Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Beriklan
  • GNA Internasional
  • Jadi Member
  • Log In
Primary Menu
  • Terbaru
  • GNA Knowledge Hub
  • Topik
  • Wilayah
    • Dunia
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Infografik
  • Video
  • Opini
  • Akar Rumput
  • Muda
  • Siaran Pers
  • Corporate Sustainability
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Mengadaptasi Pengetahuan Adat untuk Jaga Kelestarian Lingkungan

Di tengah tantangan terkait lingkungan hidup yang semakin meningkat, mengadaptasi pengetahuan adat dapat membantu kita untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Oleh Abul Muamar
10 Januari 2025
rumah adat di tengah bebukitan hijau

Rumah Adat Wae Rebo, Flores. | Foto: Wayan Yatika di Wikimedia Commons.

Merujuk pada pengetahuan sejarah, pada mulanya semua manusia menjalani hidup dengan cara-cara “tradisional”, dalam artian dekat dan selaras dengan alam. Manusia memanfaatkan apa-apa yang ada di alam untuk makan, obat-obatan, membangun tempat bernaung, membuat pakaian, dan  berbagai kebutuhan lainnya. Hari ini, cara-cara hidup demikian sering disebut sebagai “pengetahuan adat” dan komunitas yang menjalaninya biasanya merujuk pada masyarakat adat. Di tengah tantangan terkait lingkungan hidup yang semakin meningkat, mengadaptasi cara-cara hidup masyarakat adat dapat membantu kita untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Tantangan Lingkungan Hidup

Tak bisa disangkal, tantangan lingkungan hidup meningkat tajam dalam beberapa abad terakhir, yang ditandai salah satunya oleh Revolusi Industri dimana manusia mulai menggunakan mesin secara masif terutama dalam perekonomian. Untuk menggerakkan pabrik dan mempertahankan produksi, berbagai sumber daya alam (termasuk air, tanah, minyak bumi, mineral, satwa liar, dsb) diambil dan diolah, sehingga menyebabkan berkurangnya ketersediaan di alam yang berdampak terhadap keseimbangan ekosistem.

Kini, dunia menghadapi berbagai masalah lingkungan yang semakin meluas dan serius, mulai dari polusi, penurunan keanekaragaman hayati, kerusakan habitat spesies liar, kerawanan pangan dan krisis air bersih, hingga pemanasan global yang memicu perubahan iklim. Secara garis besar, seluruh masalah lingkungan tersebut dirangkum sebagai tiga krisis planet yang saat ini menjadi tanggung jawab negara-negara di dunia untuk mengatasinya. Jika tidak diatasi dengan serius, tiga krisis tersebut menyebabkan peningkatan risiko konflik serta memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.

Pengetahuan Adat

Masyarakat adat di seluruh dunia memiliki pengetahuan adat yang sangat penting. Di Indonesia sendiri, diperkirakan terdapat sekitar 2.371 komunitas adat, dengan populasi sekitar 4,57 juta jiwa. Untuk melestarikan lingkungan hidup, kita dapat mengadopsi atau mengadaptasi cara-cara hidup masyarakat adat yang telah terbukti mampu menjawab berbagai tantangan terkait lingkungan. Berikut beberapa di antaranya:

  • Menggunakan sumber daya dengan bijaksana. Masyarakat adat memanfaatkan sumber daya alam dengan tidak berlebihan, mulai dari tanaman hingga hewan. Itulah alasan utama mengapa mereka mampu menjaga 80% keanekaragaman hayati yang tersisa di Bumi meskipun populasi mereka hanya sekitar 5-6% secara global. Prinsip ini sangat relevan dan penting untuk diterapkan hari ini di tengah derasnya arus produksi dan konsumsi yang bahkan sebagiannya berakhir menjadi sampah. Prinsip ini juga penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang menjadi penopang kehidupan, baik daratan maupun lautan.
  • Melakukan konservasi adalah pengetahuan adat berikutnya yang sangat penting untuk diterapkan hari ini untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam. Melakukan larangan pemanfaatan sementara terhadap sumber daya tertentu untuk memulihkan dan menjaga populasi, seperti misalnya larangan penangkapan ikan selama periode tertentu dalam tradisi Sasi, merupakan salah satu contoh penting yang dapat ditiru.
  • Menghormati dan menjaga hubungan yang harmonis dengan hutan merupakan pengetahuan adat lainnya yang sangat penting dan relevan untuk diadopsi hari ini, terutama ketika deforestasi terus merajalela dan bahkan cenderung “dilegalisasi” oleh pihak-pihak berwenang. Hutan merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi masyarakat adat dan spesies liar, tetapi juga bagi semua makhluk hidup, termasuk penduduk perkotaan. Di banyak tempat, masyarakat adat bahkan memperlakukan hutan layaknya “ibu”; mereka merawat dan melindungi hutan untuk menjaga keseimbangan alam. Tentunya, hal yang sama berlaku untuk bentang alam lain seperti sungai, danau, lautan, gunung, rawa, dan lainnya.
  • Memanfaatkan dan mengelola lahan selaras dengan alam. Lahan adalah tempat menumbuhkan tanaman dan sumber utama makanan yang kita butuhkan. Oleh karena itu, lahan yang sehat akan mendukung penyediaan makanan yang sehat. Kini, saat praktik pertanian modern telah banyak terbukti menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, menerapkan kembali praktik pertanian yang selaras dengan alam dapat menjadi solusi berharga dan penting. Jika dikelola dan diterapkan dengan baik, metode pertanian tradisional ini bahkan dapat mendukung terciptanya kedaulatan pangan—tidak sekadar ketahanan pangan—seperti yang telah dipraktikkan oleh masyarakat adat Ciptagelar di Sukabumi.

Mengarusutamakan Pengetahuan Adat

Peran masyarakat adat dengan cara hidup dan pengetahuan mereka dalam menjaga lingkungan telah sering diakui oleh berbagai kalangan, termasuk para peneliti dan pemimpin negara. Namun, mengakui saja tidaklah cukup, begitu pula jika penerapannya hanya dilakukan oleh segelintir individu atau komunitas. Dibutuhkan sikap dan langkah yang lebih bermakna terkait pengakuan tersebut, semisal dengan mengarusutamakannya di tengah masyarakat modern. Jika mengadopsinya merupakan suatu yang hal sulit, mengadaptasinya mungkin dapat menjadi langkah yang lebih tepat—dan itu tidak mustahil untuk diwujudkan. Dalam hal ini, kemauan politik dari para pengambil kebijakan merupakan kuncinya.

Join Green Network Asia – Ekosistem Nilai Bersama untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Belajar, berbagi, berjejaring, dan terlibat dalam gerakan kami untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan melalui pendidikan publik dan advokasi multi-stakeholder tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.

Jadi Member Sekarang

Abul Muamar
Managing Editor at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Amar adalah Manajer Publikasi Digital Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah alumnus Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor untuk beberapa media tingkat nasional di Indonesia. Ia juga adalah penulis, editor, dan penerjemah, dengan minat khusus pada isu-isu sosial-ekonomi dan lingkungan.

  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Langkah Pemerintah Dorong Pengelolaan Sampah Perkotaan menjadi Energi
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Bagaimana Kerja Sama Indonesia-Prancis dalam Memperkuat Industri Kakao
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengatasi Isu Kesepian di Kalangan Lansia
  • Abul Muamar
    https://greennetwork.id/author/abulmuamar/
    Mengulik Dampak Pembangunan Kawasan Industri Takalar

Continue Reading

Sebelumnya: Reformasi Skema Cakupan Kesehatan Semesta di Thailand
Berikutnya: Peran Bisnis dalam Membangun Ekosistem Agritech yang Inklusif Gender

Lihat Konten GNA Lainnya

Pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua menara pendingin besar yang mengeluarkan uap di malam hari, dikelilingi lampu-lampu dan struktur industri lainnya. Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Ikhtisar

Menilik PLTN Terapung: Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia

Oleh Niken Pusparani Permata Progresia
28 Oktober 2025
Seorang pria menjual dan mengipas jagung bakar di samping meja yang penuh dengan kelapa muda. Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Mengintegrasikan Keberlanjutan dalam Upaya Gastrodiplomasi Indonesia

Oleh Nazalea Kusuma dan Dina Oktaferia
28 Oktober 2025
Cover buku We are Eating the Earth: The Race to Fix Our Food System and Save Our Climate oleh Michael Grunwald. Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?
  • GNA Knowledge Hub
  • Kolom Penasihat GNA
  • Resensi Buku

Bagaimana Memberi Makan Sembilan Miliar Orang Sembari Mendinginkan Langit?

Oleh Jalal
27 Oktober 2025
orang-orang diatas pohon saling membantu naik ke atas Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia
  • GNA Knowledge Hub
  • Opini

Bukan Sekadar Memimpin, tapi Juga Melakukan Transformasi: Bagaimana Perempuan Membentuk Kembali Keadilan Iklim di Asia

Oleh Cut Nurul Aidha dan Aimee Santos-Lyons
27 Oktober 2025
siluet pabrik dengan asap yang keluar dari cerobong dan latar belakang langit oranye dan keabuan Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Menyoal Akuntabilitas dalam Tata Kelola Perdagangan Karbon

Oleh Seftyana Khairunisa
24 Oktober 2025
fotodari atas udara mesin pemanen gabungan dan traktor dengan trailer yang bekerja di ladang yang berdekatan, satu berwarna hijau dan yang lainnya berwarna keemasan Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat
  • GNA Knowledge Hub
  • Soft News

Transformasi Sistem Pangan Dunia untuk Bumi yang Sehat

Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2025

Tentang Kami

  • Surat CEO GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Penasihat GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Laporan Akar Rumput GNA
  • Layanan Penempatan Siaran Pers GNA
  • Program Magang GNA
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia