Skip to content
  • Tentang
  • Advisory & Consulting
  • Kemitraan Iklan
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Wilayah
    • Jawa
    • Kalimantan
    • Maluku
    • Nusa Tenggara
    • Papua
    • Sulawesi
    • Sumatera
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Hilangnya Fungsi Penyerap Karbon Alami, Mengapa?

Sebuah penemuan mengungkap bahwa hutan, laut, dan penyerap karbon alami lainnya gagal menyerap karbon pada tahun 2023. Apa penyebabnya?
Oleh Kresentia Madina
24 Oktober 2024
hutan yang berkabut

Foto: Brigitte Tohm di Unsplash.

Emisi gas rumah kaca telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, meningkatkan kekhawatiran akan parahnya krisis iklim. Dalam hal ini, peran lingkungan alam sangat penting dalam mengurangi jumlah karbon yang mengambang di udara. Namun sebuah penemuan mengungkap bahwa penyerap karbon alami seperti hutan, laut, dan lainnya, gagal menyerap karbon pada tahun 2023.

Penyerap Karbon Alami

Lingkungan alam punya kemampuan untuk bertindak sebagai penyerap karbon dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang dihasilkannya. Beberapa elemen alam seperti hutan, laut, dan tanah, juga dapat berperan sebagai penyimpan karbon jangka panjang, yang sangat penting untuk mengurangi jumlah karbon di atmosfer.

Laut, misalnya, dapat menyerap hingga 30% emisi CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Sementara itu, hutan dapat menyerap 7,6 miliar metrik ton CO2 setiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan alam sangat penting dalam membatasi laju perubahan iklim dan melindungi Bumi dari kehancuran.

Kehilangan Fungsi

Dengan tingkat degradasi lingkungan yang begitu parah, para ilmuwan menemukan indikasi yang mengkhawatirkan bahwa penyerap karbon alami di Bumi tidak berfungsi sebagaimana mestinya pada tahun 2023. Sebuah studi pendahuluan menunjukkan bahwa hutan dan tanah hampir tidak menyerap karbon sama sekali, suatu tanda yang mengkhawatirkan dari kerusakan lingkungan.

Situasi yang mengkhawatirkan ini bisa jadi disebabkan oleh krisis iklim. Tahun 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat, memicu berbagai peristiwa degradasi lingkungan, seperti mencairnya lapisan es, kebakaran hutan yang lebih sering, dan pemanasan laut. Kondisi ini mengganggu kemampuan alam dalam menyerap dan menyimpan karbon.

Sebagai contoh, kekeringan dan kebakaran hutan yang semakin sering terjadi menyebabkan lebih banyak karbon yang dilepaskan dibandingkan dengan jumlah karbon yang dapat diserap hutan dari atmosfer, sehingga menghilangkan fungsinya sebagai penyerap karbon alami. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Indian Institute of Technology menemukan bahwa pemanasan global dapat mengurangi potensi serapan karbon hutan sebesar 6%.

Selain itu, suhu tinggi juga dapat menurunkan tingkat fotosintesis yang melibatkan karbon dalam jumlah besar. “Pada suhu yang lebih tinggi, ada kemungkinan tingkat fotosintesis menurun. Penjelasan lainnya adalah, jika terjadi kondisi seperti kekeringan, bersamaan dengan kekeringan di atmosfer, produktivitas tanaman akan berkurang karena ketersediaan air lebih sedikit,” kata Subimal Ghosh, salah satu penulis studi tersebut, seperti dilansir Mongabay.

Menghentikan Emisi

Lingkungan alam merupakan fondasi kehidupan di Bumi. Dengan sumber daya alam yang mendukung, umat manusia dapat berkembang. Sayangnya, aktivitas manusia juga merupakan salah satu penyebab utama degradasi lingkungan. Tingginya laju deforestasi, pembakaran bahan bakar fosil, dan polusi yang merajalela menyebabkan penyerap karbon alami kehilangan fungsinya.

Oleh karena itu, perlu tindakan tegas dan nyata untuk menghentikan emisi gas rumah kaca yang tidak hanya sekadar mengandalkan alam. Peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan, serta melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati dan lingkungan alam mesti menjadi prioritas utama pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil di seluruh dunia.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Kresentia Madina
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Madina adalah Asisten Manajer Publikasi Digital di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Madina memiliki 3 tahun pengalaman profesional dalam publikasi digital internasional, program, dan kemitraan GNA, khususnya dalam isu-isu sosial dan budaya.

  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    UKRI Danai Enam Proyek untuk Atasi Kerawanan Pangan di Inggris Raya
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    ASEAN dan Inggris Luncurkan Kemitraan untuk Ketahanan Kesehatan
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi
  • Kresentia Madina
    https://greennetwork.id/author/kresentiamadina/
    Australia Sediakan Visa Iklim untuk Warga Negara Tuvalu

Continue Reading

Sebelumnya: Pemerintah Terbitkan Panduan Pendidikan Perubahan Iklim
Berikutnya: Indeks RICD untuk Antisipasi Risiko Pengungsian Akibat Krisis Iklim

Artikel Terkait

gedung tinggi dengan pepohonan dan rumput hijau di sekelilingnya Jerman Danai Proyek SETI untuk Dekarbonisasi Sektor Bangunan dan Industri di Indonesia
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Jerman Danai Proyek SETI untuk Dekarbonisasi Sektor Bangunan dan Industri di Indonesia

Oleh Abul Muamar
18 Juli 2025
sebuah tangan dengan latar gelap Memutus Lingkaran Setan Kekerasan dalam Pendidikan Dokter Spesialis
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Memutus Lingkaran Setan Kekerasan dalam Pendidikan Dokter Spesialis

Oleh Abul Muamar
17 Juli 2025
sekelompok anak-anak dengan peralatan belajar di atas perahu Menengok Sekolah Terapung Bertenaga Surya di Bangladesh, Inisiatif Berbasis Komunitas di Tengah Krisis Iklim
  • Kabar
  • Unggulan

Menengok Sekolah Terapung Bertenaga Surya di Bangladesh, Inisiatif Berbasis Komunitas di Tengah Krisis Iklim

Oleh Attiatul Noor
17 Juli 2025
Lima kincir angin yang berjejer di tengah bukit Peluang dan Tantangan Industri Manufaktur Energi Terbarukan di Indonesia
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Peluang dan Tantangan Industri Manufaktur Energi Terbarukan di Indonesia

Oleh Andi Batara
16 Juli 2025
piring berwarna merah dengan garpu dan pisau UKRI Danai Enam Proyek untuk Atasi Kerawanan Pangan di Inggris Raya
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

UKRI Danai Enam Proyek untuk Atasi Kerawanan Pangan di Inggris Raya

Oleh Kresentia Madina
16 Juli 2025
foto udara kawasan dengan lahan yang ditambang, dengan beberapa truk Pelanggaran HAM dan Dampak Lingkungan Tambang Nikel di Pulau Kabaena
  • Eksklusif
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Pelanggaran HAM dan Dampak Lingkungan Tambang Nikel di Pulau Kabaena

Oleh Seftyana Khairunisa
15 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.