Recycling Village, Memanfaatkan Limbah Plastik untuk Fesyen
Mengurangi Limbah Plastik di Indonesia
Berdasarkan laporan Bank Dunia, Indonesia memproduksi kira-kira 7.8 juta ton sampah plastik. Sekitar 4.9 juta ton sampah plastik itu tidak dikumpulkan, berakhir di tempat pembuangan sampah, atau dibuang di TPA (tempat pembuangan akhir) yang tidak dikelola dengan baik. Karena tingkat pengumpulan sampah yang rendah, masyarakat pedesaan menghasilkan limbah plastik yang dikelola secara kurang memadai.
Beberapa ide kebijakan untuk mengatasi limbah plastik dan sampah laut tercakup dalam publikasi, termasuk mempromosikan ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular, menurut UNCTAD, terdiri dari pasar yang mendorong masyarakat untuk menggunakan kembali barang-barang daripada membuangnya dan mengekstraksi sumber daya baru. Hal ini dapat membantu konservasi lingkungan, mengelola lebih baik sumber daya alam, mendirikan industri baru, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengembangkan kemampuan baru.
“Barang-barang hari ini adalah sumber daya esok hari dengan harga sumber daya kemarin,” demikian kata pepatah.
Recycling Village
Recycling Village didirikan untuk merespons pengelolaan sampah plastik yang keliru di wilayah pedesaan Indonesia. Merek ini tidak mengklaim sebagai “merek berkelanjutan.” Namun, merek ini dimaksudkan untuk membentuk generasi yang memilah dan mengelola limbah secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, serta membangun masa depan tempat kaum perempuan di pedesaan Indonesia merasa berdaya.
Recycling Village bekerja dengan mengorganisir kegiatan pendidikan dalam hal pengelolaan sampah bagi masyarakat dengan mendirikan bank sampah dan mengadakan kegiatan daur ulang untuk memastikan sirkulasi limbah plastik.
Workshop pertama diadakan di Desa Air Naningan, Lampung. Recycling Village telah membuka bank sampah bagi para penduduk untuk memilah dan mengumpulkan limbah plastik mereka secara tepat.
Sejak Oktober 2021, mereka telah berhasil mengalihkan 150 kg limbah plastik dari TPA dengan mendaurnya menjadi 500 item fesyen buatan tangan seperti tas jinjing, tas belanja, pouch, dompet kecil, tas selempang, dan tempat simpan kartu. Recycling Village berkolaborasi secara erat dengan para perempuan di Desa Air Naningan untuk proyek ini.
Ekonomi Sirkular dalam Fesyen
Recycling Village merupakan contoh tentang apa yang industri fesyen dapat ciptakan: barang-barang yang dirancang untuk dapat lebih sering dipakai, dapat dibuat kembali, serta dibuat dengan bahan yang aman, dapat didaur ulang, atau dengan bahan terbarukan.
Ekonomi sirkular dalam fesyen menciptakan produk dan jasa yang lebih baik bagi konsumen, bersumbangsih bagi industri fesyen yang kokoh dan mampu berkembang, dan meregenerasi lingkungan. Sistem ini memprioritaskan hak dan kesetaraan setiap orang yang terlibat dalam industri fesyen. Ekonomi sirkular ini akan menciptakan kesempatan baru bagi pertumbuhan yang terdistribusi, beragam, dan inklusif.
Sumber: Recycling Village
Editor: Abul Muamar
Penerjemah: Gayatri W.M.
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Terima kasih telah membaca!
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk membuka akses online tanpa batas ke platform “Konten Eksklusif” kami yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia. Nikmati manfaat berlangganan, termasuk -namun tidak terbatas pada- pembaruan kabar seputar kebijakan publik & regulasi, ringkasan temuan riset & laporan yang mudah dipahami, dan cerita dampak dari berbagai organisasi di pemerintahan, bisnis, dan masyarakat sipil.
Aliyah adalah seorang eksekutif ESG dan penulis konten di Green Network Asia.