Bagaimana Insentif Positif dapat Hentikan Penurunan Keanekaragaman Hayati
Foto: Elisa Stone di Unsplash.
Penurunan keanekaragaman hayati global yang begitu cepat menuntut tindakan mendesak untuk mengatasi akar penyebabnya. Aktivitas manusia merupakan biang kerok permasalahan ini, dan karenanya dibutuhkan intervensi untuk menghentikan perilaku berbahaya dan mendorong perubahan positif. Salah satunya dengan insentif positif untuk keanekaragaman hayati.
Insentif Positif untuk Keanekaragaman Hayati
Dalam kurun waktu antara 1970 hingga 2020, rata-rata populasi satwa liar menyusut sebesar 73%. Berbagai aktivitas antropogenik merupakan penyebab utama penurunan keanekaragaman hayati, termasuk hilangnya habitat yang disebabkan oleh pertanian, eksploitasi berlebih, dan polusi. Hal ini menekankan pentingnya perubahan besar, terutama mengingat peran vital keanekaragaman hayati bagi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
Salah satu intervensi yang memungkinkan adalah insentif positif untuk keanekaragaman hayati. Insentif ini merujuk pada berbagai instrumen ekonomi yang dirancang untuk mencegah aktivitas berbahaya atau mendorong aktivitas bermanfaat yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati. Salah satu contoh kebijakan yang telah ada adalah Biodiversity Net Gain di Inggris, yang mewajibkan proyek pembangunan untuk memberikan dampak positif terhadap keanekaragaman hayati.
Secara umum, insentif dapat diterapkan berdasarkan prinsip pencemar membayar atau pendekatan penerima manfaat membayar. Prinsip pencemar membayar berarti pihak yang menghasilkan polusi bertanggung jawab untuk membayar kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Contohnya termasuk perpajakan dan kompensasi keanekaragaman hayati (biodiversity offset).
Sementara itu, pendekatan penerima manfaat membayar berlaku ketika pihak yang menerima manfaat dari proyek tertentu bertanggung jawab untuk membayar insentif. Contohnya termasuk pembayaran untuk jasa ekosistem (PES), di mana pengguna jasa, seperti perusahaan atau pemerintah, memberikan insentif kepada pemilik lahan atau pengelola untuk mengelola lahan mereka untuk menyediakan jasa ekologis.
Peluang & Tantangan
Penerapan insentif positif bagi keanekaragaman hayati didorong dalam Target 18 Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal, yang diadopsi oleh PBB pada tahun 2022. Target ini berupaya meningkatkan insentif positif untuk konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, sekaligus menghapus atau mengubah bentuk insentif lain untuk mendukung tujuan tersebut.
Jika dirancang dengan baik, insentif positif untuk keanekaragaman hayati dapat secara signifikan mempengaruhi aktivitas bisnis, proyek pembangunan, serta perilaku produksi dan konsumsi dengan menjadikan perilaku berbahaya menjadi lebih mahal dan memberikan imbalan untuk aktivitas yang bermanfaat bagi keanekaragaman hayati.
Idealnya, insentif ini dapat mendorong lebih banyak tindakan dan aliran dana ke aktivitas yang mempromosikan konservasi, pemanfaatan keanekaragaman hayati berkelanjutan, dan restorasi ekosistem. Misalnya, pajak terkait keanekaragaman hayati dapat diarahkan untuk proyek penelitian dan pengembangan. Insentif ini juga dapat mendorong bisnis menemukan cara-cara inovatif untuk menjunjung tinggi keanekaragaman hayati dalam operasional mereka untuk mengurangi beban pajak.
Namun, masih terdapat tantangan dalam implementasi insentif ini. Sebuah laporan dari OECD menemukan bahwa sekitar 80% negara di dunia tidak memiliki persyaratan kompensasi, yang menggambarkan kerangka regulasi yang tidak memadai untuk mendukung insentif positif bagi keanekaragaman hayati. Di negara-negara yang telah memiliki regulasi dan kebijakan, cakupannya masih terbatas. Alokasi anggaran yang tidak memadai dan terbatasnya adopsi instrumen lain seperti izin yang dapat diperjualbelikan juga menimbulkan tantangan besar.
Meningkatkan Implementasi
Meningkatkan insentif positif untuk keanekaragaman hayati merupakan hal krusial, terutama mengingat dampak gabungan antara perubahan iklim dengan berbagai aktivitas manusia yang berbahaya. Oleh karena itu, laporan OECD menawarkan beberapa rekomendasi untuk mempercepat adopsi mekanisme ini di tingkat negara. Beberapa di antaranya adalah:
- Tetapkan tujuan yang jelas dan terapkan metrik yang kuat dan selaras untuk meningkatkan kepastian dan transparansi, sekaligus memfasilitasi perancangan insentif dan evaluasi kinerja yang efektif.
- Libatkan para pemangku kepentingan sejak dini dan secara bermakna, termasuk pemilik lahan, komunitas lokal, dan Masyarakat Adat, untuk meningkatkan partisipasi dan mendorong proses serta hasil yang adil.
- Tingkatkan transparansi dan verifikasi untuk meningkatkan kredibilitas dan efektivitas mekanisme insentif. Ini termasuk menggunakan registrasi publik dan melakukan audit independen.
- Perkuat kepatuhan dan penegakan hukum untuk mengidentifikasi ketidakpatuhan dan menegakkan sanksi proporsional serta tindakan perbaikan.
- Perkuat kebijakan keanekaragaman hayati lainnya dan promosikan koherensi kebijakan untuk memastikan skalabilitas dan efektivitas insentif positif untuk keanekaragaman hayati.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Join Membership Green Network Asia – Indonesia
Jika Anda menilai konten ini bermanfaat, dukung gerakan Green Network Asia untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia. Dapatkan manfaat khusus untuk pengembangan pribadi dan profesional Anda.
Jadi Member Sekarang
Mengatasi Risiko Konsumsi Minuman Berpemanis dalam Kemasan
Mengatasi Deprivasi Hak Anak Multidimensi untuk Dukung Kesejahteraan Anak
Langkah Singapura dalam Melindungi Korban Kekerasan Siber
Melihat Kemajuan Proyek Great Green Wall dengan Merangkul Pengelolaan Lahan Adat
Superkapasitor dari Limbah Sawit sebagai Potensi Energi Baru
Pentingnya Pengembangan AI yang Sadar Karbon