Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Keuskupan Agung Jakarta Ajak Masyarakat Kurangi Sampah Makanan di Tengah Krisis Pangan

Keuskupan Agung Jakarta mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah sampah makanan di tengah krisis pangan global.
Oleh Thomas Panji
18 Oktober 2022
Kenampakan dari sisa makanan pelanggan yang tidak habis di sebuah warung makan ayam goreng di Kota Yogyakarta, DIY.

Kenampakan dari sisa makanan pelanggan yang tidak habis di sebuah warung makan. | Foto oleh Thomas Panji.

Saat negara di berbagai belahan dunia sedang dibayangi oleh krisis pangan dan kelaparan, sampah makanan justru menjadi masalah besar, termasuk di Indonesia. Indonesia bahkan menjadi salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia, selain Amerika Serikat dan Arab Saudi.

Menurut kajian Bappenas, makanan yang terbuang di Indonesia kurun 2000-2019 mencapai  23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram/kapita/tahun. Ini berdampak pada kerugian ekonomi nasional sebesar Rp 213-551 triliun. Pada saat yang sama,tingkat kelaparan Indonesia bertengger di posisi 18 dunia dan kedua di kawasan Asia Tenggara.

Melihat keprihatinan ini, Keuskupan Agung Jakarta lewat Surat Gembala yang berjudul “Menghargai Pangan sebagai Wujud Penghormatan Martabat Manusia,” mengajak seluruh lapisan masyarakat di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, dan Bekasi untuk berpartisipasi dalam mencegah makanan terbuang sia-sia.

Dua Rumusan Masalah

Pandemi COVID-19 dan konflik antarnegara yang berkepanjangan memperparah krisis pangan, membuat masyarakat dunia semakin kesulitan untuk mengakses makanan, termasuk di Indonesia.

Di sisi lain, salah satu fakta mengenai besarnya jumlah sampah makanan yang dibuang oleh masyarakat Indonesia dapat ditemukan dari data jenis dan jumlah sampah yang dibuang di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, di mana jenis sampah yang paling banyak dibuang adalah sampah sisa makanan, yakni sebesar 43% atau yang paling dominan.

Surat Gembala yang ditulis oleh Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo itu mengemukakan dua rumusan masalah, yakni:

  1. Apa yang bisa dilakukan untuk membantu mereka yang tertinggal dalam mendapatkan hak atas pangan?
  2. Bagaimana cara agar mereka memiliki kesempatan untuk mendapatkan hak tersebut?

Tawaran Solusi

Keuskupan Agung Jakarta menegaskan bahwa membuang makanan adalah persoalan moral yang dapat menimbulkan gesekan sosial. Untuk itu, Keuskupan Agung Jakarta menawarkan empat solusi yang dapat diterapkan, yakni

  1. Mengupayakan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan dan secukupnya, yang dapat mengubah perspektif dalam melihat pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang esensial.
  2. Mengadakan berbagai gerakan solidaritas, seperti berbagi bahan makanan sehat yang kaya kandungan gizi atau membagikan makanan siap santap kepada masyarakat kurang mampu.
  3. Mendorong dan mengajak para pelaku usaha kuliner secara sukarela untuk mengumpulkan makanan yang berlebih atau tidak terjual yang masih layak konsumsi untuk disalurkan kepada masyarakat yang kekurangan.
  4. Mengajak masyarakat untuk merekatkan tali silaturahmi dengan menanam tanaman pangan alternatif, seperti singkong, ubi jalar, kentang, jagung, dan sukun di lahan kosong yang dapat dimanfaatkan secara komunal atau bagi yang membutuhkan.

Ajakan Keuskupan Agung Jakarta dalam untuk mengurangi sampah makanan ini sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s). Ke depannya, diharapkan semakin banyak masyarakat yang mendapatkan haknya untuk mengakses pangan. Ini sekaligus menunjukkan bahwa saatnya lembaga agama ikut berperan dalam upaya mencapai tujuan itu.

Editor: Abul Muamar


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Thomas Panji
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Panji adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Media Massa dan Komunikasi Digital di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

  • Thomas Panji
    https://greennetwork.id/author/thomas-panji/
    Kerja Sama Indonesia dan IsDB Tingkatkan Kualitas Kesehatan Ibu dan Anak
  • Thomas Panji
    https://greennetwork.id/author/thomas-panji/
    Mewujudkan Layanan Kesehatan yang Ramah Difabel
  • Thomas Panji
    https://greennetwork.id/author/thomas-panji/
    KTGI: Upaya BMKG untuk Cegah Korban Jiwa saat Gempa & Tsunami
  • Thomas Panji
    https://greennetwork.id/author/thomas-panji/
    Agus Yusuf, Guru Lukis Difabel yang Mengajar dengan Bahagia dalam Keterbatasan

Continue Reading

Sebelumnya: Kemiskinan, dari Dekat Sekali
Berikutnya: Empat Dekade Perjalanan China: Bawa 770 Juta Orang Keluar dari Kemiskinan

Artikel Terkait

seorang nelayan berdiri di kapal kecil di tengah perairan Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE

Oleh Abul Muamar
1 Juli 2025
tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025
kaca yang retak Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan

Oleh Abul Muamar
27 Juni 2025
kumbang kepik menempel di dedaunan Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan
  • Kabar
  • Unggulan

Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan

Oleh Kresentia Madina
27 Juni 2025
lahan sawah dengan pepohonan kelapa di belakang Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Oleh Abul Muamar
26 Juni 2025
seorang anak berdiri di sebuah rumah kayu Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa

Oleh Abul Muamar
25 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.