Mendukung Peran Perempuan dalam UMKM untuk Pemulihan Ekonomi Pascapandemi
Perempuan memegang peran besar sebagai penopang ekonomi negara. Peran signifikan perempuan salah satunya terlihat pada sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM). Dari 65,4 juta UMKM yang terdata di Indonesia, 64,5% di antaranya digerakkan oleh perempuan.
Namun, masalah ketimpangan gender masih menjadi penghambat perkembangan UMKM di Indonesia. Berdasarkan Global Gender Gap Report 2022, dalam hal kesenjangan gender, Indonesia berada di peringkat 92 dari 146 negara. Perempuan pelaku UMKM antara lain masih kerap mengalami hambatan atas akses setara terhadap teknologi, literasi dan layanan keuangan digital.
Permasalahan UMKM Perempuan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mencatat tiga permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM perempuan di Indonesia, yakni:
- Konstruksi sosial patriarki.
- Minimnya infrastruktur, akses, dan kemampuan perempuan untuk mengakses teknologi.
- Rendahnya literasi dan inklusi keuangan bagi perempuan.
Untuk mengatasi permasalahan itu, pemerintah mendorong pemberdayaan perempuan dalam sektor kewirausahaan melalui serangkaian kebijakan. Salah satunya dengan Strategi Nasional Keuangan Inklusif Perempuan untuk meningkatkan akses layanan keuangan formal kepada perempuan. Strategi ini juga bertujuan untuk memperkuat akses permodalan dan dukungan pengembangan usaha, serta meningkatkan akses perempuan ke produk dan layanan keuangan digital.
Selain itu, Kemen PPPA mengadakan program wirausaha perempuan melalui Pelatihan Kewirausahaan Berperspektif Gender. Program ini meliputi pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan, literasi dan inklusi keuangan, serta pemanfaatan teknologi dan literasi digital untuk pengembangan bisnis. Program ini dijalankan melalui kolaborasi multisektoral, melibatkan BUMN, swasta, pemerintah pusat dan daerah, hingga NGO.
Saat ini, Indonesia sedang mendorong percepatan pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19. UMKM menjadi sektor yang diandalkan karena merupakan penyumbang 60,3% dari total ekonomi nasional dan menyerap 97% tenaga kerja. Namun, pelaku UMKM perempuan merupakan pihak yang paling terkena dampak selama pandemi.
“Pemulihan ekonomi dalam menghadapi krisis akibat pandemi COVID-19 yang memperhatikan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan adalah sebuah keharusan, bukan pilihan. Mendorong partisipasi aktif perempuan dalam ekonomi akan mampu menaikkan pendapatan negara secara signifikan,” kata Menteri PPPA Bintang Puspayoga.
Pemulihan Ekonomi Pascapandemi
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan bahwa diperlukan konsolidasi dalam bentuk wadah koperasi bagi pelaku UMKM perempuan untuk dapat mengakses fasilitas digitalisasi, akses terhadap bahan baku, permodalan dan pasar, hingga pendidikan. Hal ini perlu didukung dengan kebijakan keuangan inklusif dan infrastruktur yang sensitif gender.
Kemenkop UKM mengadopsi tiga rekomendasi kebijakan untuk memperkuat komitmen aksi kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, yakni:
- Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan investor untuk mendukung pengusaha perempuan.
- Mendorong kebijakan di bidang keuangan dan infrastruktur yang sensitif gender dan menyediakan akses pendanaan dan legalitas.
- Meningkatkan program literasi digital keuangan bagi pengusaha perempuan untuk meningkatkan kesiapan investasi.
“Pemulihan yang berfokus pada perempuan sejalan dengan janji inklusi dan pertumbuhan berkelanjutan serta menghilangkan hambatan dalam proses pemberdayaan perempuan, terutama dalam kemajuan ekonomi dan keuangan. Dengan pandemi yang memperlebar kesenjangan gender dalam perekonomian, khususnya UMKM, penting untuk mengambil tindakan cepat agar kita dapat memastikan bahwa perempuan tidak tertinggal,” kata Menteri Teten.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.