Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Tabu Makanan dan Risiko Kekurangan Nutrisi pada Ibu Hamil

Di berbagai budaya, ada tabu makanan bagi perempuan hamil. Sayangnya, hal ini seringkali menimbulkan risiko kekurangan nutrisi pada ibu dan bayi.
Oleh Ayu Nabilah
28 Februari 2025
seorang perempuan hamil menenteng keranjang berisi buah dan sayur

Photo: Ivan Samkov di Pexels

Tabu makanan mengacu pada pantangan makanan karena prinsip tertentu, seperti budaya dan agama. Kepercayaan ini terutama diturunkan dari generasi ke generasi melalui mulut ke mulut.

Jenis makanan dan alasannya beragam antara satu budaya dengan budaya lainnya. Di Sulawesi, misalnya, masyarakat setempat percaya bahwa makan udang dan cumi saat hamil akan membuat bayi memerah seperti udang atau memiliki tulang lunak seperti cumi. Sementara di Madura, sebagian masyarakat menganggap cabai sebagai makanan tabu bagi ibu hamil karena akan membuat bayi kotor, sakit, dan mudah menangis.

Di belahan dunia lain, penelitian tentang makanan tabu di Uganda, Afrika Selatan menemukan lebih dari empat belas makanan tabu di kalangan komunitas Acholi. Beberapa di antaranya adalah ayam, daging dan ikan asap, tebu, terong telur, kacang tanah, buah-buahan asam, dan ‘Lalaa’ (jenis sayuran). Sebagian besar makanan tabu justru menyediakan sumber nutrisi penting yang kaya untuk masa kehamilan dan pertumbuhan bayi. Sayangnya, banyak ibu hamil yang menghindarinya karena takut keguguran dan membahayakan janin.

Dampaknya terhadap Ibu dan Bayi

Sebuah penelitian di Indonesia menemukan bahwa jika seorang ibu hamil mengikuti tabu makanan, maka ia dua kali lebih mungkin memiliki risiko kekurangan energi kronis (KEK). Pilihan makanannya juga otomatis akan lebih sedikit dibanding mereka yang tidak mengikuti tabu makanan. Selain itu, mereka juga lebih mungkin memiliki bayi dengan berat badan kurang, yang merupakan faktor penyebab stunting.

Secara umum, stunting dan bentuk-bentuk malnutrisi lainnya merupakan masalah yang paling umum terjadi di negara-negara yang memiliki tabu makanan yang kuat. Survei Demografi dan Kesehatan Uganda menunjukkan bahwa sekitar 30% balita mengalami stunting. Selain itu, sekitar 71% anak-anak dan 47% perempuan di Acholi menderita anemia. Indonesia juga mengalami hal yang sama, dengan prevalensi stunting nasional sebesar 21,5% pada tahun 2023.

Budaya dan Kesejahteraan

Kebudayaan merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah komunitas, antara lain dapat menjadi penggerak kemajuan dan kemakmuran. Setiap intervensi memerlukan pemahaman dan pertimbangan yang menghormati konteks lokal dan budaya. Menyediakan pendidikan tentang tabu makanan dan konseling gizi untuk kehamilan sehat yang disesuaikan dengan komunitas sasaran adalah langkah awal yang baik.

Namun, penting untuk diingat bahwa tabu makanan bukanlah satu-satunya penyebab kekurangan nutrisi pada ibu hamil dan bayi. Mengatasi kemiskinan struktural dan multidimensi serta kerawanan dan kelangkaan pangan bergizi dan terjangkau sangat penting dalam menjamin kesehatan dan kesejahteraan semua orang, termasuk perempuan dan bayi.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Continue Reading

Sebelumnya: Melihat Praktik Pemilahan Sampah di Pesantren Darush Shalihat Yogyakarta
Berikutnya: Kemitraan Jepang-UNICEF untuk Tingkatkan Kualitas Gizi dan Pendidikan di Biak Numfor

Artikel Terkait

bola lampu dengan colokan dengan latar hijau Pemerintah Luncurkan Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Pemerintah Luncurkan Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional

Oleh Abul Muamar
9 Juli 2025
balok-balok kayu dengan simbol ASEAN dan Inggris Luncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Kesehatan
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

ASEAN dan Inggris Luncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Kesehatan

Oleh Kresentia Madina
9 Juli 2025
sepasang kaki bayi berbalut kain putih Kelindan Penurunan Angka Kelahiran dan Meningkatnya Biaya Hidup
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Kelindan Penurunan Angka Kelahiran dan Meningkatnya Biaya Hidup

Oleh Abul Muamar
8 Juli 2025
Seorang remaja laki-laki duduk sendirian di ruangan temaram, tampak tertekan sambil memegang telepon genggamnya Bagaimana Manosphere Membentuk Ulang Identitas Lelaki Muda
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Bagaimana Manosphere Membentuk Ulang Identitas Lelaki Muda

Oleh Sukma Prasanthi
8 Juli 2025
infografik kemiskinan anak Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa
  • Infografik
  • Unggulan

Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa

Oleh Irhan Prabasukma
7 Juli 2025
beberapa orang mendayung perahu di permukiman saat banjir. Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia

Oleh Andi Batara
7 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.