Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Figur
  • Unggulan

Kasim Arifin dan 15 Tahun Pengabdian Seorang Mahasiswa KKN

Dari kisah hidupnya yang inspiratif, kita bisa belajar mengenai pentingnya mempraktikkan pengetahuan yang kita miliki untuk memberikan manfaat bagi sesama dan bumi kita yang tercinta.
Oleh Nazalea Kusuma
10 Desember 2021
Kasim Arifin pengabdian mahasiswa KKN

Sumber: Ngelmu.co

Muhammad Kasim Arifin lahir di Langsa, Aceh, pada 1938. Dari kisah hidupnya yang inspiratif, kita bisa belajar mengenai pentingnya mempraktikkan pengetahuan yang kita miliki untuk memberikan manfaat bagi sesama dan bumi kita yang tercinta. Kisah tersebut berawal dari keputusannya untuk mendaftar kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Sebagaimana kampus lain di Indonesia, IPB juga melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah prinsip tanggung jawab perguruan tinggi untuk menerapkan keseimbangan antara kewajiban dalam aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 

Sebagian besar mahasiswa harus melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan mengikuti KKN, yaitu terjun langsung melayani masyarakat di daerah-daerah yang kekurangan di antero Nusantara. KKN biasanya selesai dalam tiga bulan saja. Akan tetapi, Kasim Arifin terus menetap dan melayani masyarakat selama 15 tahun.

Kasim dan mahasiswa IPB lainnya dikerahkan ke Desa Tunggakjati dan Desa Tanjungpura di Karawang untuk memperkenalkan dan melaksanakan Program Panca Usaha Tani pada 1964. Karena proyek rintisan tersebut berhasil, IPB mengirim beberapa mahasiswa untuk menyebarluaskan konsep pertanian tersebut ke seluruh pelosok tanah air. Kasim dan teman-teman tiba di Desa Gemba, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku pada 1965.

Sesuai dengan rencana awal, teman-teman Kasim kembali ke Bogor untuk melanjutkan kuliah setelah tiga bulan KKN. Akan tetapi, Kasim Arifin memutuskan tetap tinggal di Gemba karena merasa tugasnya belum selesai. Orang tua, teman-teman, bahkan Dekannya di IPB saat itu, Profesor Andi Hakim Nasution, memintanya untuk kembali dan menyelesaikan kuliah hingga lulus. Kasim kukuh dengan keputusannya.

Saleh Widodo, teman dekat Kasim, diutus ke Desa Gemba (yang sudah berubah nama menjadi Waimital) pada 1979 untuk membujuknya pulang. Kasim akhirnya mengalah. Dengan bantuan teman-temannya, Kasim menuangkan kisahnya di Gemba ke dalam lembaran-lembaran skripsi sebagai syarat kelulusan. Kasim akhirnya memperoleh gelar sarjana dari IPB pada 1979.

Selama 15 tahun mengabdi, Kasim dan warga Gemba bekerja sama dalam berbagai kegiatan. Mereka membuat akses jalan, membangun saluran irigasi, dan membuka lahan pertanian secara mandiri, tanpa bantuan dana dari pemerintah. Mereka membangun bendungan dan saluran irigasi puluhan kilometer secara manual. Saat ini, sistem irigasi tersebut memasok air untuk ratusan hektar sawah.

Namun demikian, kontribusi paling menonjol yang diberikan oleh Kasim Arifin adalah keberhasilannya dalam menghidupkan semangat gotong royong di tengah masyarakat Desa Gemba. Selama menetap di sana, Kasim bahkan sempat membentuk grup musik tradisional yang masih aktif hingga sekarang.

Gemba kini menjadi desa paling maju dan makmur di Kabupaten Seram Bagian Barat. Sebagai pengingat akan jasa dan pengabdian Kasim, sebuah ruas jalan di Gemba dinamai menurut namanya. Masyarakat di sana memanggilnya Antua, sapaan bagi tokoh yang dihormati di Maluku.

Setelah meninggalkan Gemba, semangat pengabdiannya tidak padam. Kasim menjadi dosen di Universitas Syiah Kuala, Aceh, pada 1994. Pada usia 66 tahun, ia menjadi bagian dari tim yang ditugaskan pemerintah untuk mempelajari pembangunan jalan Ladia Galaska (Lautan Hindia-Gayo-Alas-Selat Malaka) yang kontroversial.

Dedikasi Kasim Arifin mendapat pengakuan dari beragam kalangan. Taufiq Ismail, sastrawan besar Indonesia yang juga alumnus IPB, menulis puisi tentang kepulangan Kasim ke almamater mereka. Pada 1982, Kasim Arifin dianugerahi Kalpataru, sebuah apresiasi pemerintah bagi para pelopor perubahan dalam pelestarian lingkungan. Kisah hidupnya juga muncul dalam sebuah buku yang ditulis Hanna Rambe. Buku yang diterbitkan pada 1983 tersebut membandingkan antara slogan pembangunan dan realitasnya.

Kasim Arifin wafat pada Juli 2006, meninggalkan seorang istri dan tiga anak.

Pembanguna Rumah Kasim
Ikatan Alumni IPB sedang membangun rumah untuk keluarga Kasim Arifin. Sumber: Serambinews

Pada Februari 2021, Ikatan Alumni IPB membangun rumah bagi keluarga Kasim Arifin di Gampong Rumpet, Aceh, untuk mengapresiasi jasa-jasanya. Sampai saat ini, kiprah Kasim Arifin terus menginspirasi para pelajar dan generasi muda untuk mempraktikkan ilmu yang mereka peroleh dengan terjun langsung ke tengah masyarakat dan melayani mereka yang membutuhkan.

Penerjemah dan Editor: Mahardhika dan Kezia Indira @Pustakezia

Sumber: YouTube Himpunan Alumni IPB, Website Hutan Tersisa

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Nazalea Kusuma
Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Naz adalah Manajer Publikasi Digital Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengulik Tren Gaya Hidup Minimalis di TikTok
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mengatasi Tantangan dalam Implementasi Adaptasi Berbasis Ekosistem (EbA)
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Polusi Cahaya dan Dampaknya terhadap Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Menurunnya Keterampilan Literasi Orang Dewasa di Seluruh Dunia

Continue Reading

Sebelumnya: COP26: Terobosan dan Hasil Penting dari KTT Iklim Glasgow
Berikutnya: Aksi Menanam Pohon Bersama Sakola Wanno, Layanibumi, dan Green Network Asia

Artikel Terkait

sekelompok orang berfoto bersama dengan sebagian berdiri dan sebagian berjongkok. Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene

Oleh Ihsan Tahir
3 Juli 2025
Serpihan arang dan serbuk arang Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi

Oleh Ayu Nabilah
3 Juli 2025
Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
  • Opini
  • Unggulan

Mengulik Peluang dan Tantangan Saham Syariah dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Sri Maulida
2 Juli 2025
bendera tuvalu Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu
  • Kabar
  • Unggulan

Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu

Oleh Kresentia Madina
2 Juli 2025
seorang nelayan berdiri di kapal kecil di tengah perairan Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE

Oleh Abul Muamar
1 Juli 2025
tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.