Inklusi Keuangan dan Digital di Tengah Pertumbuhan Ekonomi yang Cepat di Asia-Pasifik

Foto oleh Norbert Braun di Unsplash
Asia dan Pasifik merupakan kawasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Namun, pertumbuhan ekonomi itu belum dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Kenyataannya, kemiskinan dan pengangguran menjadi dua dari sekian banyak masalah yang dihadapi masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah di kawasan tersebut.
Masalah ini diperparah oleh pandemi COVID-19. Untuk mengatasi hal ini, Griffith Asia Institute meluncurkan Inclusive Growth Hub untuk mempercepat inklusi digital dan keuangan bagi masyarakat miskin dan rentan.
Apa itu Inclusive Growth Hub?
Griffith Asia Institute (GAI) merupakan pusat penelitian global Griffith Business School, Australia. GAI fokus mempelajari dan menjalin hubungan dengan daerah-daerah di perbatasan Asia dan Pasifik, dan menjadikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB sebagai prinsip. GAI juga bekerja sama dengan lembaga think tank, bisnis, badan pemerintah, dan semua pihak yang dapat mengantarkan penelitian mereka ke garis depan diskusi.
GAI mendirikan Inclusive Growth Hub pada tahun 2022. Seperti namanya, program ini fokus pada penelitian dan perancangan kegiatan pengembangan kapasitas untuk menciptakan dampak ekonomi yang positif bagi orang-orang di dasar piramida ekonomi di seluruh kawasan Asia-Pasifik.
“Salah satu isu yang paling mendesak menyangkut tingkat ketidaksetaraan di kawasan ini, termasuk inklusi keuangan dan digital, adalah memahami skala masalah dan memastikan bahwa hal itu mendapat perhatian dari para pemangku kepentingan utama,” kata Shawn Hunter, Pemimpin Program Inclusive Growth Hub.
Inklusi keuangan dan digital
Transformasi menuju layanan dan peralatan berbasis digital adalah kunci untuk membangun kembali ekonomi setelah pandemi dan meningkatkan ketahanan terhadap bencana di masa depan. Namun, transformasi digital seringkali melupakan kelompok rentan seperti perempuan, lansia, difabel, dan masyarakat miskin.
Inclusive Growth Hub fokus pada peningkatan akses produk keuangan yang relevan, aman, dan terjangkau bagi kelompok rentan tersebut. Tidak hanya itu, program ini juga fokus pada perluasan kesempatan bagi kelompok rentan untuk berpartisipasi dalam aktivitas digital. Metode utamanya adalah pembuatan kebijakan, penelitian, dan pengembangan pedoman.
Kemitraan multi-pemangku kepentingan sangat penting untuk mencapai tujuan program tersebut. Oleh karena itu, para peneliti Griffith Asian Studies menjalin kemitraan dengan organisasi yang fokus pada ekonomi, seperti Asian Development Bank dan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Target untuk tidak meninggalkan siapa pun
Inclusive Growth Hub bergerak dengan semangat untuk tidak meninggalkan siapa pun (leave no one behind). Kala kita terus mencapai pertumbuhan dan transformasi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, kita tidak boleh lupa bahwa seluruh kemajuan ini harus melibatkan mereka yang paling membutuhkan. Mengubah narasi melalui pembuatan kebijakan dan kolaborasi multi-pemangku adalah salah satu kunci untuk mencapai keberlanjutan.
Editor & Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli tulisan ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Asisten Manajer Program di Green Network Asia. Dia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia dengan dua tahun pengalaman profesional dalam editorial, penelitian, dan penciptaan konten kreatif.