Bagaimana Ongi River Movement di Mongolia Melindungi Manusia dan Lingkungan

Foto: Fadhil Abhimantra di Unsplash.
Air adalah sumber kehidupan yang diandalkan semua makhluk hidup di Bumi untuk bertahan hidup dan berkembang. Sungai merupakan salah satu sumber air yang sangat penting di Mongolia, negara semi-kering dengan curah hujan rendah. Namun, peristiwa cuaca ekstrem dan aktivitas pertambangan mengancam keberadaan sungai-sungai di negara tersebut. Terkait hal ini, Ongi River Movement yang berakar di akar rumput, berupaya mengatasi isu ini.
Ancaman terhadap Air Adalah Ancaman terhadap Mata Pencaharian
Mongolia adalah negara yang terkurung daratan dengan cuaca kering dan curah hujan yang relatif rendah. Sayangnya, perubahan iklim dan penggurunan (desertifikasi) semakin mengancam sumber daya air negara tersebut. UNDP melaporkan bahwa penggurunan memengaruhi lebih dari 77% lahan Mongolia. Situasi ini sangat memprihatinkan, mengingat lebih dari 82% total penggunaan air bersumber dari air tanah, yang menjadi pemasok air bagi kegiatan ekonomi dan konsumsi masyarakat Mongolia.
Tantangan-tantangan ini khususnya dirasakan di daerah pedesaan dimana rumah tangga penggembala berada. Sepertiga rumah tangga di Mongolia adalah penggembala; mereka bergantung pada sumber air untuk beternak dan bertani. Selain itu, rumah tangga pedesaan di negara tersebut sangat rentan terhadap risiko iklim. Peristiwa cuaca ekstrem seperti kekeringan dan dzud — badai musim dingin yang parah — menjadi semakin parah akibat perubahan iklim. Peristiwa semacam itu dapat menyebabkan kematian massal hewan ternak, yang merugikan sumber makanan dan pendapatan mereka.
Selain itu, sumber air seperti sungai terancam oleh aktivitas pertambangan di sepanjang hulu sungai. Misalnya, arsenik dan logam berat, seperti nikel dan aluminium, ditemukan mencemari perairan sungai, membahayakan penduduk lokal dan keanekaragaman hayati di sekitarnya.
Ongi River Movement
Ancaman-ancaman ini telah mendorong lahirnya inisiatif dalam komunitas penggembala di Mongolia. Salah satunya adalah Ongi River Movement.
Ongi River Movement adalah kelompok advokasi berbasis komunitas yang menentang aktivitas penambangan emas di sepanjang DAS Ongi. Lahir pada tahun 2001, gerakan ini bermula ketika para penggembala setempat menyadari bahwa sungai yang mereka kenal jernih telah berubah menjadi keruh dan kering. Dari situ, penduduk desa lantas bersatu untuk mengadakan pertemuan, kampanye publik, dan protes guna menuntut akuntabilitas dan penghentian aktivitas penambangan. Gerakan ini kemudian menyebar ke kelompok-kelompok sipil yang lebih luas seperti pengacara, ilmuwan, dan lainnya. Alhasil, lima tahun berselang, 35 dari 36 aktivitas penambangan di dekat DAS Ongi telah berhenti beroperasi.
Tak lama setelah kelahirannya, Ongi River Movement membentuk delapan dewan lokal di tiga provinsi dekat DAS Ongi dan merekrut 4.000 anggota pendukung. Kegiatan mereka meliputi peningkatan kesadaran lokal melalui seminar, pertemuan balai kota, dan pawai. Mereka berupaya menyebarkan urgensi untuk menjaga sumber daya alam dan mengkampanyekan perlindungan lingkungan.
Advokasi mereka meluas ke seluruh penjuru negara ketika para aktivis mulai menuntut undang-undang yang melarang eksplorasi dan operasi pertambangan di sungai, kawasan lindung, dan hutan. Berkat kampanye dan tuntutan mereka yang berkesinambungan, Parlemen Mongolia akhirnya mengesahkan undang-undang tersebut pada tahun 2009. Ongi River Movement telah membuktikan bahwa ketika masyarakat bersatu, menjaga alam menjadi suatu hal yang mungkin.
Kelindan Alam dan Mata Pencaharian
Sumber daya alam telah menjadi sandaran masyarakat selama berabad-abad; dan karena jelas, alam dan mata pencaharian saling berkelindan. Kasus di Mongolia adalah salah satu contohnya: ketika sungai tercemar atau kering, para penggembala kehilangan ternak sementara penduduk kehilangan sumber air. Oleh karena itu, melindungi alam atau mata pencaharian seharusnya bukan dilema—keduanya dapat berjalan beriringan dan merupakan prioritas yang saling terkait dan bergerak ke arah yang sama.
Meskipun terdapat undang-undang yang melindungi alam di Mongolia dan sekitarnya, pemantauan dan penegakan hukum yang lebih kuat tetap diperlukan agar tidak ada celah bagi pelanggaran yang dapat merugikan masyarakat lokal, ekosistem, dan keanekaragaman hayati. Salah satunya, pemerintah harus meningkatkan transparansi dalam proses perizinan pertambangan untuk mencegah korupsi.
Lebih lanjut, seperti yang ditunjukkan oleh Ongi River Movement, masyarakat dapat berperan aktif dalam mengawasi, mengadvokasi, dan meminta pertanggungjawaban institusi yang bersangkutan serta menagih janji mereka. Pada akhirnya, perlindungan alam berdampak pada manusia dan planet Bumi, baik sekarang maupun di masa depan.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Jadi Member Sekarang