Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

GNA Talks #1: Penciptaan Dampak untuk Pembangunan Berkelanjutan

GNA Talks edisi pertama bertajuk “Penciptaan Dampak untuk Pembangunan Berkelanjutan” menghadirkan Jalal, Green Network Asia Advisor dan Sustainability Provocateur sebagai narasumber. Berikut wawasan dan pesan berharga dari Jalal tentang penciptaan dampak untuk pembangunan berkelanjutan.
Oleh Abul Muamar
31 Oktober 2024
foto para peserta zoom GNA Talks

Para peserta GNA Talks edisi pertama “Penciptaan Dampak untuk Pembangunan Berkelanjutan” dengan narasumber Jalal, Green Network Asia Advisor dan Sustainability Provocateur dan dimoderatori oleh Marlis Afridah, Founder & CEO Green Network Asia. | Foto: Irhan Prabasukma.

Pembangunan berkelanjutan telah menjadi pendekatan yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk generasi saat ini dan generasi mendatang. Dalam hal ini, penciptaan dampak positif merupakan kunci untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil tidak hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan pelestarian sumber daya alam. Dalam GNA Talks edisi pertama, Jalal, Green Network Asia Advisor dan Sustainability Provocateur yang menjadi narasumber, memberikan wawasan dan pelajaran berharga tentang penciptaan dampak untuk pembangunan berkelanjutan.

Kemajuan yang Belum Memadai dan Dampak yang Sulit Diukur

Negara-negara di dunia telah berupaya untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Saat ini, banyak pihak di berbagai sektor yang mulai dan telah menyadari pentingnya pembangunan berkelanjutan dan melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai berbagai tujuan, mulai dari menghapus kemiskinan, meniadakan kelaparan, hingga mencapai kesetaraan gender dan inklusivitas. Dalam dunia usaha, misalnya, banyak perusahaan yang telah mengintegrasikan aspek-aspek keberlanjutan ke dalam rantai nilai bisnis mereka. Di pemerintahan, telah ada banyak regulasi, kebijakan, dan program yang mendorong pencapaian SDGs di banyak bidang. Demikian pula masyarakat sipil; banyak komunitas-komunitas yang melakukan aksi-aksi keberlanjutan dengan skala yang beragam.

Adanya tiga krisis planet—perubahan iklim, polusi, dan penurunan keanekaragaman hayati—telah membuat banyak pihak mengakselerasi aksi-aksi keberlanjutan untuk meredam dampak yang lebih buruk. Namun secara keseluruhan, “Kita saat ini berada di dunia yang masih belum berkelanjutan, baik itu dilihat dari kacamata Planetary Boundaries-nya Johan Rockström ataupun dengan Donut Economics-nya Kate Raworth. Memang ada berbagai dampak positif dari kerja-kerja pemerintah, masyarakat sipil, dan dunia usaha, tetapi skala dan kecepatannya belum memadai,” kata Jalal.

Di tengah upaya bersama untuk mencapai keberlanjutan, pengukuran dampak (impact) menjadi penting untuk mengetahui sejauh mana langkah yang telah diambil benar sesuai jalur. Namun, pengukuran dampak dalam pembangunan berkelanjutan bukanlah perkara mudah mengingat seringkali terdapat konsekuensi yang tidak diinginkan yang dapat menyamarkan dampak positif yang mungkin telah tercapai pada aspek-aspek tertentu. Misalnya, implementasi bahan bakar ramah lingkungan seperti biofuel, yang mungkin dapat menurunkan emisi gas rumah kaca, berpotensi menyebabkan peningkatan harga dan kelangkaan pangan jika lahan pertanian dialokasikan untuk memasok bahan baku untuk produksi biofuel skala masif. Oleh karena itu, memperkuat kerangka kerjasama sangatlah penting.

“Jadi, kita harus sadar bahwa untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, pendekatannya harus integratif. Kita harus memikirkan, misalnya, ketika kita melakukan sesuatu, konsekuensinya dimana, unintended consequences-nya apa. Jadi kita harus duduk bersama dan merumuskan solusi bersama-sama,” tutur Jalal.

Belajar dari Masyarakat Adat

Sebelum konsep “pembangunan berkelanjutan” atau SDGs dicetuskan dan diadopsi secara global, pada dasarnya ada banyak komunitas di dunia yang telah menerapkan prinsip-prinsip hidup yang selaras dengan konsepsi keberlanjutan. Masyarakat Adat adalah salah satu entitas yang paling mewakili dalam hal ini. Oleh karena itu, Jalal menekankan pentingnya para aktor keberlanjutan untuk belajar dari komunitas-komunitas tersebut.

“Misalnya, terkait penghapusan kelaparan. Masyarakat Adat yang ratusan atau ribuan tahun hidup dengan caranya tidak pernah mengalami kekurangan pangan, itu harus jadi inspirasi untuk mencapai SDGs 1. Ketika kita bicara soal pemberantasan kemiskinan, kita perlu memikirkan ulang konsep tentang miskin. Jadi, kita jangan memakai standar kemiskinan versi Jakarta, misalnya. Karena lantai rumahnya belum tegel, belum semen, lalu kita mengkategorikan seseorang sebagai miskin. Yang kayak gitu harus kita tinjau ulang. Intinya kita perlu banyak belajar dari komunitas-komunitas yang sudah menjalani hidup dengan cara yang lebih dekat dengan konsep keberlanjutan untuk mencapai SDGs,” katanya.

“Perlu diingat, banyak dari mereka yang terancam dalam upaya pembangunan. Alih-alih kita mau menghilangkan kelaparan, misalnya, justru ada banyak tindakan dalam pembangunan yang malah bikin mereka jadi tidak punya lagi keamanan pangan. Kalau di dalam pembangunan kita melihat ada kelompok-kelompok tertentu yang malah jadi lebih miskin, atau dari tidak miskin menjadi miskin, itu adalah cara pembangunan yang salah dan bertentangan dengan SDGs,” Jalal menambahkan.

Pelajaran Berharga

Pembangunan berkelanjutan menghadapi tantangan besar mengingat banyaknya masalah kompleks dan jahat yang saling berkelit kelindan di dunia. Oleh karena itu, perlu pendekatan komprehensif dan terintegrasi untuk mengatasi seluruh tantangan yang ada tanpa meninggalkan seorang pun di belakang. Pada sesi akhir acara, Jalal memberikan pelajaran berharga mengenai pentingnya kontekstualisasi lokal, adaptive learning, dialog inklusif, dan pembiayaan berkelanjutan dalam upaya penciptaan dampak untuk pembangunan berkelanjutan. Jalal juga memberikan beberapa pesan yang penting untuk para partisipan:

  • Finding your purpose (menetapkan tujuan). “Ketika kita memegang teguh purpose kita, mau kita sedang bekerja bersama pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, maupun perusahaan, yang akan kita perjuangkan akan tetap sama.”
  • Resilience and patience (tangguh dan sabar). “Keberlanjutan adalah marathon, bukan sprint.” 
  • Stay adaptive (Terus adaptif). “Kalau kita tidak terbuka dengan perubahan, ide-ide baru, teknologi, kita akan susah untuk berada dalam perjuangan mencapai keberlanjutan.”
  • Embrace partnerships (Meningkatkan kemitraan). “Tidak ada satu pun urusan keberlanjutan yang bisa kita selesaikan sendirian.”
  • Stay grounded (Turun ke lapangan). “Kita perlu selalu memeriksa data, memeriksa situasi di lapangan. Kita perlu mengecek realitas dan mendapatkan umpan balik dari realitas yang kita dapatkan.”
  • Pegang teguh ethical compass. “Musuh dalam keberlanjutan, terutama di perusahan-perusahaan, adalah godaan untuk tampil hijau secepat mungkin dan semudah mungkin. Jangan pernah main-main dengan urusan keberlanjutan, yang jatuhnya akan menciptakan misinformasi dan disinformasi.”

Adapun GNA Talks edisi pertama bertajuk “Penciptaan Dampak untuk Pembangunan Berkelanjutan” dimoderatori oleh Marlis Afridah, Founder & CEO Green Network Asia, dan dihadiri oleh puluhan peserta yang berasal dari berbagai kalangan seperti pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil. Artikel ini merupakan elaborasi dari hasil tanya jawab yang berlangsung selama acara.

Rekaman video GNA Talks “Penciptaan Dampak untuk Pembangunan Berkelanjutan” dapat disimak melalui kanal YouTube Green Network Asia. 

Bergabung dengan GNA Friends & Communities di WhatsApp untuk mendapat pembaruan konten, event, dan pelatihan dari Green Network Asia.

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Demokrasi yang Cacat di Indonesia: Kebebasan Berpendapat di Bawah Ancaman Kekerasan Aparat
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Ketimpangan, Pengangguran, hingga Korupsi yang Merajalela: 6 Isu Sosial yang Mendesak untuk Diatasi
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Dunia yang Kian Gemerlap dan Kelap-kelip Kunang-Kunang yang Kian Lenyap
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Peta Jalan Dekarbonisasi Industri untuk Tekan Emisi di Subsektor Intensif-Energi

Continue Reading

Sebelumnya: Bagaimana Platform Kerja Digital Mengubah Dunia Kerja di Kenya
Berikutnya: Pelestarian Rawa untuk Tingkatkan Perlindungan Wilayah Pesisir

Lihat Konten GNA Lainnya

ilustrasi misinformasi; manekin kepala dengan bagian atas terbuka menerima koran yang dilabeli tulisan palsu Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menangkal Masifnya Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi

Oleh Seftyana Khairunisa
12 September 2025
Seorang anak berkacamata menerima piring berisi makanan. Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menengok Bagaimana Program Makan Gratis di Sekolah di Amerika Latin dan Karibia

Oleh Attiatul Noor
12 September 2025
pembagian makanan kepada anak-anak Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih
  • GNA Knowledge Hub
  • Komunitas

Menyalakan Kemanusiaan dengan Menyelamatkan dan Mendistribusikan Makanan Berlebih

Oleh Dilla Atqia Rahmah
11 September 2025
Seorang perempuan pengguna kursi roda sedang meraih tombol lift. Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Kunci untuk Memastikan Sistem Transportasi Perkotaan yang Inklusif di Asia-Pasifik

Oleh Dinda Rahmania
11 September 2025
foto udara pemukiman padat yang ada di dekat bantaran sungai perkotaan Jerat Kemiskinan di Perkotaan
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Jerat Kemiskinan di Perkotaan

Oleh Seftyana Khairunisa
10 September 2025
seorang anak perempuan menulis dengan kapur di papan tulis hitam Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Bagaimana Pendidikan Lingkungan Dukung Ketahanan di Odisha, India

Oleh Attiatul Noor
10 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia