Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Demonstrasi Mematikan di Bangladesh dan Pelajaran yang Dapat Dipetik

Rentetan demonstrasi di Bangladesh sejak Juli 2024 telah menewaskan ratusan orang dan menimbulkan berbagai dampak lainnya.
Oleh Dinda Rahmania
9 Agustus 2024
Pria berjas hitam di tengah kerumunan dengan tangan diangkat

Foto: Koshu Kunii di Unsplash.

Pembangunan berkelanjutan menekankan pentingnya tata pemerintahan yang baik dan perlindungan hak asasi manusia (HAM) bagi semua orang dalam kerangka sistem demokrasi. Namun, di banyak negara, masih sering terjadi pelanggaran dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah yang dapat berujung pada pelanggaran HAM. Di Bangladesh, sistem perekrutan pegawai negeri sipil (PNS) yang dinilai tidak adil serta korupsi yang merajalela berakhir dengan demonstrasi maut yang menewaskan ratusan orang dan berdampak luas pada banyak sektor, termasuk pendidikan dan kesehatan.

Demonstrasi Bangladesh

Gelombang demonstrasi di Bangladesh pecah sejak Juli 2024. Mahasiswa di negara tersebut melakukan protes terhadap sistem yang diterapkan dalam penerimaan PNS, yang secara khusus memberikan kuota sebesar 30% untuk anak-anak veteran perang yang terlibat dalam memerdekakan Bangladesh dari Pakistan. Demonstran menilai sistem tersebut tidak adil dan menuntut agar sistem tersebut diganti dengan sistem berbasis prestasi. Sistem kuota tersebut tadinya telah dihapus pada tahun 2018, tetapi diberlakukan kembali pada Juni 2024.  

Pemerintah Bangladesh lantas membatalkan kebijakan itu sebagai respons atas tekanan masyarakat. Namun, petaka bermula ketika pemerintah kemudian menutup akses internet dan menutup kampus-kampus sebagai reaksi terhadap protes tersebut. Tindakan tersebut menghalangi masyarakat untuk mengakses informasi, sehingga menekan kritisisme dan membatasi hak atas kebebasan berpendapat dan berkumpul secara damai.

Dampak yang Meluas

Gelombang demonstrasi kemudian meningkat menjadi bencana mengerikan karena respons kekerasan pihak berwenang. Diperkirakan, jumlah korban tewas sejak pertama kali demonstrasi berlangsung mencapai lebih dari 300 orang. Selain itu, ratusan orang mengalami luka-luka di sebelas distrik. Menurut data UNICEF, setidaknya 32 anak tewas selama demonstrasi berlangsung.

Selain itu, dampak demonstrasi besar-besaran ini meluas ke berbagai sektor, termasuk sektor-sektor krusial seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan. Sekolah-sekolah di Bangladesh kini ditutup dan akan terus ditutup sampai waktu yang belum ditentukan. UNICEF melaporkan bahwa demonstrasi maut ini membuat sekitar 30 juta siswa dari tingkat dasar hingga menengah terkena dampak dan tidak dapat bersekolah. Hal ini menyebabkan anak-anak tidak dapat berkumpul dengan teman-teman mereka dan tidak dapat belajar di lingkungan yang aman. 

Pelajaran yang Bisa Dipetik

Wakil Juru Bicara PBB mengatakan bahwa PBB mengamati situasi di Bangladesh dengan cermat. Hingga 7 Agustus 2024, demonstrasi masih berlangsung sehingga menyebabkan Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, mengundurkan diri dan meninggalkan ketidakpastian dalam pemerintahan. Hasina dilaporkan telah meninggalkan istananya dan melarikan diri ke India.

Apa yang terjadi di Bangladesh dapat menjadi pelajaran bahwa pemerintah suatu negara mesti mendengarkan kebutuhan dan tuntutan rakyat untuk memastikan kesejahteraan bagi semua di tengah berbagai tantangan dunia yang semakin meningkat. Dalam konteks yang terjadi di Bangladesh, sulitnya mendapatkan pekerjaan telah menyebabkan gelombang demonstrasi, yang dipantik oleh adanya sistem perekrutan PNS yang dinilai tidak adil, menguntungkan kelompok tertentu, dan tidak menghargai prestasi.

Memastikan saluran yang aman, adil, dan terbuka antara masyarakat dan pemerintah adalah kunci demokrasi. Selain itu, dalam keadaan darurat atau situasi kritis lainnya seperti demonstrasi berskala nasional, perlindungan hak-hak warga sipil harus menjadi prioritas dan sangat penting untuk mengurangi dampak negatif yang meluas.

Editor: Nazalea Kusuma 

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Mengurangi Limbah Elektronik dengan Material yang Dapat Didaur Ulang dan Diperbaiki
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Singapura Luncurkan Alat Pelaporan ESG Otomatis
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    PUA-DEM: Model Komputer yang Lebih Akurat untuk Prediksi Longsor
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Memahami Prinsip Bisnis dan HAM (BHR) untuk Keseimbangan HAM dan Keuntungan

Continue Reading

Sebelumnya: Afrika Selatan Sahkan Undang-Undang Perubahan Iklim
Berikutnya: 4 Kearifan Masyarakat Adat dalam Menjaga Lingkungan dan Budaya

Artikel Terkait

bola lampu dengan colokan dengan latar hijau Pemerintah Luncurkan Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemerintah Luncurkan Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional

Oleh Abul Muamar
9 Juli 2025
balok-balok kayu dengan simbol ASEAN dan Inggris Luncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Kesehatan
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

ASEAN dan Inggris Luncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Kesehatan

Oleh Kresentia Madina
9 Juli 2025
sepasang kaki bayi berbalut kain putih Kelindan Penurunan Angka Kelahiran dan Meningkatnya Biaya Hidup
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Kelindan Penurunan Angka Kelahiran dan Meningkatnya Biaya Hidup

Oleh Abul Muamar
8 Juli 2025
Seorang remaja laki-laki duduk sendirian di ruangan temaram, tampak tertekan sambil memegang telepon genggamnya Bagaimana Manosphere Membentuk Ulang Identitas Lelaki Muda
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Bagaimana Manosphere Membentuk Ulang Identitas Lelaki Muda

Oleh Sukma Prasanthi
8 Juli 2025
infografik kemiskinan anak Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa
  • Infografik
  • Unggulan

Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa

Oleh Irhan Prabasukma
7 Juli 2025
beberapa orang mendayung perahu di permukiman saat banjir. Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia

Oleh Andi Batara
7 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.