Mengurangi Emisi Sapi dengan Bahan Pakan Berbasis Rumput Laut

Foto oleh Austin Santaniello di Unsplash
Tahukah Anda bahwa ada sekitar 1 miliar sapi di dunia? Sekitar 1,3 miliar manusia di muka bumi menggantungkan hidup pada peternakan sapi.
Dampaknya, industri peternakan menyumbang 14% dari emisi yang disebabkan manusia dalam bentuk metana. Meskipun berumur lebih singkat dibanding karbondioksida, metana 28 kali lebih efektif dalam memerangkap panas di dalam atmosfer bumi.
Untuk mengurangi emisi metana dari peternakan sapi, studi bersama yang berbasis di Australia antara CSIRO, Meat & Livestock Australia, dan James Cook University sedang mengembangkan bahan pakan ternak berbasis rumput laut yang disebut FutureFeed.
Emisi metana sapi
Ketika sapi memakan rumput, sistem pencernaannya menghasilkan metana sebagai ampasnya. Gas yang keluar berupa sendawa dan kentut, dengan rata-rata 300 gram metana per hari untuk sapi perah dan 150 gram untuk sapi potong. Hal itu memang bagian alami dari proses pencernaan. Namun, semakin banyak jumlah sapi, semakin besar pula metana yang dihasilkan.
Selagi opsi untuk mengurangi daging muncul di sana-sini, para ilmuwan di Australia berpikir dengan cara berbeda. Alih-alih mengurangi jumlah ternak, mereka memilih membuat bahan pakan alternatif untuk hewan ternak.
Bahan baku yang dikembangkan FutureFeed berupa spesies rumput laut yang disebut Asparagopsis.
Cara kerja Asparagopsis
Asparagopsis adalah senyawa bioaktif yang disebut bromoform. Senyawa ini menghambat enzim tertentu selama proses pencernaan untuk mencegah pembentukan metana. Penelitian terbaru mereka menunjukkan bahwa memberikan suplemen pakan ternak dengan Asparagopsis 0,20% dapat mengurangi produksi metana hingga 98%.
Namun, fakta bahwa Asparagopsis tidak tersedia dalam jumlah besar menjadi tantangan bagi inovasi ini. Spesies rumput laut yang satu ini tidak dibudidayakan secara komersial saat ini. Oleh karena itu, FutureFeed berencana membuat budidaya dan produksi rumput laut untuk memasok pakan ternak di Australia, yang pada gilirannya juga di seluruh dunia. Mereka memberikan izin bagi para petani rumput laut untuk ikut membudidayakan Asparagopsis.
Perusahaan tersebut juga mengembangkan cara untuk memasukkan Asparagopsis ke dalam pola makan berbasis rumput, karena penemuan saat ini baru untuk pola makan berbasis biji-bijian. Manfaat lingkungan dan potensi industri FutureFeed telah mengganjar mereka dengan Food Planet Prize Award pada tahun 2020.
Inovasi di tengah krisis iklim
CSIRO memprediksi bahwa jika 10% produsen ternak di seluruh dunia mengadopsi metode FutureFeed dalam memberi makan ternak mereka, efeknya akan sama dengan menghilangkan 100 juta mobil dari jalan. Dengan Asparagopsis sebagai bahan suplemen, FutureFeed berharap dapat membawa industri peternakan selangkah lebih dekat menuju pertanian berkelanjutan.
Sistem pangan dan pertanian kita hanyalah secuil dari banyak sektor yang perlu diubah agar lebih berkelanjutan. Tantangan perubahan iklim sangat kompleks dan saling bertaut. Untuk bertahan dan berkembang, industri-industri lain juga harus berinovasi dengan memikirkan kebaikan manusia dan planet ini.
Sumber: FutureFeed
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Reporter & Peneliti In-House untuk Green Network Asia. Dia meliput Global, Asia Tenggara, Asia Timur, dan Australasia.