Polusi Udara dan Risiko Demensia yang Lebih Tinggi

Foto: Lifestylememory di Freepik.
Udara bersih sangat penting bagi kesehatan kita dan masa depan yang berkelanjutan. Namun hari ini, yang ada justru polusi udara di mana-mana. Polusi udara bukan hanya menyebabkan masalah pernapasan seperti asma—tetapi juga dapat memengaruhi penuaan otak kita. Sebuah penelitian menunjukkan bagaimana paparan polusi udara jangka panjang dapat meningkatkan risiko demensia.
Memahami Demensia
Demensia adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi daya ingat, cara berpikir, perilaku, dan aktivitas sehari-hari seseorang. Alzheimer adalah bentuk demensia yang paling umum. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan demensia sebagai salah satu penyebab utama disabilitas dan ketergantungan di kalangan lansia di seluruh dunia.
Di seluruh dunia, ada sekitar 55 juta orang hidup dengan demensia, dengan lebih dari 60% di antaranya tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana populasi menua dengan cepat. Jumlah tersebut terus meningkat, dengan tambahan sekitar 10 juta kasus baru setiap tahunnya. Jumlah total penderita demensia diperkirakan akan meningkat menjadi 153 juta pada tahun 2050.
Demensia jelas mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Penyakit ini mengurangi kemandirian seseorang dengan mempersulit komunikasi dan meningkatkan risiko infeksi, terjatuh, dan gizi buruk. Tidak hanya itu, demensia juga bisa berdampak terhadap pengasuh penderitanya—menyebabkan stres, beban keuangan, dan gangguan kesehatan mental.
Kaitan Antara Polusi Udara dan Risiko Demensia
Para peneliti dari Universitas Cambridge menemukan bukti yang mengaitkan polusi udara dengan risiko demensia. Mereka meninjau 51 studi dengan data dari lebih dari 29 juta orang di Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Australia. Temuan yang diperoleh menunjukkan hubungan yang jelas antara polusi udara dan risiko demensia yang lebih tinggi.
Penelitian tersebut menyoroti tiga polutan utama: partikel halus (PM2.5), nitrogen dioksida (NO2), dan jelaga. Setiap 10 mikrogram PM2.5 meningkatkan risiko demensia sebesar 17%. Nitrogen dioksida meningkatkannya sebesar 3%, sedangkan jelaga sebesar 13% per mikrogram. Polutan-polutan ini terutama berasal dari bahan bakar fosil, pabrik, dan lalu lintas di perkotaan.
Para ilmuwan percaya bahwa kerusakan tersebut berasal dari peradangan dan stres oksidatif di otak. Polutan dapat berpindah dari paru-paru ke aliran darah, mencapai otak, dan merusak sel, yang mempercepat penurunan kognitif. Risikonya sangat tinggi untuk demensia vaskular, yang berkaitan dengan aliran darah yang buruk di otak.
Sayangnya, sebagian besar penelitian dilakukan di negara-negara berpenghasilan tinggi, sementara wilayah berpenghasilan rendah dan menengah, yang penduduknya sering menghadapi polusi yang lebih parah, kurang terwakili. Hal ini menekankan perlunya penelitian global yang lebih inklusif.
Udara Bersih untuk Kesehatan Masyarakat
Polusi udara merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendesak dan membutuhkan solusi sesegera mungkin. Udara yang lebih bersih bukan hanya tentang mengurangi kabut asap atau meningkatkan visibilitas; tetapi juga tentang melindungi paru-paru, jantung, dan bahkan otak kita. Mencegah polusi udara harus tetap menjadi prioritas, sementara mengurangi emisi dari kendaraan, industri, dan bahan bakar fosil merupakan langkah penting. Hal ini membutuhkan perubahan sistemik yang melindungi manusia dan planet Bumi.
Pemerintah harus menerapkan kebijakan yang lebih kuat untuk membatasi emisi dan menegakkan standar kualitas udara sehingga industri wajib beralih ke praktik yang lebih bersih dan berkelanjutan. Selain itu, investasi dalam sistem transportasi umum dan ruang terbuka hijau perkotaan juga penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat sekaligus mengurangi paparan polusi.
Pada akhirnya, tindakan kolektif adalah kunci karena udara bersih merupakan tanggung jawab bersama. Dengan memastikan pemenuhan hak atas udara bersih, kita dapat meningkatkan kesehatan masyarakat demi kesejahteraan generasi kini dan generasi mendatang.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.
Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.
Pilih Paket LanggananDinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.