Bagaimana Manosphere Membentuk Ulang Identitas Lelaki Muda

Foto: Freepik.
Di era digital saat ini, komunitas online memengaruhi cara kaum muda memandang diri mereka dan dunia. Internet telah memungkinkan kita untuk bertemu dan berbicara dengan siapa pun dari mana pun di dunia dengan mudah, menciptakan rasa keterhubungan dan saling memiliki di ranah digital. Sayangnya, seperti di dunia offline, tidak semua komunitas tersebut aman atau positif. Salah satunya adalah “manosphere”, yang telah menjadi pusat konten anti-feminis, maskulinitas beracun (toxic masculinity), dan normalisasi kekerasan berbasis gender. Ketika menyebar di berbagai platform, manosphere diam-diam memengaruhi remaja laki-laki dalam berpikir, berperilaku, dan mendefinisikan identitas mereka.
Memahami Manosphere
Manosphere adalah istilah umum untuk ruang online yang berfokus pada isu-isu laki-laki, yang seringkali dicirikan oleh pandangan anti-feminis dan misoginis. Ruang-ruang ini mencakup subkelompok seperti Aktivis Hak Laki-laki (MRA), incel (involuntary celibates), pick-up artist (PUA), dan lainnya.
Masing-masing subkelompok ini memiliki fokusnya sendiri:
- Aktivis Hak Pria (MRA): MRA berpendapat bahwa pria menghadapi diskriminasi sistemik di bidang-bidang seperti hukum keluarga, pendidikan, dan ketenagakerjaan, dan seringkali menyalahkan feminisme atas hal tersebut.
- Involuntary Celibates (Incels): Incel percaya bahwa perempuan adalah dalang yang menyebabkan mereka tak mampu menjalin hubungan romantis atau seksual, sehingga memicu kebencian dan mendorong kekerasan terhadap perempuan.
- Pick-up artist (PUA): PUA berfokus pada pengajaran teknik manipulatif kepada laki-laki untuk menarik perempuan, memperlakukan hubungan seperti permainan kendali.
Meskipun kelompok-kelompok ini berbeda dalam keyakinan spesifik, mereka disatukan oleh penentangan bersama terhadap feminisme dan narasi yang memposisikan laki-laki sebagai “korban” dari perubahan sosial.
Target Audiens dan Demografi
Kombinasi faktor sosial dan pribadi dapat mengarahkan anak laki-laki dan lelaki muda ke komunitas manosphere. Laporan State of American Men 2023 menemukan bahwa dua pertiga lelaki muda berusia 18–23 tahun merasa bahwa “tidak seorangpun yang benar-benar mengenal” mereka. Perasaan terisolasi dan tidak aman serta tantangan romantis ini adalah beberapa pengalaman pribadi paling umum yang dapat mendorong mereka ke sana.
Bagi mereka, manosphere seringkali memberikan rasa kebersamaan dan bimbingan, terutama di dunia online tempat algoritma media sosial dapat mempromosikan konten ekstrem dengan mudah. Sebuah survei baru-baru ini menemukan bahwa 80% anak laki-laki Inggris berusia 16–17 tahun telah mengonsumsi konten dari influencer manosphere seperti Andrew Tate, yang menggambarkan jangkauan luas komunitas ini di kalangan anak muda.
Manosphere menarik berbagai macam demografi. Lelaki kulit putih, terutama di Amerika Utara dan Eropa, sangat terwakili, dengan beberapa kelompok bahkan menggabungkan narasi mereka dengan supremasi kulit putih dan ideologi nasionalis. Pada saat yang sama, subkultur dalam manosphere juga mencerminkan keragaman ras dan budaya. Misalnya, Gerakan Lelaki Asia Amerika (MRAsian) muncul untuk menyasar dan melecehkan orang-orang yang mereka anggap merendahkan maskulinitas mereka.
Secara ekonomi, banyak peserta yang mengidentifikasi diri sebagai pencari nafkah kelas menengah tetapi mengungkapkan perasaan tidak aman secara ekonomi dan ketidakpastian tentang masa depan mereka, terutama di pasar kerja yang tidak stabil saat ini. Beberapa pengguna memiliki pendapatan dan dukungan sosial yang stabil, sementara yang lain menghadapi kesulitan finansial, ketidakstabilan perumahan, dan masalah kesehatan mental, yang mencerminkan spektrum realitas kehidupan yang luas.
Dampak Manosphere di Dunia Nyata
Pengaruh manosphere melampaui ruang online, membentuk sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan konsekuensi serius di dunia nyata. Survei menunjukkan bahwa lelaki muda yang terlibat dengan komunitas ini lebih cenderung melaporkan perasaan tidak berharga, terisolasi, dan tidak percaya terhadap perempuan dan masyarakat. Normalisasi ini dapat menyebar ke sekolah, tempat kerja, dan kehidupan publik, memengaruhi cara lelaki muda berinteraksi dengan orang-orang.
Misalnya, penembakan Isla Vista pada tahun 2014 dan serangan van Toronto tahun 2018 keduanya dilakukan oleh individu yang aktif di komunitas ini. Sebuah laporan pada tahun 2022 oleh Centre for Countering Digital Hate menemukan bahwa forum manosphere misoginis menerima lebih dari 1 juta kunjungan per bulan, dan para penggunanya sering saling mendorong untuk melecehkan perempuan secara online.
Selain itu, manosphere seringkali tidak berhenti pada perang gender; tetapi juga mempromosikan cita-cita fasis yang melibatkan rasisme dan bentuk-bentuk kebencian lainnya. Laporan Pusat Kontra-Terorisme Internasional tahun 2023 menunjukkan bahwa ruang-ruang manosphere sering tumpang tindih dengan kelompok-kelompok ekstremis sayap kanan, tempat pesan-pesan supremasi kulit putih disebarkan bersamaan dengan misogini. Kelompok-kelompok ini menggunakan kebencian berbasis gender sebagai pintu gerbang untuk menarik orang-orang ke dalam keyakinan ekstremis yang lebih luas. Akibatnya, misogini, rasisme, dan nasionalisme menjadi sangat terkait, menciptakan ruang online yang berbahaya yang menyebarkan kebencian lintas komunitas dan perbatasan.
Membangun Komunitas Online yang Lebih Sehat
Seiring semakin merebaknya komunitas online dalam kehidupan banyak orang, menciptakan ruang digital yang aman dan sehat menjadi sangat penting. Para pembuat kebijakan dan perusahaan teknologi harus bertanggung jawab, misalnya dengan memoderasi konten-konten berbahaya dan menyediakan solusi bagi mereka yang berisiko mengalami radikalisasi. Dari sisi konsumen, orang tua, wali, dan sekolah adalah garda terdepan. Selain keamanan internet, mereka juga harus membuka percakapan tanpa menghakimi tentang empati, pengalaman online, dan hubungan untuk membantu anak-anak muda merasa dipahami dan didukung di rumah, terutama tentang hubungan mereka yang sedang berkembang dengan maskulinitas.
Selain itu, melibatkan para pemuda secara aktif dalam kegiatan positif merupakan bagian penting dalam membangun penangkal jangka panjang terhadap ruang online yang beracun. Misalnya, di Zimbabwe, Kampanye UN Women Men to Men melatih para pemuda sebagai advokat yang menentang kekerasan berbasis gender dan telah mendirikan klub-klub pemuda di puluhan lembaga pendidikan tinggi.
Masalah seringkali berada di luar jangkauan individu, begitu pula solusinya. Melibatkan masyarakat, pembuat kebijakan, dan perusahaan sangat perlu untuk mendorong ruang yang lebih bertanggung jawab, inklusif, dan mendukung, baik secara online maupun offline.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.