Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Dampak Ekologis dan Sosial dari Perluasan Tambang di Pulau Jawa

Sebuah laporan menunjukkan bagaimana perluasan tambang di Pulau Jawa kian mengancam ruang hidup masyarakat dan kelestarian alam. Lantas, apa yang semestinya dilakukan?
Oleh Andi Batara
19 Agustus 2025
Bukit karst dilihat dari tepi jalan.

Bentang Alam Karst Gunung Sewu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. | Foto: WALHI Yogyakarta.

Perluasan tambang seringkali mengorbankan bentang alam yang menjadi tumpuan hidup masyarakat. Pulau Jawa, dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia dan mengemban peran strategis sebagai pusat perekonomian, menghadapi tekanan eksploitasi yang membatasi ruang hidup masyarakat, salah satunya akibat ekspansi pertambangan. Laporan CELIOS mencoba menunjukkan bagaimana dampak ekologis dan sosial akibat tambang di Pulau Jawa serta memberikan rekomendasi strategis untuk meredam dan mencegah krisis.

Ancaman Tambang di Jawa

Meski luasnya hanya sekitar 7% dari total wilayah Indonesia, Pulau Jawa menampung jumlah penduduk terbesar dan menjadi pusat perekonomian nasional. Namun, pulau ini juga dibebani oleh ratusan Izin Usaha Pertambangan, yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Bahkan banyak pertambangan yang beroperasi di kawasan yang dekat dengan pemukiman padat penduduk, daerah aliran sungai, dan wilayah pesisir yang rentan.

Keberadaan tambang dalam jumlah besar telah mengancam kawasan hutan lindung dan keanekaragaman hayati, serta merusak daerah aliran sungai. Sebagai contoh, dampak nyata pertambangan terlihat jelas, di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dimana penambangan pasir di kawasan lereng Gunung Merapi telah menyebabkan perubahan pola aliran sungai sehingga mengancam sumber mata air warga, dan memperparah risiko longsor yang membahayakan wilayah pemukiman. Ancaman juga datang dari rencana tambang batu gamping di kawasan karst Wonogiri, Jawa Tengah, yang berpotensi merusak bentang alam Gunung Sewu, penyimpan air alami dan habitat unik berbagai spesies.

Krisis Ekologis dan Sosial Akibat Tambang

Laporan CELIOS menunjukkan bahwa aktivitas tambang di berbagai wilayah di Jawa tidak hanya menimbulkan kerusakan lingkungan secara lokal, tetapi juga memicu krisis ekologis dan sosial yang meluas. Dampak ini mencakup penurunan indeks kualitas tutupan lahan, berkurangnya kapasitas penyimpanan air di wilayah tambang, serta meningkatnya risiko bencana seperti banjir dan longsor.

Sektor industri semen menjadi salah satu sorotan utama. Sebagian besar bahan baku semen di Jawa berasal dari penambangan batu gamping di kawasan karst yang memiliki fungsi sebagai penyimpan air bawah tanah, penyangga ekosistem, dan habitat spesies lokal. Analisis kerugian ekonomi pada kasus tambang semen di Rembang, Jawa Tengah, misalnya, menunjukkan total kerugian mencapai Rp3,27 triliun per tahun dengan akumulasi kerugian kontan sampai dengan 2025 mencapai Rp35,9 triliun. Kerugian ini terdiri dari kerusakan lingkungan, biaya kesehatan akibat polusi udara dan air, serta hilangnya potensi serapan karbon akibat berkurangnya vegetasi di area tambang.

Selain industri semen, penambangan pasir juga menjadi masalah serius di Jawa. Di DIY, aktivitas penambangan pasir banyak berlangsung di wilayah DAS Progo, DAS Opak, Perbukitan Menoreh, dan Pegunungan Selatan. Beberapa lokasi tambang bahkan berada hanya sekitar 500 meter dari jembatan, yang berpotensi membahayakan keselamatan warga. Dalam periode 2019–2024, tercatat lebih dari 60 temuan pelanggaran oleh perusahaan tambang terhadap aturan yang berlaku, termasuk tidak dilakukannya identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagaimana mestinya.

Beralih ke Ekonomi Restoratif

CELIOS merekomendasikan penerapan moratorium izin tambang di Pulau Jawa sebagai langkah awal untuk menghentikan laju kerusakan lingkungan dan memberi ruang bagi perbaikan tata kelola sumber daya alam. Moratorium ini harus dibarengi dengan seruan untuk menghentikan praktik ekonomi ekstraktif yang selama ini menguras cadangan alam tanpa mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Sebagai gantinya, laporan tersebut menekankan pentingnya peralihan menuju ekonomi restoratif, suatu model pembangunan yang memulihkan ekosistem, menjaga keseimbangan alam, dan mengutamakan keberlanjutan jangka panjang. Pendekatan ini menitikberatkan pada perlindungan fungsi ekologis wilayah, seperti ketersediaan air, kualitas tanah, dan keanekaragaman hayati, sekaligus membuka peluang ekonomi baru berbasis pemanfaatan sumber daya alam yang lestari.

Editor: Abul Muamar

Continue Reading

Sebelumnya: Memperbaiki Kualitas Pendidikan Dasar di Asia Tengah
Berikutnya: SDG Venture Scaler untuk Dorong Investasi Berkelanjutan di Asia Tenggara

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia