Kamboja Keluarkan Dekret Perlindungan Lumba-Lumba Sungai Mekong

Photo: Dibyendu Ash via Wikimedia Commons.
Lumba-lumba merupakan salah satu hewan paling menggemaskan dan cerdas. Sayangnya, mamalia ini terancam punah. Belum lama ini, Pemerintah Kamboja mengeluarkan dekret untuk melindungi dan melestarikan lumba-lumba Irrawaddy yang hidup di Sungai Mekong.
Keadaan Lumba-lumba Sungai Mekong
Lumba-lumba Irrawaddy atau pesut (Orcaella brevirostris) memiliki ciri-ciri yang mirip dengan beluga, dengan dahi yang menonjol dan paruh yang pendek. Mereka tinggal di daerah pesisir dan sungai di Asia Selatan dan Tenggara. Sungai Mekong adalah satu dari tiga sungai yang menampung lumba-lumba Irrawaddy, selain sungai Ayeyarwady di Myanmar dan Mahakam di Indonesia.
Menurut laporan WWF, diperkirakan 89 ekor lumba-lumba Irrawaddy berada di Sungai Mekong pada tahun 2020. Jumlah tersebut menunjukkan populasi yang relatif stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan hanya 80 ekor pada tahun 2015. Namun rata-rata tingkat kematian tahunan 2,14% sedikit lebih tinggi dibanding 2,01% pada tahun 2017.
Lumba-lumba Irrawaddy biasanya menempati area yang lebih luas di sistem Sungai Mekong, termasuk Tonle Sap (Danau Besar), Delta Mekong, dan hulu Sungai Mekong. Saat ini, mereka hanya mendiami sebagian kecil wilayah Sungai Mekong yang membentang sepanjang 180 km. Belitan jaring insang, praktik penangkapan ikan ilegal, dan perubahan iklim merupakan ancaman nyata terhadap upaya perlindungan lumba-lumba Sungai Mekong.
Dekret Perlindungan
Pada Februari 2023, pemerintah Kamboja mengeluarkan surat keputusan untuk mengatur kawasan perlindungan lumba-lumba yang telah ditunjuk, yang disebut Area Pengelolaan Lumba-lumba Sungai Mekong. Sebelumnya, pemerintah Kamboja melarang jaring insang, keramba ikan, dan listrik untuk menangkap ikan pada tahun 2012 untuk menghindari kerusakan populasi lumba-lumba.
Menurut Phnom Penh Post, wilayah pengelolaan terbentang sepanjang 120 km antara provinsi Stung Treng (35 km) dan provinsi Kratie (85 km). Dengan total luas 621 kilometer persegi, situs ini dibagi menjadi area inti permanen dan musiman untuk mendukung aktivitas migrasi, mencari makan, dan reproduksi lumba-lumba.
Selain itu, segala jenis penangkapan ikan, budidaya, transportasi dengan kecepatan di atas 30 km/jam, dan pemukiman manusia yang berpotensi mengancam lumba-lumba dilarang berada di kawasan pengelolaan.
Perlu Regulasi
Pada akhirnya, pemerintah harus mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati melalui regulasi yang jelas dan tegas. Dengan menetapkan Area Pengelolaan Lumba-Lumba Sungai Mekong, pemerintah Kamboja mengklaim komitmen untuk melestarikan spesies tersebut sebagai kekayaan hayati nasional dan melindungi pertumbuhan ekonomi masyarakatnya yang diharapkan akan membuahkan hasil.
“Wilayah Pengelolaan Lumba-Lumba Sungai Mekong ditetapkan dan dilindungi untuk melestarikan lumba-lumba, kekayaan alam yang sakral, untuk berpartisipasi secara efektif dalam pengembangan ekowisata, meningkatkan ekonomi, membantu masyarakat dan mata pencahariannya, serta menjaga keseimbangan lingkungan alam untuk keanekaragaman hayati, pertumbuhan, dan mempertahankan kehidupan lumba-lumba,” kata Perdana Menteri Kamboja Hun Sen.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Reporter & Peneliti In-House untuk Green Network Asia. Dia meliput Global, Asia Tenggara, Asia Timur, dan Australasia.