Gajah Asia Memerlukan Manajemen Konflik Manusia-Satwa Liar
Menjaga keanekaragaman hayati yang kita lindungi adalah usaha yang sangat penting dan tidak pernah berakhir. Hal ini terutama berlaku untuk spesies yang terancam punah seperti gajah Asia. Deforestasi, konflik manusia-satwa liar, pariwisata yang tidak etis, dan banyak faktor lainnya terus mengancam kelangsungan hidup spesies ikonik ini.
Perkembangan Penelitian tentang Gajah Asia
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Ekologi Terapan British Ecological Society memuat analisis komprehensif tentang pergerakan dan habitat gajah Asia. Monash University Indonesia, Cardiff University, University of Nottingham Malaysia, WWF-Malaysia, dan lembaga lainnya bekerja sama dalam penelitian ini.
Mereka menganalisis bagaimana 102 gajah Asia di Semenanjung Malaysia dan Kalimantan hidup di 600.000 lokasi GPS, seperti yang tercantum dalam Database Kawasan Lindung Dunia. Setelah kehilangan sekitar setengah dari kawasan hutan aslinya, wilayah ini memiliki gajah Asia yang tinggal di bidang-bidang hutan yang tersisa kurang dari 10%.
Menurut penelitian ini, kawasan lindung sangat penting untuk memberikan keamanan jangka panjang bagi gajah Asia. Namun, itu saja tidak cukup. Sebab, gajah Asia lebih menyukai wilayah yang berjarak tiga kilometer dari perbatasan.
Alex Lechner dari Monash University mengatakan, “Penelitian kami, yang telah disusun sejak lebih dari satu dekade kerja lapangan oleh tiga kelompok penelitian, telah menunjukkan bahwa sebagian besar gajah menghabiskan lebih dari setengah waktunya di luar kawasan lindung, lebih memilih hutan yang sedikit terganggu. dan area pertumbuhan kembali (regrowth).”
Studi ini menawarkan tiga rekomendasi utama bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memaksimalkan upaya konservasi gajah Asia:
- Menyertakan kawasan lindung yang luas dengan area inti di mana gajah merasa aman
- Membaurkan koridor ekologi untuk menghubungkan jaringan kawasan lindung
- Mitigasi konflik manusia-gajah, terutama di sekitar kawasan lindung, dengan penekanan pada perlindungan keselamatan dan mata pencaharian masyarakat, serta menyosialisasikan toleransi terhadap keberadaan gajah.
Mitigasi Konflik Manusia-Gajah
“Mengingat kecenderungan mereka untuk tinggal di luar kawasan lindung, gajah pasti akan berkonflik dengan manusia. Ini menyoroti pentingnya memasyarakatkan koeksistensi manusia-gajah di sekitar kawasan lindung,” kata Ahimsa Campos-Arceiz dari University of Nottingham Malaysia.
Konflik manusia-satwa liar meliputi manusia, satwa liar, dan lingkungan atau habitatnya. Sugeng Dwi Hastono, yang sering menangani konflik manusia-satwa liar di wilayah Sumatera, mengatakan, “Tujuan utama pengelolaan konflik manusia-satwa adalah untuk menyelamatkan manusia tanpa mengorbankan satwa liar.”
Antonio de la Torre, penulis pertama penelitian tersebut, menyarankan untuk melakukan lebih banyak penelitian tentang konflik manusia-gajah. “Konflik manusia-gajah sekarang menjadi ancaman utama bagi gajah Asia, namun secara mengejutkan kita hanya tahu sedikit tentang efektivitas berbagai strategi mitigasi dan bagaimana menyosialisasikan koeksistensi manusia-gajah jangka panjang dan berkelanjutan,” kata de la Torre.
Dia menambahkan, “Memahami bagaimana kita dapat mengurangi biaya konflik ini untuk manusia dan gajah, dan bagaimana meningkatkan toleransi masyarakat terhadap kehadiran gajah, harus menjadi prioritas penelitian utama di kawasan tersebut.”
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Naz adalah Manajer Editorial Internasional di Green Network Asia. Ia pernah belajar Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan tinggal di beberapa kota di Asia Tenggara. Pengalaman pribadi ini memperkaya persepektifnya akan masyarakat dan budaya yang beragam. Naz memiliki sekitar satu dekade pengalaman profesional sebagai penulis, editor, penerjemah, dan desainer kreatif.