Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • ESG
  • Muda
  • Dunia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Mendukung Hak-Hak Difabel melalui Seni dan Kreativitas

Seni dan kreativitas dapat menjadi sarana potensial untuk mendukung suara dan hak-hak difabel.
Oleh Abul Muamar
12 Desember 2024
pensil dengan berbagai warna

Foto: Agence Olloweb di Unsplash.

Kehidupan ini dipenuhi dengan keberagaman yang mestinya saling melengkapi dan mewarnai. Namun, sebagian orang atau kelompok masih mengalami perlakuan diskriminatif dan tidak adil, serta termarjinalkan dalam tatanan masyarakat, terutama orang-orang dengan disabilitas atau difabel. Kini, berbagai pihak mulai memiliki kesadaran dan tergerak untuk mewujudkan kesetaraan dan inklusivitas yang merangkul semua. Terkait hal ini, seni dan kreativitas dapat menjadi sarana potensial untuk mendukung suara dan hak-hak difabel.

Diskriminasi hingga Olok-olok

Sekitar 8,5-10% dari total populasi Indonesia merupakan orang-orang dengan disabilitas. Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan disabilitas cukup signifikan. Namun sayangnya, orang-orang dengan disabilitas masih kerap mengalami diskriminasi dalam berbagai bentuk, di berbagai sektor, dan di berbagai lingkungan, dan semuanya terjadi tanpa mengenal batas usia.

Misalnya, banyak anak-anak dengan disabilitas yang kesulitan untuk mengenyam pendidikan di sekolah karena kondisi disabilitas mereka. Catatan tahunan FORMASI Disabilitas merekam banyaknya kasus sekolah yang tidak mau menerima anak dengan disabilitas. Banyak pula anak-anak dengan disabilitas yang mengalami kekerasan, baik di lingkungan keluarga mereka sendiri maupun di luar.

Sedihnya, kondisi seperti itu terus berlanjut hingga mereka dewasa. Orang-orang dewasa dengan disabilitas banyak yang mengalami berbagai bentuk diskriminasi dan perlakuan yang tidak adil di tengah masyarakat. Di sektor ketenagakerjaan, misalnya, banyak difabel yang kesulitan untuk memperoleh pekerjaan sehingga mereka terjerembab ke dalam lembah pengangguran. Kondisi ini umumnya berdampak pada kehidupan mereka di dalam keluarga, dimana mereka sering dianggap sebagai beban.

Selain mengalami diskriminasi dan termarjinalkan, orang-orang dengan disabilitas juga kerap menjadi bahan olok-olok di tengah masyarakat, termasuk saat mereka masih kecil oleh teman-teman nondifabel sebaya mereka.

Seni dan Kreativitas untuk Dukung Hak-Hak Difabel

Ada banyak jalan untuk mendukung hak-hak difabel yang dapat kita lakukan. Seni dan kreativitas merupakan salah satu sarana yang belakangan banyak dimanfaatkan. 

Dalam dunia perfilman, misalnya. Dalam beberapa tahun terakhir telah bermunculan film-film yang mengampanyekan pentingnya menghargai dan mendukung suara dan hak-hak difabel, termasuk dalam proses penggarapannya yang melibatkan orang-orang dengan disabilitas. Salah satunya adalah Sundul Langit, yang disutradarai oleh Basuki, seorang difabel netra dari Komunitas Sahabat Mata di Semarang, dengan naskah yang ditulis oleh seorang Tuli. Menceritakan tentang seorang siswi Tuli yang kerap menghadapi perundungan dari teman-temannya yang nondifabel hingga membuatnya tidak masuk sekolah selama beberapa waktu, film tersebut ditutup dengan permohonan maaf para pelaku perundungan saat si tokoh utama kembali ke sekolah.

Film tersebut menuai sorotan dalam acara “Our Rights, Our Future Film Tour” yang diselenggarakan oleh Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia (UNIC) dan Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR) pada 5-7 Desember 2024. Acara bertajuk “Empowered Persons with Disabilities, Inclusivity for All” tersebut juga menampilkan peragaan busana oleh difabel-difabel dari Komunitas Layak sebagai bentuk kampanye kesetaraan dalam dunia fesyen.

Kemudian dalam dunia seni rupa. Di Yogyakarta, kini muncul Equalitera Artspace, sebuah galeri seni yang mewadahi karya-karya dari seniman difabel, sebagai respons atas kurangnya inklusivitas dalam dunia seni rupa selama ini. Mengusung prinsip kesetaraan dan inklusivitas, galeri seni tersebut juga mewadahi karya-karya dari seniman nondifabel. 

Dalam dunia sastra, juga telah ada beberapa komunitas yang mengusung inklusivitas dalam aktivitas mereka. Difalitera di Surakarta, contohnya, yang menyediakan karya-karya sastra dalam bentuk suara untuk membantu orang-orang dengan disabiltas netra menikmati berbagai cerita dari berbagai penjuru. Tidak hanya dalam bahasa Indonesia, komunitas ini juga menyediakan karya-karya sastra suara dalam beragam bahasa daerah.

Pekerjaan yang Layak untuk Difabel

Mewujudkan inklusivitas tidak boleh berhenti pada perkara-perkara aksesibilitas terhadap layanan dasar dan fasilitas umum serta pemberian ruang-ruang publik yang setara, tetapi mesti sampai ke hal-hal fundamental yang menentukan kesejahteraan seseorang. Dalam hal ini, akses dan kesempatan yang setara ke lapangan pekerjaan adalah salah satunya. Namun, yang lebih progresif adalah mewujudkan pekerjaan yang layak untuk orang-orang dengan disabilitas. Dengan masih banyaknya difabel yang hidup dalam pengangguran hingga saat ini, hal ini menggarisbawahi bahwa jalan menuju ke arah sana masih panjang dan terjal.

Selain seni dan kreativitas, jalan-jalan lain yang potensial dan efektif juga mesti diupayakan. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil harus bahu membahu dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kesetaraan, serta meningkatkan dan memperluas aksi-aksi yang lebih progresif dan signifikan untuk mewujudkannya.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan GNA Indonesia.

Langganan Anda akan memberikan akses ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia, memperkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda sekaligus mendukung kapasitas finansial Green Network Asia untuk terus menerbitkan konten yang didedikasikan untuk pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder.

Pilih Paket Langganan

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Tekad Indonesia untuk Eliminasi Kusta pada 2030
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Pendekatan Sistemik untuk Hapus Kekerasan Seksual di Fasilitas Kesehatan
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Jerman Danai Proyek SETI untuk Dekarbonisasi Sektor Bangunan dan Industri di Indonesia
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Memutus Lingkaran Setan Kekerasan dalam Pendidikan Dokter Spesialis

Continue Reading

Sebelumnya: Oncom: Bagaimana Jamur dapat Dimanfaatkan untuk Daur Ulang Sampah Makanan
Berikutnya: Pakistan Kembangkan Strategi Nasional Pemanfaatan dan Pengelolaan Bambu

Baca Kabar dan Cerita Lainnya

Sekelompok laki-laki muda berfoto bersama seorang ibu di depan sebuah rumah. Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Perempuan Penjaga Hutan di Negeri Patriarki: Kisah Mpu Uteun dan Ekofeminisme di Aceh

Oleh Naufal Akram
25 Agustus 2025
buku terbuka Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan
  • Kolom IS2P
  • Opini
  • Partner
  • Unggulan

Menyampaikan Pengetahuan yang Dapat Diterapkan melalui Pelatihan Keberlanjutan

Oleh Yanto Pratiknyo
25 Agustus 2025
kubus kayu warna-warni di atas jungkat-jungkit kayu Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menciptakan Keadilan Pajak untuk Kesejahteraan Bersama

Oleh Abul Muamar
22 Agustus 2025
penggiling daging di peternakan Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Menghentikan Pendanaan Peternakan Industri di Vietnam: Jalan Menuju Pendanaan Sistem Pangan yang Adil dan Berkelanjutan

Oleh Brian Cook
22 Agustus 2025
dua orang sedang menandatangani dokumen di atas meja Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pembaruan Kemitraan Indonesia-PBB dalam Agenda SGDs 2030

Oleh Abul Muamar
21 Agustus 2025
sekelompok perempuan dan dua laki-laki berfoto bersama. Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Bagaimana Para Perempuan di Kampung Sempur Bogor menjadi Aktor dalam Mitigasi Bencana Longsor

Oleh Sahal Mahfudz
21 Agustus 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia