Menilik Peran Kaum Muda dalam Mendorong Kemajuan Pembangunan Berkelanjutan

Foto: Sam Mann di Unsplash.
Populasi anak muda di dunia mencapai 1,2 miliar. Mereka adalah fondasi penting masyarakat kita, dengan potensi yang melimpah untuk mendorong perubahan demi masa depan yang lebih baik. Membuka potensi ini membutuhkan pengakuan atas kebutuhan mereka dan peningkatan partisipasi kaum muda dalam pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang menjadi perhatian mereka.
Kaum Muda dalam Pembangunan
Meskipun tidak ada definisi universal tentang pemuda, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut kaum muda sebagai mereka yang berusia 15 hingga 24 tahun. Lebih dari sepertiga target SDGs merujuk pada kaum muda dengan penekanan pada pemberdayaan, partisipasi, dan kesejahteraan. Hal ini menekankan peran sentral mereka dalam pencapaian SDGs.
Meskipun demikian, kaum muda terus menghadapi tantangan. Pengangguran di kalangan kaum muda masih berlanjut, dengan 20,4% tidak bekerja, bersekolah, atau mengikuti pelatihan (NEET) secara global pada tahun 2023. Perkembangan teknologi yang pesat dan paparan berlebihan terhadap dunia digital juga berpotensi menghambat pertumbuhan kognitif mereka dan membuat mereka rentan terhadap risiko kekerasan. Kemiskinan, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan berkualitas, serta krisis iklim semakin menambah kekhawatiran.
Dengan pengetahuan dan kesempatan untuk berkembang, kaum muda dapat mendorong kemajuan pembangunan berkelanjutan secara signifikan. Mereka perlu dilibatkan secara aktif sebagai subjek dan pencipta perubahan, bukan sekadar objek tanpa agensi apa pun.
Kesenjangan yang terus Berlanjut
Kaum muda di seluruh dunia telah berupaya memajukan pembangunan berkelanjutan, mulai dari terlibat dalam konferensi hingga menciptakan inisiatif berbasis komunitas. Di Nigeria, misalnya, kaum muda turut berkontribusi dengan menyusun laporan yang mengevaluasi kemajuan pembangunan berkelanjutan negara tersebut.
Laporan Bayangan Pemuda, yang dikembangkan oleh Jaringan Pemuda untuk Inisiatif Berkelanjutan (NGYouthSDGs) bekerja sama dengan Youth Hub Africa, mengkaji Tinjauan Nasional Sukarela (VNR) Nigeria 2025. VNR memuat pengalaman suatu negara dalam mempercepat implementasi Agenda 2030.
Dikembangkan berdasarkan survei nasional dan konsultasi virtual dengan kaum muda di Nigeria, laporan ini menemukan kesenjangan antara VNR dan persepsi kaum muda di lapangan. Meskipun kata “pemuda” disebutkan lebih dari 60 kali, VNR seringkali kurang fokus pada isu-isu khusus pemuda di sektor-sektor penting seperti kesehatan, pendidikan, dan ketenagakerjaan. Selain itu, hanya 22,9% pemuda yang pernah berpartisipasi dalam aksi iklim, sementara 58% merasa tidak aman atau terpinggirkan dari proses tata kelola.
Laporan tersebut merekomendasikan program pendidikan dan keterampilan yang inklusif, pusat inovasi yang dipimpin kaum muda untuk pelatihan dan lapangan kerja ramah lingkungan, program iklim berbasis komunitas, dan reformasi hukum untuk menjamin representasi kaum muda dalam politik dan pembuatan kebijakan.
Memastikan Keselarasan dan Partisipasi
Secara global, PBB juga telah menerbitkan Youth2030 Scorecard untuk Tim Negara PBB. Kartu ini merupakan alat untuk memahami kinerja tim di bidang-bidang prioritas yang berkaitan dengan pemuda. Idealnya, kartu skor ini dapat digunakan oleh Tim Negara PBB bersama kaum muda untuk memastikan partisipasi yang bermakna.
Pada akhirnya, melibatkan kaum muda dalam upaya mewujudkan dunia yang lebih baik berarti menyelaraskan persepsi antara komitmen tertulis dengan kebutuhan dan implementasi di lapangan. Mempercayai perspektif mereka dan menghilangkan stigma ‘ageisme’ juga penting untuk mencapai kemajuan nyata dalam pembangunan berkelanjutan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia

Berlangganan GNA Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.