Menengok Perkembangan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak di Asia-Pasifik

Foto: Omar Lopez di Unsplash
Masa kehamilan dan kelahiran adalah masa-masa spesial namun kompleks. Selama periode ini, layanan kesehatan yang memadai sangat krusial untuk menjamin kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak. Sayangnya, masih banyak dari mereka yang belum mendapatkan layanan kesehatan yang cukup sebelum, selama, dan setelah proses melahirkan. Sebuah studi oleh World Health Organization (WHO) mengungkap kondisi dan perkembangan kesehatan ibu, bayi, dan anak di negara-negara Asia-Pasifik.
Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak
Pada 2020, sekitar 287.000 perempuan meninggal selama proses kehamilan dan melahirkan. Tingkat kematian maternal masih terbilang tinggi, di mana 95% kematian terjadi di negara -negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Selain itu, data dari WHO mengungkap bahwa 1 dari 10 bayi terlahir prematur pada tahun 2020. Ini merupakan tren yang stagnan selama satu dekade terakhir.
Di samping itu, layanan kesehatan untuk bayi dan anak di tahapan awal hidupnya juga penting untuk mendukung perkembangan mereka di masa depan. Sayangnya, kasus-kasus malnutrisi dan kekurangan vaksin anak masih marak terjadi di berbagai tempat di belahan dunia.
Mengatasi permasalahan seputar kesehatan ibu, bayi, dan anak termasuk dalam beberapa target di Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 3 (TPB 3). Target 3.1 bertujuan untuk mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada 2030. Target 3.2 ingin mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah pada 2030.
Di seluruh dunia, banyak negara yang berupaya menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita hingga setidaknya 25 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Kondisi dan Perkembangan
Dalam sebuah studi baru, Kantor WHO Kawasan Asia Tenggara mengulas perkembangan negara-negara anggotanya dalam mencapai target TPB 3 yang disebutkan di atas. Secara umum, studi tersebut menunjukkan bahwa negara-negara anggota telah mengalami perkembangan signifikan dalam menangani masalah-masalah terkait kesehatan ibu, bayi, dan anak jika dibandingkan dengan wilayah lain. Negara-negara anggota ini termasuk Bangladesh, Bhutan, DPR Korea, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor-Leste.
Studi tersebut mengukur perkembangan berdasarkan tiga indikator:
- Rasio kematian maternal: pengurangan sebesar 41% dari 197 tiap 100,000 kelahiran hidup menjadi 117 tiap 100,000 kelahiran hidup selama 2010–2020.
- Tingkat kematian balita: pengurangan sebesar 45% dari 52 tiap 1000 kelahiran hidup menjadi 29 tiap 1000 kelahiran hidup selama 2010–2021.
- Tingkat kematian neonatal: pengurangan sebesar 40% dari 29 tiap 1000 kelahiran hidup menjadi 17 tiap 1000 kelahiran hidup selama 2010–2021.
Intervensi untuk mendukung kesehatan ibu, bayi, dan anak di negara-negara tersebut juga mengalami kemajuan, meski perkembangannya berbeda-beda di tiap negara. Bentuk intervensi ini berupa layanan kesehatan profesional, dan anak, imunisasi, dan pengobatan medis untuk diare dan pneumonia.
Lebih jauh lagi, penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang memiliki pendidikan maternal yang lebih tinggi, tingkat kekayaan, dan tingkat urbanisasi yang tinggi cenderung menerima cakupan layanan kesehatan yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki kualitas yang berbeda.
Langkah Prioritas untuk Upaya Akselerasi
Isu-isu dalam pembangunan berkelanjutan saling berhubungan. Maka dari itu, upaya untuk mencapai satu tujuan juga memerlukan dukungan dan upaya dari sektor lain. Sama halnya, negara-negara di Asia-Pasifik harus pula menangani isu-isu seperti kemiskinan, kesenjangan gender, nutrisi buruk, dan sanitasi untuk mendukung penanganan masalah kesehatan ibu, bayi, dan anak.
Studi WHO ditutup dengan beberapa poin penting untuk negara-negara anggota WHO Asia Tenggara:
- Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, kolaborasi regional, program peningkatan kapasitas, standarisasi protokol, dan investasi pada tenaga kesehatan ahli.
- Mempromosikan keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan mengenai kesehatan ibu, bayi, dan anak.
- Membangun sistem kesehatan primer yang tangguh dan tahan terhadap gangguan-gangguan seperti pandemi COVID-19.
- Membangun sistem pengawasan fungsional di tingkat sub-nasional, nasional, dan regional untuk memantau perkembangan.
Baca studi selengkapnya di sini.
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Asisten Manajer Program di Green Network Asia. Dia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia dengan dua tahun pengalaman profesional dalam editorial, penelitian, dan penciptaan konten kreatif.