melalui CarbonEthics, sehingga pengguna hanya perlu membayar sesuai anggaran yang diperlukan.
- Dukungan Perubahan Gaya Hidup, di mana EMISI akan memberikan beberapa panduan bagi pengguna untuk hidup dengan lebih berkelanjutan sehingga meningkatkan kesejahteraan diri sendiri dan lingkungan.
Lebih lanjut, platform EMISI juga melibatkan komunitas masyarakat pesisir pantai dan petani bakau dan berupaya untuk memberdayakan mereka.
Peran Semua Pihak
Inisiatif WRI Indonesia meluncurkan platform EMISI merupakan salah satu langkah untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam gerakan pengurangan emisi karbon. Namun, untuk memenuhi target Indonesia dalam mengurangi emisi karbon sebanyak 30% pada tahun 2030 serta mencegah dampak krisis iklim, diperlukan kerja sama semua pihak di berbagai sektor.
Transisi energi berkeadilan, manajemen sampah berkelanjutan, penghentian deforestasi, hingga peningkatan penegakan hukum dan evaluasi kebijakan merupakan beberapa langkah penting yang diperlukan pada skala nasional. Pada skala individu, tindakan yang diperlukan dapat berupa penerapan gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab. Dunia usaha juga berperan penting dalam upaya pengurangan emisi karbon, yakni dalam penerapan aktivitas industri yang lebih berkelanjutan dan ekonomi sirkular.
Editor: Abul Muamar
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Titis adalah Intern Reporter di Green Network Asia. Ia sedang menempuh semester akhir pendidikan sarjana Ilmu Hukum di Universitas Brawijaya. Ia memiliki passion di bidang penelitian lintas disiplin, penulisan, dan pengembangan komunitas.