Kematian 3 Harimau di Medan Zoo: Urgensi Penguatan Sistem Pengelolaan Lembaga Konservasi
Sejak berabad-abad yang lalu, manusia telah menciptakan kebun binatang, yang menempatkan hewan-hewan langka di dalamnya. Pada umumnya, orang-orang mengunjungi kebun binatang untuk mengenal lebih dekat berbagai satwa langka atau sekadar mencari hiburan. Namun mirisnya, dalam banyak kasus, kebun binatang menjadi tempat yang membuat hewan-hewan hidup dalam penderitaan dan jauh dari kehidupan alamiahnya. Pada awal Januari 2024, tiga harimau dilaporkan mati di Kebun Binatang Medan (Medan Zoo) dalam kurun waktu November-Desember 2023.
Tiga harimau tersebut terdiri dari dua harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan satu harimau benggala (Panthera tigris tigris). Pengelolaan kebun binatang yang buruk disebut-sebut sebagai penyebab utama kematian tiga harimau tersebut.
Kematian Harimau dan Kondisi Medan Zoo
Harimau pertama yang mati adalah Erha, seekor harimau sumatera jantan berumur 11 tahun pada awal November 2023. Kemudian, pada awal Desember, menyusul kematian seekor harimau Benggala bernama Avatar. Terakhir adalah harimau Sumatera betina berusia 9 tahun bernama Nurhaliza, yang mati pada 31 Desember 2023 setelah mengalami pneumonia dan penyakit ginjal.
Kematian tiga harimau tersebut tidak terlepas dari krisis keuangan yang dialami Medan Zoo dalam beberapa tahun terakhir. Reportase Kompas menyebutkan bahwa krisis keuangan Medan Zoo telah berlangsung sejak Pandemi COVID-19 dan tidak kunjung teratasi. Puncaknya, kebun binatang tersebut berutang biaya pakan ternak kepada vendor selama empat bulan. Selain itu, gaji para pegawai juga tidak dibayarkan sejak Agustus 2023.
Medan Zoo merupakan kebun binatang yang berada di bawah naungan Pemerintah Kota Medan, dengan status sebagai perusahaan daerah. Kondisi Taman Margasatwa Kota Medan itu terbengkalai dalam beberapa tahun terakhir, dengan sebagian besar kandang kotor dan rusak dan rumput-rumput ilalang tumbuh tinggi tak terurus.
Berdasarkan pemantauan dan evaluasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, pengelolaan satwa di Medan Zoo belum memenuhi standar pengelolaan lembaga konservasi, terutama pada aspek kesejahteraan hewan dan tata kelola lingkungan. “Hal ini terlihat dari kandang satwa buas yang kurang baik seperti kandang yang sudah mulai rusak dan lembab yang mengakibatkan penurunan kesehatan satwa,” kata Kepala BBKSDA Sumut, Rudianto Saragih.
Memperkuat Sistem Pengelolaan Lembaga Konservasi
Kematian satwa di lembaga konservasi seperti yang terjadi di Medan Zoo bukanlah yang pertama kali terjadi di Indonesia, melainkan sudah cukup sering. Hal ini mesti menjadi alarm akan pentingnya memperkuat sistem pengelolaan lembaga konservasi, terutama dalam kondisi ketidakpastian akibat berbagai krisis yang tengah melanda dunia.
Regulasi, kebijakan, hingga panduan nasional terkait pengelolaan lembaga konservasi mesti diperbarui dan ditingkatkan, termasuk dalam hal penyelamatan satwa dalam kondisi darurat atau insidental dan menjamin kesejahteraan pekerja di dalamnya. Yang tak kalah penting, pemberian izin, pemantauan dan evaluasi, hingga penegakan sanksi terkait kinerja lembaga konservasi juga mesti diperkuat di semua tingkatan. Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak yang memiliki visi dan misi yang sejalan dengan lembaga konservasi juga dapat langkah yang berarti meski bukan solusi tunggal.
Pada akhirnya, lebih dari sekadar institusi tempat pelestarian dan perlindungan satwa, lembaga konservasi juga mesti mendukung upaya mewujudkan target pembangunan berkelanjutan, termasuk menciptakan pekerjaan yang layak dan peluang pengembangan ekonomi berkelanjutan.
Jika Anda melihat konten kami bermanfaat, harap pertimbangkan untuk berlangganan Green Network Asia – Indonesia.
Langganan Anda akan menguntungkan Anda secara pribadi dan profesional, dan dapat menjadi cara terbaik untuk mendukung produksi konten-konten yang tersedia untuk masyarakat umum ini.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network Asia. Ia adalah lulusan Magister Filsafat dari Universitas Gadjah Mada, dan Sarjana Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman profesional di bidang jurnalisme sebagai reporter dan editor.