Afrika di Tengah Wabah Kolera
Setelah bertahun-tahun berlalu, kolera masih mengintai kita. Dicap sebagai ’penyakit orang miskin’, kolera merupakan indikator kesenjangan global. Penyakit ini masih menjadi ancaman di wilayah-wilayah dengan akses yang tidak memadai terhadap air bersih dan sanitasi dasar, seperti di Afrika Timur dan Afrika Selatan. Pada tahun 2024, perubahan iklim, minimnya infrastruktur, dan faktor-faktor lain menyebabkan salah satu wabah kolera terburuk di kawasan ini.
Wabah Kolera di Afrika
Wabah kolera global pertama terjadi pada abad ke-19. Setelah terjadi penurunan kasus kolera di seluruh dunia dari tahun 2017 hingga 2021, jumlahnya kini kembali meningkat.
Pada Maret 2024, Afrika mencatat lebih dari 340.000 kasus kolera dan 6.000 kematian di 18 negara sejak Januari 2022. WHO telah mengklasifikasikan enam negara dalam ‘krisis akut’ kolera: Komoro, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Mozambik, Zambia, dan Zimbabwe.
Yang lebih parah, wabah kolera ini sangat mematikan. Kebanyakan orang yang terinfeksi bakteri Vibrio cholerae tidak menunjukkan gejala, dan mereka yang mengalaminya biasanya hanya menunjukkan gejala ringan. Namun, kondisi yang parah dapat menyebabkan diare cair akut, yang mengakibatkan dehidrasi parah. Penyakit ini bisa membunuh jika tidak ditangani.
Kematian yang tinggi paling banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, dengan angka kematian mencapai 40% pada balita. Selain itu, wabah ini mengakibatkan penutupan sekolah di seluruh kawasan, yang berdampak tidak hanya pada pendidikan tetapi juga keselamatan, kesehatan mental, sosialisasi, dan perlindungan anak-anak.
Faktor Kompleks
Kolera adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan diare akut karena mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Oleh karena itu, daerah-daerah yang kekurangan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang aman—seperti daerah kumuh perkotaan dan kamp pengungsian—beresiko terjangkit penyakit ini.
“Kalau lihat di sini, di kawasan gubuk Njele, penuh dengan air, dan anak-anak bermain di air kotor ini tanpa alas kaki. Itu sebabnya masalah kolera akan terus berlanjut di kompleks Njele: karena popok dan kotoran berserakan di mana-mana,” kata Elias Banda, seorang warga dari sebuah kota di Zambia.
Perubahan iklim memperburuk keadaan, menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem seperti kekeringan, angin topan, hujan lebat, dan banjir besar. Konflik, seperti yang terjadi di Sudan dan Palestina, juga dapat memperburuk situasi. Hal-hal semacam ini semakin membatasi akses terhadap air bersih dan sanitasi, memicu perpindahan penduduk karena pengungsian, dan membebani sistem layanan kesehatan.
Kekurangan vaksin kolera secara global juga turut menyebabkan lemahnya sistem layanan kesehatan. Sanofi India, sebuah perusahaan yang dulunya memproduksi 15% pasokan vaksin dunia, telah menghentikan produksi vaksinnya sejak 2023.
Dapat Dicegah & Diobati
Pada zaman modern ini, kolera seharusnya dapat dicegah dan diobati. Pengawasan, peningkatan sistem air dan sanitasi, vaksinasi yang meluas, perubahan perilaku, dan manajemen kasus yang lebih efisien adalah kunci untuk mengendalikan wabah kolera dan mengurangi kematian. Pada akhirnya, inisiatif akar rumput, program pemerintah, serta pendanaan, kerangka kerja, dan kolaborasi internasional harus bersatu untuk mengakhiri kemiskinan dan memastikan situasi kehidupan yang layak yang memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan semua orang.
Penerjemah: Abul MuamarB
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.