Nyepi dan Perannya dalam Keberlanjutan Lingkungan di Bali

Foto oleh Lucas Tran di Pexels.
Bali, yang dikenal sebagai Pulau Dewata, memiliki kekayaan budaya dan tradisi sakral. Salah satu tradisi paling sakral adalah Nyepi, dimana selama satu hari penuh Bali akan berada dalam keheningan dan refleksi. Selain makna spiritualnya, Nyepi juga memberikan manfaat besar bagi lingkungan, memberikan waktu bagi alam untuk beristirahat.
Mengenal Nyepi
Nyepi adalah perayaan suci yang dirayakan oleh umat Hindu, terutama di Bali, untuk menandai Tahun Baru Saka. Kata “Nyepi” sendiri berasal dari bahasa Bali “sepi” yang berarti hening atau sunyi. Pada hari tersebut, seluruh penjuru pulau Bali akan berada dalam keheningan total, tidak ada kegiatan perjalanan, pekerjaan, ataupun penggunaan listrik. Tradisi ini bertujuan untuk menjaga prinsip Tri Hita Karana, sebuah filosofi yang mengedepankan keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Sebagai salah satu destinasi wisata paling populer di dunia, suasana di Bali akan berbeda total selama perayaan Nyepi. Selama sehari penuh, Bandara Internasional Ngurah Rai akan menghentikan operasinya; bisnis, hotel, dan pasar akan tutup; dan turis maupun penduduk harus tetap berada di rumah. Seluruh penjuru Bali yang pada hari-hari biasa riuh oleh kunjungan turis yang tinggi, akan beristirahat.
Ritual-Ritual Nyepi
Nyepi dilaksanakan berdasarkan empat prinsip suci yang dikenal sebagai Catur Brata Penyepian. Istilah “Catur Brata” berasal dari bahasa Sanskerta, yakni “Catur” berarti empat dan “Brata” berarti sumpah atau menahan diri. Keempat prinsip tersebut meliputi:
- Amati Geni (Tidak ada Api): Menghentikan penggunaan api atau listrik, yang tidak hanya mendekatkan diri pada pemurnian spiritual tetapi juga mengurangi konsumsi energi.
- Amati Karya (Tidak Bekerja): Berhenti dari semua pekerjaan untuk khusyuk berdoa, meditasi, dan refleksi diri.
- Amati Lelungan (Tidak Bepergian): Menghentikan segala bentuk perjalanan, yang membantu mengurangi polusi dan memberikan ketenangan bagi alam.
- Amati Lelanguan (Tanpa Hiburan): Menghindari segala bentuk hiburan untuk mendorong introspeksi dan memperdalam kesadaran diri.
Untuk memastikan prinsip-prinsip ini dipatuhi, hanya pecalang (petugas keamanan tradisional) yang diizinkan untuk berpatroli, memastikan bahwa sumpah suci ini dihormati di seluruh penjuru Pulau Bali selama perayaan Nyepi.
Dampak Nyepi terhadap Lingkungan
Nyepi tidak hanya memiliki makna spiritual yang mendalam, tetapi juga memberikan manfaat lingkungan yang signifikan. Selama perayaan Nyepi, penghentian penerbangan dan tidak adanya kendaraan di jalanan membuat udara Bali lebih bersih. Penelitian menunjukkan bahwa polutan berbahaya seperti CO, NO₂, dan partikel debu berkurang secara drastis selama Nyepi. Daerah perkotaan, yang biasanya terpapar polusi lebih tinggi, mengalami peningkatan besar dalam kualitas udara, menciptakan lingkungan yang lebih segar dan sehat.
Konsumsi listrik di Bali juga mengalami penurunan signifikan selama perayaan Nyepi. Pada hari-hari biasa, penggunaan listrik mencapai sekitar 21.121 MWh, namun selama Nyepi tahun 2019, misalnya, angka tersebut turun menjadi hanya 13.427 MWh. Hal ini menunjukkan penghematan sekitar 60% dari konsumsi listrik, setara dengan pengurangan biaya energi sebesar Rp 4 miliar atau sekitar 290 MWh.
Selain itu, konsumsi bahan bakar juga mengalami penurunan signifikan karena transportasi dihentikan selama 24 jam. Meskipun Bali berupaya beralih ke energi terbarukan, pulau ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Selama Hari Raya Nyepi, pemerintah berhasil menghemat sekitar Rp 12 miliar dalam subsidi bahan bakar premium dan solar. Tidak hanya itu, pengeluaran devisa negara juga berkurang sekitar Rp 52 miliar.
Begitupun dengan LPG, yang meningkat sekitar 5% menjelang Nyepi, namun turun drastis hingga 50% pada hari perayaan Nyepi. Penurunan ini menghasilkan penghematan total sebesar 575 ton LPG 3 kg dan 92 ton LPG 12 kg. Dengan subsidi LPG 3 kg sebesar Rp2.415/kg, penghematan selama Nyepi mencapai Rp1,4 miliar. Selain itu, penghematan devisa diperkirakan mencapai sekitar Rp 5 miliar.
Model untuk Keberlanjutan Global
Nyepi mengajarkan kita bahwa keharmonisan antara manusia dan alam dapat tercapai melalui tindakan kolektif yang berakar pada tradisi budaya. Di tengah semakin banyaknya tantangan lingkungan, Nyepi memberikan pelajaran berharga yang dapat menginspirasi gerakan global menuju kehidupan yang lebih berkelanjutan. Salah satu inisiatif yang mencerminkan semangat ini adalah kampanye Hari Hening Sedunia pada 21 Maret, yang mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengurangi aktivitas selama satu hari sebagai bagian dari upaya memerangi perubahan iklim.
Melalui penghentian aktivitas manusia selama satu hari setiap tahunnya, Bali menunjukkan potensi praktik keberlanjutan berskala besar yang memberikan manfaat bagi manusia dan alam. Tradisi sakral ini memberi kesempatan bagi alam untuk beristirahat dan pulih serta memberikan kelegaan dari tekanan yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia sehari-hari.
Penerjemah: Kesya Arla
Editor: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Terima kasih telah membaca!
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia. Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional sekaligus mendukung keberlanjutan finansial Green Network Asia untuk terus memproduksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.