Keamanan Penggunaan Internet di Kalangan Anak-Anak Masih Lemah
Bagi orang-orang yang telah beranjak remaja pada era 1990-an dan 2000-an awal di Indonesia, dapat mengakses internet adalah suatu hal yang sangat istimewa. Namun kini, akses internet telah menjadi suatu hal yang lazim, bahkan menjadi hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari banyak orang, termasuk anak-anak. Akan tetapi, anak-anak di era internet yang semakin mudah menghadapi risiko yang signifikan, termasuk paparan konten berbahaya dan tidak pantas, perundungan digital (cyberbullying), hingga eksploitasi dan pelecehan seksual daring. Sebuah studi dari UNICEF yang diluncurkan pada Oktober 2024 mengungkap bahwa secara keseluruhan, keamanan dalam penggunaan internet di kalangan anak-anak di Indonesia masih lemah.
Internet yang Mengubah Dunia Anak-anak
Internet telah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak saat ini secara umum. Di banyak tempat dan kesempatan, potret anak-anak yang fokus dengan layar gadget mereka kini semakin mudah ditemukan, menggantikan pemandangan anak-anak yang berlarian atau memainkan permainan yang melibatkan aktivitas fisik. Bahkan, banyak anak-anak yang “betah” berlama-lama dengan perangkat mereka dan mengalami kecanduan yang sulit untuk dihilangkan.
Idealnya, anak-anak memerlukan internet untuk mendukung proses pembelajaran mereka. Namun, data menunjukkan bahwa mayoritas (89 persen) anak usia lima tahun ke atas mengakses internet untuk media sosial dan bermain game online, dan hanya sedikit (33 persen) di antara mereka yang mengakses internet untuk keperluan belajar.
Bahaya dan Dampak Penggunaan Internet di Kalangan Anak-Anak
Tidak dapat dipungkiri, internet memang memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Namun, penggunaannya yang berlebihan dan tidak terkendali serta tidak terlindungi seringkali menimbulkan dampak buruk yang lebih banyak dan meluas, terutama bagi anak-anak.
Studi UNICEF menemukan bahwa 89 persen anak-anak di Indonesia menggunakan internet selama rata-rata 5,4 jam per hari. Waktu selama itu lebih banyak mereka habiskan untuk mengobrol dan berteman melalui media sosial (86,5%) dan mengakses konten video. Namun, dampak buruk penggunaan internet di kalangan anak-anak yang diungkap dalam studi tersebut cukup mencengangkan: 48% anak pernah mengalami perundungan oleh anak lain; 50,3% anak telah melihat konten bermuatan seksual melalui media sosial; dan 2% anak telah diperlakukan atau diancam untuk melakukan kegiatan seksual. Di kalangan anak-anak dengan disabilitas, seluruh dampak tersebut lebih signifikan.
Menurut studi tersebut, 86,2% orang tua memberlakukan aturan atau pembatasan terkait penggunaan internet bagi anak mereka, dan 89,2% orang tua percaya bahwa ada bahaya di internet. Namun, pemahaman orang tua mengenai aktivitas internet anak-anak masih rendah.
Memperkuat Keamanan
Bahaya penggunaan internet di kalangan anak-anak bukan hanya yang telah disebutkan, melainkan juga mencakup dan tidak terbatas pada konten-konten kekerasan, misinformasi dan disinformasi serta ujaran kebencian, hingga iklan atau pemasaran makanan berbahaya yang berpengaruh terhadap preferensi makan anak.
Sayangnya, studi tersebut mengungkap bahwa hanya 37,5 persen anak yang pernah menerima informasi tentang cara berinternet dengan aman. Selain itu, 37 persen anak memilih tidak melapor jika mereka menghadapi pengalaman berselancar yang tidak menyenangkan karena takut dan kurangnya pengetahuan tentang cara melapor.
Oleh karena itu, penting untuk memperkuat keamanan dan perlindungan di ruang-ruang digital untuk mendukung pengalaman berinternet yang aman dan positif bagi anak-anak. Terkait hal ini, pemerintah Indonesia masih sedang menyiapkan aturan mengenai pencegahan kekerasan terhadap anak di ranah online yang akan menjadi peta jalan pencegahan dan penanganan dampak negatif internet. Peta jalan tersebut sedang disiapkan dalam bentuk peraturan presiden (perpres) yang menitikberatkan pada penguatan pengasuhan orangtua dan penanganan kasus.
Namun, perlu juga memastikan bahwa upaya penguatan keamanan dilakukan secara komprehensif dan koheren dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait, mulai dari pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil.
Tips bagi Orang Tua
Mewujudkan akses ke internet yang aman dan positif bagi anak-anak berarti berinvestasi pada perlindungan dan pendidikan bagi mereka. Sebagai pihak yang paling dekat dengan anak-anak, orang tua atau pendamping anak memiliki peran yang sangat vital dalam melindungi aktivitas berselancar mereka. Untuk itu, UNICEF memberikan sejumlah tips untuk melindungi anak-anak dari berbagai dampak buruk dari mungkin terjadi dari penggunaan internet:
- Berkomunikasi secara terbuka dengan anak tentang cara dan teman interaksi mereka di dunia maya. Pastikan anak paham bahwa interaksi dunia maya pun harus dilakukan dengan baik dan sopan, agar meninggalkan jejak digital yang baik di masa depan. Dorong anak untuk selalu bercerita apabila mereka mendapatkan pengalaman negatif.
- Manfaatkan fitur perlindungan teknologi seperti program antivirus terbaru dengan pengaturan privasi diaktifkan, fitur pengendalian orang tua dan pencarian aman (safe search).
- Temani anak saat mengakses internet, misalnya dengan membantu mereka mengetahui dan menghindari bentuk-bentuk misinformasi dan konten berbahaya atau yang tidak sesuai dengan usia mereka.
- Ajarkan anak untuk memiliki kebiasaan baik di dunia maya. Contohkan dan pantau perilaku anak di dunia maya. Ingatkan anak untuk selalu bersikap baik terhadap teman sekelas dan mengenakan pakaian yang pantas.
Dorong Anak untuk melapor jika mengetahui atau mengalami masalah di dunia maya. Ingatkan selalu jika anak merasa sedang dirundung, diganggu, diancam, atau menemukan masalah lainnya di dunia maya, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencari bantuan dari seseorang yang dipercaya seperti orang tua, wali, anggota keluarga, pendamping, atau orang dewasa lainnya yang dapat dipercaya.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.