Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Konten Sponsor
  • Dukung Misi Kami
  • Panduan Menulis Siaran Pers
  • Panduan Menulis Opini
  • Asia
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Dunia
  • Muda
  • SDGs
  • Topik
  • #LetterfromtheFounder
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Mengubah Sistem Lingkungan Kerja: Cara Menciptakan Pekerjaan yang Layak untuk Semua

Kesejahteraan pekerja adalah hak sekaligus investasi. Dunia, utamanya sektor bisnis, mesti memandang pekerja atau karyawan sebagai mitra, bukan alat.
Oleh Nazalea Kusuma
21 Desember 2021
Workplace Brief

Foto oleh Fauzan di Unsplash

Dalam sepekan terakhir saja, telah terjadi puluhan aksi unjuk rasa oleh serikat pekerja dari berbagai sektor di berbagai belahan dunia, seperti di Afrika Selatan, Kanada, Amerika Serikat, India, dan berbagai wilayah di Eropa. Sistem lingkungan kerja yang ada selama ini kacau, dan Pandemi COVID-19 menyingkap benang merah kesalahannya. PHK besar-besaran di awal pandemi ini justru berlanjut dengan “Pengunduran Diri Besar-besaran”.

Saat dunia mulai bangkit dari dampak Pandemi COVID-19, kita mesti membuat perubahan dalam sistem lingkungan kerja. Ide ini sejalan dengan Tujuan 8 TPB/SDGs, “Pekerjaan yang Layak untuk Semua”. Kita membutuhkan sistem yang lebih baik dari sebelumnya, yang masih berjalan hingga sekarang.

Sean O’Brien, yang akan segera menjadi kepala International Brotherhood of Teamsters, menyatakan pentingnya negosiasi di situasi sekarang dalam sebuah wawancara dengan Allison Prang dari The Wall Street Journal. Dia mengatakan, “berbagai korporasi membuat rekor keuntungan di salah satu masa paling berbahaya yang mungkin kita saksikan. Sekarang saatnya untuk mengatakan, lihat, upah perlu mencerminkan apa yang dilakukan korporasi. Saya pikir kita perlu ‘menyerang’ di momentum yang tepat seperti sekarang. Saya sangat antusias dengan arah serikat pekerja. Saya senang dengan fakta bahwa orang-orang di luar sana sedang berjuang.”

Pembahasan mengenai kondisi lingkungan kerja juga sedang marak di media sosial. Orang-orang di Twitter membahas sinyal atau tanda peringatan alias “red flags” untuk berbagai daftar pekerjaan, berbagi hak dasar hukum bagi pekerja, dan bahkan saling mendorong untuk bertanya kepada organisasi atau pemberi kerja mengenai Respon Pandemi COVID-19 mereka dalam proses wawancara. Berita tentang aksi unjuk rasa massal di Korea Selatan yang dihadiri setengah juta pekerja menjadi viral di media sosial. Aksi itu menampilkan beberapa pekerja memakai kostum karakter Squid Game, serial Netflix yang sedang hangat baru-baru ini, yang mengeksplorasi efek dari sistem lingkungan kerja yang tidak adil, ketimpangan, dan utang.

Unjuk Rasa di Korea Selatan
Unjuk Rasa di Korea Selatan | Foto oleh IndustriAll Union

Dari mana kita mesti memulai?

Perubahan paradigma adalah titik berangkat kita. Kesejahteraan pekerja adalah hak sekaligus investasi. Dunia, terutama sektor bisnis, mesti memandang pekerja atau karyawan sebagai mitra, bukan alat. Untuk mencari cara mengubah sistem lingkungan kerja, mendengarkan dan belajar dari apa yang dikatakan, dibutuhkan, dan dituntut oleh pekerja, sangatlah penting.

  • Menaikkan upah minimum dan bayaran secara umum

Perjuangan untuk menaikkan upah minimum telah berlangsung selama beberapa dekade. Di tengah kenaikan biaya hidup yang cepat, upah minimum masih saja berlaku stagnan (atau naik tak seberapa) di banyak negara di seluruh dunia. Bahkan di tengah pandemi COVID-19, banyak perusahaan terus berusaha memaksimalkan keuntungan jangka pendek. Di saat yang sama, tidak sedikit pekerja harus melakoni dua hingga tiga pekerjaan sekaligus untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarga mereka. Kondisi tersebut menyebabkan mereka kelelahan hingga kemudian memilih berhenti; kondisi yang sama sekali tidak sehat untuk semua pihak yang terlibat, termasuk bagi perusahaan karena potensi biaya dari pergantian karyawan yang sangat besar. Membayar pekerja apa yang menjadi hak mereka adalah batas bawah untuk menciptakan kondisi kerja yang layak.

  • Melampaui upah yang layak: Fokus pada kualitas hidup 

Melampaui urusan upah–dan uang lembur–ada urusan kualitas hidup yang mesti dipikirkan. Faktor eksternal dalam kehidupan pekerja itu penting. Berbagai urusan perihal perawatan anak dan/atau lansia, ongkos perjalanan, kesehatan, dan kondisi hidup mesti menjadi pertimbangan penting tentang bagaimana perusahaan memperlakukan para pekerja, selain membayar mereka dengan layak. Berbagai penelitian menemukan bahwa sikap mendukung kehidupan keluarga pekerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan telah membantu menciptakan keseimbangan kehidupan dengan kerja (work-life balance) dan kesehatan, membawa para pekerja mencapai kepuasan kerja yang lebih tinggi, kinerja yang lebih baik, dan berkurang niat untuk mengundurkan diri. Masalah lainnya yang tidak kalah penting adalah soal banyaknya organisasi yang hanya menawarkan pekerjaan tidak tetap dan tidak penuh waktu demi menghindari tanggung jawab untuk memberikan manfaat tersebut kepada pekerja. Pekerja kontrak, karyawan paruh waktu, pekerja magang, dan bentuk pekerja lainnya juga berhak mendapatkan manfaat melampaui sekedar gaji yang layak. 

  • Mengganti kebijakan non-diskriminasi menjadi anti-diskriminasi

Di dunia yang penuh dengan praktik diskriminasi, bersikap tidak diskriminatif saja tidak cukup; kita mesti menjadi anti-diskriminasi. Banyak organisasi mengklaim menciptakan tempat kerja yang aman bagi semua orang tanpa memandang ras, jenis kelamin, disabilitas, seksualitas, usia, kondisi sosial ekonomi, dan faktor lainnya. Namun, hanya sedikit yang menerapkannya dengan tegas. Bahkan lebih sedikit lagi yang secara aktif bekerja menuju kesetaraan dan keadilan. Selain menegakkan kebijakan non-diskriminasi, organisasi juga mesti mengatasi adanya berbagai bias implisit dan mengubah budaya lingkungan kerja yang menghambat kemajuan perempuan, orang kulit berwarna, dan kelompok minoritas lainnya.

  • Menawarkan fleksibilitas dan otonomi dalam praktik kerja

Sejak adanya pandemi COVID-19, kita diperkenalkan dengan berbagai macam kosakata baru seperti rapat Zoom dan sistem kerja hybrid. Bekerja jarak jauh tidak mengurangi produktivitas. Para pekerja menemukan berbagai praktik sistem kerja, dan sekarang mereka tahu model yang paling cocok untuk mereka. Sebagian pekerja lebih suka kerja jarak jauh, sebagian lebih suka sistem hybrid, dan sebagian lainnya ingin kembali ke kantor. Menawarkan fleksibilitas yang sesuai dengan kebutuhan pekerja untuk mencapai kinerja terbaik mereka adalah hal yang logis. Melampaui urusan fleksibilitas, sebuah artikel dari Harvard Business Review bahkan mendukung pentingnya otonomi. Intinya, pekerja membutuhkan ruang dan arahan terkait keduanya agar dapat bekerja dengan baik dan bertumbuh. 

  • Memberdayakan pekerja dengan literasi hukum

Di banyak negara, adalah hak bagi pekerja perempuan untuk mengambil satu atau dua hari libur karena nyeri haid. Namun, hal ini bukanlah sesuatu yang diketahui secara luas. Literasi hukum, atau kesadaran hukum, akan memberdayakan pekerja untuk memahami hak dan kewajiban mereka, menuntut pemenuhannya, dan menghindari penyelewengan. Memahami mulai dari hal-hal dasar seperti menandatangani kontrak hingga memahami jargon hukum, akan membantu pekerja pada semua tingkatan.

  • Memfasilitasi komunikasi yang aman dan terbuka

Unjuk rasa adalah cara yang dilakukan pekerja untuk menyampaikan tuntutan, agar didengar, dan memiliki kesempatan untuk menegosiasikan tuntutan mereka dengan perusahaan. Seringkali, aksi unjuk rasa berangkat dari keluhan dan kemarahan yang disebabkan oleh kesalahan dalam sistem kerja, dan diabaikan atau ditolak oleh manajemen untuk membicarakannya. Membuka saluran komunikasi yang aman bagi pekerja akan meningkatkan lingkungan dan budaya kerja secara signifikan. Ini adalah cara bagaimana perusahaan dapat menunjukkan kepada pekerja bahwa mereka dipandang sebagai mitra dan sesama pemangku kepentingan yang penting suaranya. Perusahaan mesti selalu bersedia dan terbuka untuk mendengarkan seraya meminimalkan potensi bias, belajar dari pekerja, dan melibatkan mereka untuk mengatasi masalah.

Editor: Marlis Afridah

Penerjemah: Abul Muamar

Untuk membaca versi asli tulisan ini dalam bahasa Inggris, klik di sini.

Terima kasih telah membaca!
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Daftar Sekarang

Nazalea Kusuma
Editor at Green Network | Website | + posts

Naz adalah Manajer Editorial Asia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network Asia dan Reviewer untuk Green Network ID.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Tiga Tips Memberi Kado yang Lebih Berkelanjutan
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pendidikan Keberlanjutan di Sekolah dan Harapan untuk Perubahan
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Menyeimbangkan Pemenuhan HAM dan Aksi Iklim
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Pemijahan Karang di Pulau Fitzroy: Harapan bagi Great Barrier Reef

Continue Reading

Sebelumnya: Festival Kaum Muda untuk Iklim dan Kemanusiaan: Aksi Nyata Para Pemimpin Muda Indonesia
Berikutnya: Gojek Janji Capai “Three Zeros” Pada Tahun 2030

Artikel Terkait

lima perempuan mengenakan pakaian adat suku baduy berjalan beriringan. 5 Langkah untuk Mengembangkan Desa Wisata yang Lebih Berkelanjutan
  • Kabar
  • Unggulan

5 Langkah untuk Mengembangkan Desa Wisata yang Lebih Berkelanjutan

Oleh Abul Muamar
30 Desember 2022
seorang perempuan berkaca mata dengan kamera yang menggantung di badannya duduk di atas sampah sambil merentangkan tangan. 8 Tips Liburan Ramah Lingkungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan
  • Kabar
  • Unggulan

8 Tips Liburan Ramah Lingkungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan

Oleh Abul Muamar
29 Desember 2022
empat perempuan saling menyatukan tangan membentuk tanda cinta di tengah hamparan sawah. Tiga Inisiatif Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan di Akar Rumput
  • Kabar
  • Unggulan

Tiga Inisiatif Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan di Akar Rumput

Oleh Abul Muamar
28 Desember 2022
sampah plastik yang terdiri dari tutup botol, sikat gigi bekas, korek api, dan lainnya disusun berdasarkan kesamaan warna. 4 Tips Mengolah Sampah Plastik Menjadi Benda Bernilai
  • Kabar
  • Unggulan

4 Tips Mengolah Sampah Plastik Menjadi Benda Bernilai

Oleh Abul Muamar
27 Desember 2022
Seni Tani menerima kunjungan anak-anak sekolah untuk belajar berkebun. Seni Tani Menyediakan Akses Pangan Sehat dan Dekat di Perkotaan
  • Unggulan
  • Wawancara

Seni Tani Menyediakan Akses Pangan Sehat dan Dekat di Perkotaan

Oleh Abul Muamar
26 Desember 2022
tangan seseorang memegang buah kopi berwarna merah yang tergantung di tangkai pohonnya. Resilient Coffee: Mendukung Petani Kopi Indonesia di Tengah Perubahan Iklim
  • Kabar
  • Unggulan

Resilient Coffee: Mendukung Petani Kopi Indonesia di Tengah Perubahan Iklim

Oleh Abul Muamar
23 Desember 2022
  • Terbaru
  • Terpopuler
  • Partner
  • lima perempuan mengenakan pakaian adat suku baduy berjalan beriringan. 5 Langkah untuk Mengembangkan Desa Wisata yang Lebih Berkelanjutan
    • Kabar
    • Unggulan

    5 Langkah untuk Mengembangkan Desa Wisata yang Lebih Berkelanjutan

  • seorang perempuan berkaca mata dengan kamera yang menggantung di badannya duduk di atas sampah sambil merentangkan tangan. 8 Tips Liburan Ramah Lingkungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan
    • Kabar
    • Unggulan

    8 Tips Liburan Ramah Lingkungan untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan

  • empat perempuan saling menyatukan tangan membentuk tanda cinta di tengah hamparan sawah. Tiga Inisiatif Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan di Akar Rumput
    • Kabar
    • Unggulan

    Tiga Inisiatif Pemberdayaan Perempuan oleh Perempuan di Akar Rumput

  • sampah plastik yang terdiri dari tutup botol, sikat gigi bekas, korek api, dan lainnya disusun berdasarkan kesamaan warna. 4 Tips Mengolah Sampah Plastik Menjadi Benda Bernilai
    • Kabar
    • Unggulan

    4 Tips Mengolah Sampah Plastik Menjadi Benda Bernilai

  • Seni Tani menerima kunjungan anak-anak sekolah untuk belajar berkebun. Seni Tani Menyediakan Akses Pangan Sehat dan Dekat di Perkotaan
    • Unggulan
    • Wawancara

    Seni Tani Menyediakan Akses Pangan Sehat dan Dekat di Perkotaan

  • Pulau Semakau | Foto: NEA Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura
    • Kabar

    Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura

  • Rempah-Rempah | Foto: Shantanu Pal dari Pexels Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia
    • Kabar
    • Unggulan

    Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia

  • SDG-tracker UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker
    • Kabar

    UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker

  • Beena Rao mengajar anak-anak | Foto: Situs Beena Rao Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh
    • Figur

    Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh

  • Ahmad Bahruddin bersama rekan-rekannya mendirikan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat
    • Wawancara

    Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat

  • kontainer besar berwarna hijau, gedung berwarna biru, dan tabung besar di lokasi proyek Hamparan Gree Energy Raih Sertifikasi B-Corp dan Berkomitmen untuk Dekarbonisasi Industri Makanan
    • Kabar
    • Partner
    • Unggulan

    Gree Energy Raih Sertifikasi B-Corp dan Berkomitmen untuk Dekarbonisasi Industri Makanan

  • tari kecak ditampilkan oleh warga Bali pada malam hari Bali Rentangkan Sayap untuk Pemulihan Ekonomi yang Lebih Kuat
    • Ikhtisar
    • Partner
    • Unggulan

    Bali Rentangkan Sayap untuk Pemulihan Ekonomi yang Lebih Kuat

  • TEPI Talks #4 dengan tema “Melibatkan Media dalam Aksi Berkelanjutan”. WEA Indonesia Gelar Lokakarya Pelibatan Media untuk Aksi Berkelanjutan Gerakan Akar Rumput
    • Kabar
    • Partner
    • Unggulan

    WEA Indonesia Gelar Lokakarya Pelibatan Media untuk Aksi Berkelanjutan Gerakan Akar Rumput

  • Ilustrasi Harm Reduction dengan tujuan mendasar yakni menjunjung keselamatan dan martabat semua orang. Kenalan dengan Konsep Pengurangan Bahaya (Harm Reduction)
    • Ikhtisar
    • Partner
    • Unggulan

    Kenalan dengan Konsep Pengurangan Bahaya (Harm Reduction)

  • Sejumlah peserta hadir saat sesi dikusi panel acara Lestari Market Day di Park 23 Creative Hub, Bali. INKURI Luncurkan 12 Bisnis Lestari untuk Dukung Ekonomi Berkelanjutan di Bali
    • Kabar
    • Partner
    • Unggulan

    INKURI Luncurkan 12 Bisnis Lestari untuk Dukung Ekonomi Berkelanjutan di Bali

Tentang Kami

  • Tentang
  • Anggota Tim
  • Bermitra dengan Kami
  • Konten Sponsor
  • Bekerja dengan Kami
  • Hubungi Kami
  • Dukung Misi Kami
  • Panduan Menulis Opini
  • Panduan Menulis Siaran Pers
  • Pedoman Media Siber
  • Jaringan Penasihat
  • Jaringan Penasihat Muda
  • Jaringan Kontributor Nasional
  • Jaringan Penulis
  • FAQ
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
  • FAQ
  • Hubungi Kami
  • Telegram
  • Etsy
  • Tokopedia
  • Media Link 11
  • Media Link 12
  • Media Link 13
  • Media Link 14
  • Media Link 15
© 2022 Green Network ID