Ilmuwan Temukan 234 Spesies Baru di Kawasan Mekong Raya
Keanekaragaman hayati di Bumi terus mengalami penurunan, seiring dengan perubahan iklim dan berbagai krisis lainnya. Di tengah krisis tersebut, kabar baik datang dari Mekong Raya dimana para ilmuwan mengidentifikasi 234 spesies baru.
Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Kita semua sangat bergantung pada keanekaragaman hayati dan ekosistem untuk mendukung hampir semua aspek kehidupan kita, mulai dari sekadar menghirup udara hingga perdagangan global yang kompleks. Namun, keanekaragaman hayati juga memiliki hak untuk hidup sebagai sesama penghuni Bumi, yang menyediakan keseimbangan yang diperlukan bagi planet ini.
Sayangnya, dalam rentang tahun 1970 hingga 2020, populasi hewan menurun sekitar 68%. Menurut laporan World Wildlife Fund (WWF), perusakan habitat akibat pertanian yang tidak berkelanjutan atau penebangan liar yang merajalela merupakan penyebab utama di balik penurunan tersebut. Laporan tersebut juga mencatat bahwa kawasan Asia-Pasifik telah kehilangan 45% keanekaragaman hayatinya. Alih fungsi lahan, perubahan iklim, dan spesies invasif merupakan beberapa penyebab utama.
Penemuan Spesies Baru di Mekong Raya
Pada tahun 2023, para ilmuwan mengidentifikasi 234 spesies baru di kawasan Mekong Raya. Penemuan ini didokumentasikan dalam laporan WWF berjudul “Penemuan Spesies Baru di Mekong Raya” yang diterbitkan pada Desember 2024.
Kawasan Mekong Raya merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati terkaya di Bumi. Kawasan ini merupakan rumah bagi ribuan spesies hewan dan tumbuhan, termasuk spesies yang terancam punah seperti harimau dan gajah Asia. Penelitian tentang keanekaragaman hayati terus berlanjut, dan spesies baru ditemukan setiap tahun.
Penelitian ini dimulai ketika foto Begonia kayinensis diunggah oleh C.S. Paing, seorang penggemar tanaman lokal. Tanaman berdaun berbentuk hati bertekstur unik dari Myanmar ini menarik perhatian Mya Bhone Maw, seorang kandidat PhD dari Myanmar, yang saat itu bekerja sama dengan Kebun Raya Tropis Xishuangbanna. Ketertarikan ini mendorong Mya dan timnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan bantuan peneliti lokal dan internasional.
“Menurut pengalaman saya, para pencinta alam setempat membawa pengetahuan dan antusiasme yang tak ternilai yang dapat memberikan kontribusi besar dalam mengungkap spesies baru,” kata Mya. “Mereka sering kali sangat mengenal lingkungan setempat dan dapat mengakses daerah terpencil atau sulit dijangkau yang mungkin tidak dapat dikunjungi secara teratur oleh para peneliti profesional.”
Penemuan yang dilakukan oleh Mya dan tim penelitinya pada tahun 2023 membuat jumlah total spesies yang dideskripsikan oleh sains di wilayah tersebut menjadi 3.642 sejak tahun 1997.
Urgensi Perlindungan Lingkungan
Beberapa di antara 234 spesies baru yang ditemukan di Mekong Raya adalah landak berbulu halus, ikan air tawar baru, dan genus baru pohon palem. Penemuan ini menekankan pentingnya ekosistem alam yang ada dan memperkuat urgensi untuk melindunginya dari dampak perubahan iklim dan krisis lainnya. Upaya konservasi aktif dari pemerintah, penelitian berkelanjutan dari para ilmuwan, dan promosi sains warga dapat memungkinkan penemuan lebih lanjut pada tahun-tahun yang akan datang.
Editor: Nazalea Kusuma
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Madina adalah Reporter di Green Network Asia. Dia adalah alumni program sarjana Sastra Inggris dari Universitas Indonesia. Dia memiliki tiga tahun pengalaman profesional dalam editorial dan penciptaan konten kreatif, penyuntingan, dan riset.