Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • GNA Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Soft News
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • ESG
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Kemitraan Publik-Swasta sebagai Strategi Pembiayaan Penanggulangan Malnutrisi di Indonesia

Tantangan malnutrisi di Indonesia masih cukup besar. Diperlukan strategi pembiayaan dan intervensi masif melalui kemitraan publik-swasta untuk mengentaskan persoalan ini.
Oleh Maulina Ulfa
12 Juli 2023
tiga anak berdiri di depan pintu dimana salah satunya tidak memakai baju.

Foto: Edmund Lou di Unsplash.

Keseimbangan nutrisi sangat penting untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan kita. Sayangnya, di Indonesia, masih banyak penduduk yang mengalami malnutrisi (termasuk wasting, stunting, underweight). Untuk itu, perlu upaya dan investasi serius dari berbagai pihak untuk mengatasi persoalan ini. Dalam hal ini, kemitraan publik-swasta dapat menjadi strategi pembiayaan untuk menanggulangi malnutrisi di Indonesia.

Malnutrisi di Indonesia

Malnutrisi adalah kondisi kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi yang menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi esensial atau gangguan pemanfaatan nutrisi. Persoalan malnutrisi di Indonesia kerap ditemukan pada status gizi anak-anak. Dua kondisi utama malnutrisi di Indonesia bagi anak-anak adalah stunting (tinggi badan di bawah standar dan tidak sesuai usia) dan wasting (berat badan di bawah standar dan tidak sesuai postur tubuh).

Stunting dapat membatasi kapasitas fisik dan kognitif anak dan menyebabkan kerusakan permanen pada periode tumbuh kembang. Di sisi lain, anak dengan wasting memiliki risiko kematian yang tinggi.

Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia pada 2022 (35,3%). Papua dan Nusa Tenggara Barat menyusul dengan angka masing-masing 34,6% dan 32,7%. 

Malnutrisi bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia. Namun, 1000 hari pertama kehidupan sangat menentukan bagi penyerapan gizi dan keseimbangan gizi seseorang.

Penyebab Malnutrisi di Indonesia

Malnutrisi bukan hanya soal  kekurangan makanan dan minuman bergizi. Persoalannya jauh lebih kompleks dari itu. Kemiskinan dan budaya konsumsi makanan tak sehat termasuk dua dari sekian banyak faktor yang menyebabkan malnutrisi di Indonesia. 

Menurut Kemenkes, rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani kerap menjadi pendorong terjadinya stunting. Selain itu, seorang ibu yang pada masa remajanya mengalami kekurangan nutrisi akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan otak anaknya bahkan sejak dalam kandungan. 

Stunting juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pekerjaan ibu, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, pola asuh, pemberian ASI eksklusif, riwayat penyakit infeksi, serta faktor genetik. Pengetahuan ibu dan ayah mengenai gizi hingga pola dan prioritas pemberian makanan juga menjadi faktor penentu keseimbangan gizi anak.

Adapun wasting disebabkan oleh praktik pemberian makan dan perawatan yang buruk, adanya infeksi, kurangnya akses terhadap pangan yang bergizi, akses terbatas ke air minum bersih, dan kemiskinan. Menurut UNICEF, wasting terjadi sangat dini dalam kehidupan dan paling banyak mempengaruhi anak-anak di bawah usia 2 tahun.

Di level remaja hingga dewasa, salah satu masalah yang dihadapi terkait malnutrisi adalah masalah gizi mikronutrien, yakni sekitar 12 persen remaja laki-laki dan 23 persen remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi).

Mengentaskan Malnutrisi melalui Kemitraan Publik-Swasta

Pencegahan dan penanggulangan malnutrisi dapat dimulai dengan meningkatkan investasi dan pendampingan intensif dalam program-program atau kebijakan menyangkut penanganan malnutrisi. Beberapa daerah dengan angka malnutrisi yang tinggi perlu menjadi fokus awal.

Salah satu cara untuk meningkatkan pembiayaan dan  pendampingan insentif bagi penanggulangan malnutrisi adalah dengan mendorong kemitraan publik-swasta (public-private partnership). Kemitraan publik-swasta dapat  menjadi kunci keberhasilan penanganan malnutrisi di Indonesia karena semakin banyak pihak yang terlibat dalam pembiayaan dan pengawasan. Perusahaan swasta, lembaga swadaya masyarakat (NGO), dan organisasi internasional perlu dilibatkan dalam mengawal upaya penanggulangan malnutrisi.

Di Indonesia, salah satu bentuk program kemitraan publik-swasta yang pernah memberikan dampak yang cukup signifikan adalah Project Laser Beam (PLB). Program kemitraan ini melibatkan World Food Programme (WFP) PBB, Aliansi Global untuk Peningkatan Gizi (GAIN), mitra sektor swasta seperti Unilever dan Mondelêz International Foundation, serta kelompok sains seperti Royal DSM. Belakangan, kemitraan ini diperluas dengan melibatkan beberapa pihak lainnya seperti Indofood dan Garudafood, Helen Keller International, Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia, dan juga pemerintah Indonesia.

Sepanjang 2011 hingga 2015, program ini menghabiskan dana sebanyak USD1,07 triliun untuk pengentasan malnutrisi di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia. Di Indonesia, PLB melakukan intervensi gizi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui sejumlah program. Di antaranya intervensi berbasis pangan lokal melalui distribusi makanan dengan kandungan energi yang lebih tinggi, pengembangan suplemen nutrisi berbasis lipid (LNS), dan distribusi makanan pendamping asi (MPASI) fortifikasi untuk anak usia 6-24 bulan melalui Posyandu. Program ini sudah menjangkau 11.500 anak usia 6-23 bulan di 442 Posyandu dan mencakup semua target penerima manfaat di 17 kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT.

Selain PLB, ada pula  Program Aksi Cegah Stunting (ACS) yang diinisiasi oleh Habibie Institute for Public Policy and Governance (HIPPG) dengan melibatkan beberapa pemerintah daerah. Menyasar 14 desa di seluruh Indonesia, program ini. berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan. 

Kemitraan publik-swasta seperti PLB dan ACS penting untuk kembali digalakkan, dan disinergikan dengan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting (Stratnas Stunting). Mendorong keterlibatan swasta seperti perusahaan-perusahaan dengan skala yang lebih besar dapat mengoptimalkan upaya pemerintah dalam menanggulangi malnutrisi demi menjaga generasi mendatang lebih sehat dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan zaman.

Editor: Abul Muamar

Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan Langganan GNA Indonesia.

Jika konten ini bermanfaat, harap pertimbangkan Langganan GNA Indonesia untuk mendapatkan akses digital ke wawasan interdisipliner dan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Pilih Paket Langganan Anda

Maulina Ulfa
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Maulina adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar program Sarjana Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Jember.

  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Darurat Kebakaran Hutan di Tengah Kemarau Panjang dan Bagaimana Mengatasinya
  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Upaya Agradaya Berdayakan Petani Rempah di Menoreh
  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS
  • Maulina Ulfa
    https://greennetwork.id/author/maulinaulfa/
    Upaya Perkuat Pembangunan Berkelanjutan Melalui Indonesian Sustainability Forum 2023

Continue Reading

Sebelumnya: Rumah Anak Prestasi: Upaya Surabaya Wujudkan Kota Layak Anak
Berikutnya: Kenaikan Permukaan Laut Tenggelamkan Desa Ban Khun Samut Chin di Thailand

Lihat Konten GNA Lainnya

Beberapa perempuan Mollo sedang menenun Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan
  • GNA Knowledge Hub
  • Wawancara

Bagaimana Masyarakat Adat Mollo Hadapi Krisis Iklim dan Dampak Pertambangan

Oleh Andi Batara
18 September 2025
Seorang penyandang disabilitas di kursi roda sedang memegang bola basket di lapangan. Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Olahraga Inklusif sebagai Jalan Pemenuhan Hak dan Pemberdayaan Difabel

Oleh Attiatul Noor
18 September 2025
alat-alat makeup di dalam wadah Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Fast-Beauty dan Dampaknya yang Kompleks

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
17 September 2025
kawanan gajah berjalan melintasi ladang hijau yang subur Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Penurunan Populasi Gajah Afrika dan Dampaknya terhadap Ekosistem

Oleh Kresentia Madina
17 September 2025
foto kapal di lautan biru gelap dari atas udara Memperkuat Standar Ketenagakerjaan di Sektor Perikanan
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memperkuat Standar Ketenagakerjaan di Sektor Perikanan

Oleh Abul Muamar
16 September 2025
Siluet keluarga menyaksikan bencana kebakaran hutan Memahami Polusi Udara sebagai Risiko bagi Kesehatan Manusia dan Bumi
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Memahami Polusi Udara sebagai Risiko bagi Kesehatan Manusia dan Bumi

Oleh Kresentia Madina
16 September 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia