Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Melihat Pemberdayaan Perempuan Pedesaan di Kolombia sebagai Penjaga Mangrove

Mendukung peran perempuan pedesaan sebagai penjaga ekosistem mangrove sangat penting dalam upaya konservasi.
Oleh Dinda Rahmania
22 Oktober 2024
deretan tanaman mangrove yang masih kecil dengan latar matahari terbenam

Foto: Jcomp di Freepik.

Selama ini, perempuan sering terlibat dalam kegiatan ekonomi dan telah mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berharga dalam prosesnya. Di Kolombia, perempuan pedesaan mengumpulkan kerang dari hutan bakau untuk mencari nafkah, namun alih fungsi lahan dan deforestasi mengancam sumber pendapatan mereka. Untuk mengatasi hal ini, program Roots: Women Sowers of Change membantu perempuan pedesaan di Kolombia dengan memberdayakan mereka secara ekonomi dan mendukung peran mereka sebagai penjaga ekosistem mangrove.

Hilangnya Hutan Bakau, Hilangnya Mata Pencaharian

Mangrove memegang peran vital dalam ekosistem pesisir sebagai penyerap karbon dan habitat bagi banyak spesies. Namun, deforestasi telah mengancam hutan mangrove di seluruh dunia. Di antara negara-negara Amerika Selatan, Kolombia memiliki tingkat deforestasi hutan bakau tahunan tertinggi. Sejak 1984 hingga 2020, luas hutan bakau di Kolombia menyusut dari sekitar 331.356 hektare menjadi sekitar 283.419 hektare. Ini berarti Kolombia kehilangan sekitar 14% hutan bakaunya.

Selain berdampak negatif terhadap lingkungan, hilangnya hutan bakau juga dapat mengakibatkan hilangnya mata pencaharian masyarakat pedesaan. Hal ini turut dirasakan oleh para perempuan Conchera (cangkang) di Nariño, Kolombia. Selama ini, mereka hidup dengan mengumpulkan piangua, kerang lokal yang menjadi makanan populer di negara itu.

Selama beberapa generasi, mereka mencari kerang ini dari hutan bakau terdekat, kemudian menjual dan memasaknya. Namun pesatnya deforestasi telah mengancam sumber pendapatan mereka. Penduduk setempat memperkirakan panen piangua telah menurun 40% dalam beberapa tahun terakhir. 

Perempuan Pedesaan Menjaga Mangrove

“Perempuan cangkang” di Kolombia tahu bahwa melindungi hutan bakau sangat penting bagi kesehatan populasi kerang. Mereka belajar teknik pemanenan dan pengolahan berkelanjutan dari perempuan lain di keluarga dan komunitas mereka. Melalui program Roots: Women Sowers of Change, para perempuan ini menjadi penjaga hutan bakau untuk melindungi sumber pendapatan mereka sekaligus melestarikan hutan.

Sebagai bagian dari inisiatif ini, ratusan perempuan cangkang membersihkan dan menanam lebih dari 6.000 bibit bakau untuk membantu pemulihan tiga hektare hutan. Setiap perempuan menerima 1 juta peso per bulan sebagai penghasilan tambahan untuk membersihkan dan melindungi hutan bakau.

Selain itu, program ini mengajarkan keterampilan penting, seperti perencanaan bisnis dan manajemen keuangan, dengan menekankan nilai saling mendukung satu sama lain. Selain itu, program ini juga akan menerapkan teknologi yang lebih baik untuk membantu para perempuan cangkang memproses piangua dengan lebih efisien.

Kolaborasi dan Kebijakan yang Lebih Baik

Apa yang dilakukan para perempuan cangkang di Kolombia menekankan pentingnya peran perempuan pedesaan dalam melindungi alam. Namun, hal ini tidak boleh menjadi satu-satunya jalan.

Industri perlu menyadari dampak luas deforestasi terhadap masyarakat lokal dan keanekaragaman hayati dan segera mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan. Sementara itu, pemerintah harus menyadari pentingnya kolaborasi dalam mengambil tindakan terhadap restorasi mangrove dan menetapkan kebijakan yang lebih baik untuk melindungi mangrove dan sumber daya alam yang lebih luas. Tindakan-tindakan ini akan membantu menjamin mata pencaharian lokal, melestarikan keanekaragaman hayati, dan memastikan ekosistem yang sehat untuk masa depan berkelanjutan yang menguntungkan semua orang. 

Editor: Kresentia Madina & Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Menengok Pelatihan Pemuda Desa di India untuk Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Mengatasi Heat Stress Okupasional Demi Keselamatan dan Kesehatan Pekerja
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Polusi Udara dan Risiko Demensia yang Lebih Tinggi

Continue Reading

Sebelumnya: Perlindungan Lingkungan dan HAM untuk Pasar Karbon PBB
Berikutnya: Dampak ‘Formalisasi’ Pekerja Ekonomi Gig dan Pentingnya Kebijakan Perlindungan

Lihat Konten GNA Lainnya

bangunan roboh Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Opini

Robohnya NZBA: Kritik, Analisis, dan Seruan untuk Perbankan Indonesia

Oleh Jalal
17 Oktober 2025
Empat tangan anak-anak yang saling berpegangan Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengatasi Perundungan di Lingkungan Pendidikan dengan Aksi Kolektif

Oleh Andi Batara
17 Oktober 2025
sekawanan bison sedang memamah di atas padang rumput yang tertutup salju Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mendorong Rewilding untuk Memulihkan Krisis Ekologi

Oleh Kresentia Madina
17 Oktober 2025
meja dengan berbagai ikan segar tersusun di atasnya Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memajukan Sektor Pangan Akuatik untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Oleh Seftyana Khairunisa
16 Oktober 2025
dua elang hitam kepala putih bertengger di ranting pohon yang tak berdaun Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Bahasa Potawatomi Menghidupkan dan Menghormati Alam

Oleh Dina Oktaferia
16 Oktober 2025
Kursi roda anak berukuran kecil di samping deretan kursi kayu, dengan latar belakang papan tulis hitam dan lantai berkarpet berwarna cerah. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengatasi Tantangan yang Dihadapi Anak dengan Disabilitas

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
15 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia