Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Bisakah Bioteknologi Mendukung Ketahanan Pangan dan Transisi Energi?

Bioteknologi memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung berbagai aspek kehidupan manusia dan membantu menjawab masalah dunia yang paling mendesak, seperti krisis pangan global dan emisi gas rumah kaca.
Oleh Kresentia Madina
3 Februari 2023
potret tangan bersarung tangan biru sedang memegang benda di laboratorium.

Foto oleh National Cancer Institute di Unsplash.

Masalah modern membutuhkan solusi modern. Pandemi COVID-19 yang belakangan terjadi, ditambah dengan perubahan iklim dan berbagai krisis di seluruh dunia, menjadi bukti bahwa kita harus terus mencari solusi, perbaikan, dan inovasi untuk mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Sains, teknologi, dan informasi terus berkembang dan berbaur dengan berbagai aspek kehidupan kita. Salah satu bidang ilmu yang berkembang pesat sebagai hasil penelitian interdisipliner adalah bioteknologi. Lalu, bagaimana bioteknologi dapat mendukung perjalanan kita menuju keberlanjutan?

Mengenal bioteknologi

Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan mendefinisikan bioteknologi sebagai “penerapan prinsip-prinsip ilmiah dan teknik untuk pengolahan material oleh agen biologis untuk menyediakan barang dan jasa.” Dengan kata lain, bioteknologi mengacu pada penggunaan proses, organisme, atau sistem biologis untuk menghasilkan produk yang meningkatkan kehidupan manusia dan kesehatan planet.

Dari makanan hingga obat-obatan, begitu banyak produk bioteknologi telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Bioteknologi mencakup berbagai konsep, prosedur, dan fungsi, mulai dari penggunaan ragi untuk membuat roti dan minuman fermentasi hingga mekanisme pembuatan vaksin yang lebih kompleks.

Sebagai cabang ilmu yang terus berkembang, bioteknologi berpeluang menawarkan banyak solusi atas permasalahan dunia yang terus berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir, penggerak pembangunan berkelanjutan telah mengakui bioteknologi sebagai alat yang ampuh. Bioteknologi memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung berbagai aspek kehidupan manusia dan membantu menjawab masalah paling mendesak di dunia, seperti krisis pangan global dan emisi gas rumah kaca.

Penggunaan bioteknologi untuk pembangunan berkelanjutan

Sapi-sapi di peternakan dengan nomor di telinga.
Industri daging termasuk salah satu penyumbang gas rumah kaca terbesar. | Foto oleh Annie Spratt di Unsplash.

Pertanian dianggap sebagai salah satu praktik paling awal bioteknologi. Bertahun-tahun yang lalu, para petani berupaya menghasilkan tanaman dengan hasil terbaik melalui pembiakan dan menciptakan pupuk dan pengendali hama yang efektif. Saat ini, berbagai inovasi telah dikembangkan untuk membantu memperkuat ketahanan pangan dunia dengan dampak lingkungan yang minimal.

Misalnya, para ilmuwan telah mencoba “menumbuhkan” daging dari sel hewan tanpa menggunakan hewan sungguhan—yang disebut daging hasil budidaya. Karena industri daging adalah salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, membudidayakan daging bertujuan untuk mengurangi jejak karbon, konsumsi air, dan penggunaan lahan industri daging seraya tetap memproduksinya.

Ahli bioteknologi Kaiser Jamil memandang bioteknologi sebagai alternatif dan perkembangan yang menjanjikan. “Bersama teknologi pertanian canggih lainnya, bioteknologi menawarkan cara yang menarik dan bertanggung jawab terhadap lingkungan untuk memenuhi permintaan konsumen akan pertanian berkelanjutan,” kata Jamil.

Di luar pertanian, penerapan bioteknologi menghasilkan berbagai solusi berkelanjutan. Dalam industri energi, biofuel—yang bersumber dari bahan tanaman seperti batang jagung dan rumput—dikembangkan sebagai alternatif bahan bakar terbarukan untuk mengurangi jejak karbon dari produksi bahan bakar fosil. Di Filipina, para peneliti sedang mengembangkan bioplastik berbasis mangga dan rumput laut untuk menggantikan pembungkus plastik yang menggunakan bahan bakar fosil.

Penelitian dan pengembangan

tanda kuning bertuliskan “Break Free from Fossil Fuels” terpampang di tiang lampu.
Permintaan biofuel global diperkirakan tumbuh sebesar 28% pada tahun 2026. | Foto oleh Eelco Böhtlingk di Unsplash.

Meskipun manfaatnya melimpah di berbagai industri, penerapan bioteknologi memiliki tantangan. Misalnya, memproduksi daging budidaya membutuhkan proses yang rumit dan mahal yang sebagian besar belum siap untuk ditingkatkan. Contoh lain adalah bagaimana beberapa negara Eropa melarang Makanan yang Dimodifikasi Secara Genetik/Genetically Modified Food (GMO) karena berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan hewan serta ekosistem. Produksi biofuel juga menimbulkan kekhawatiran, seperti kenaikan harga pangan dan risiko degradasi lahan, hutan, dan ekosistem. Produksi bahan bakar—terutama yang menggunakan tanaman generasi pertama—mengancam akan mengambil alih lahan yang sebelumnya digunakan untuk pertanian, menimbulkan risiko deforestasi untuk mencari lahan baru untuk ditanami.

Pengukuran risiko merupakan langkah penting dalam memanfaatkan potensi bioteknologi. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) telah melakukan proses evaluasi, penilaian, dan rekomendasi untuk memastikan keamanan makanan transgenik (GMO). Karena permintaan global untuk biofuel diperkirakan tumbuh sebesar 28% pada tahun 2026, penting juga untuk mengupayakan ketersediaan lahan dan sumber daya tanaman lainnya agar produksi tetap berkelanjutan. Evaluasi berkelanjutan juga harus dilakukan di bidang lain di mana bioteknologi diterapkan.

Kemajuan bioteknologi memberi kita banyak potensi dan solusi dalam perjalanan kita menuju keberlanjutan. Namun, pemanfaatan bioteknologi harus berjalan beriringan dengan kemanusiaan, tanggung jawab, akuntabilitas, dan kerja sama antara pemerintah, lembaga akademik, dan perusahaan. Dengan begitu, penerapan bioteknologi dapat menjadi solusi yang kokoh dan berkelanjutan untuk kebaikan semua orang dan planet ini tanpa mengorbankan siapa pun.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Melestarikan Situs Warisan di Tengah Perubahan Iklim
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Strategi Regional Afrika untuk Prioritaskan Layanan Rehabilitasi
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Menilik Peran Kaum Muda dalam Mendorong Kemajuan Pembangunan Berkelanjutan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Potret Polusi Plastik di Asia Tenggara dan Asia Timur

Continue Reading

Sebelumnya: SukkhaCitta Dorong Industri Fesyen Berkelanjutan melalui Produksi Kapas Organik dan Berdayakan Petani Perempuan
Berikutnya: China Tingkatkan Konservasi Lahan Basah melalui Perlindungan Hukum dan Komitmen Global

Lihat Konten GNA Lainnya

Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia