Bagaimana Kebun Binatang, Akuarium, dan Taman Botani Dapat Mendukung Konservasi Hewan?

Foto: Anthony Rosa di Unsplash.
Selain dari dokumenter dan foto di internet, mengunjungi kebun binatang, akuarium, dan taman botani mungkin adalah cara paling dekat untuk kita bisa melihat dan berinteraksi dengan satwa liar. Namun, keberadaan tempat-tempat tersebut telah lama menjadi perdebatan karena praktik-praktik yang cenderung membahayakan hewan-hewan yang bernaung di dalamnya. Lalu, bagaimana institusi-institusi ini dapat mendukung konservasi hewan?
Perdebatan Panjang
Perdebatan seputar manfaat dan bahaya kebun binatang, akuarium, dan taman botani sudah berlangsung lama. Di satu sisi, institusi-institusi ini dapat mendukung pendidikan dengan memberikan akses kepada masyarakat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan, untuk bertemu dan belajar secara langsung tentang satwa-satwa liar. Ketiga institusi ini juga dipercaya dapat melindungi spesies satwa liar, terutama yang terancam punah.
Namun, manfaat-manfaat ini seringkali dibayangi oleh praktik-praktik yang membahayakan hewan. Berulang kali kita menyaksikan berbagai bentuk penganiayaan binatang, termasuk kelaparan, kekerasan, dan kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan hewan. Mengingat isu kepunahan keanekaragaman hayati yang terus meningkat, ketiga institusi tersebut mesti mengubah operasionalnya ke arah praktik-praktik yang etis untuk mendukung konservasi hewan.
Pernyataan Uni Internasional untuk Konservasi Alam
Baru-baru ini, Komisi Penyelamatan Spesies Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature Species Survival Commission, disingkat IUCN SSC) merilis pernyataan yang mengakui peran kebun binatang, akuarium, dan taman botani dalam konservasi hewan. Pernyataan tersebut disusun oleh ahli-ahli dari berbagai sektor di bidang konservasi hewan.
Secara umum, IUCN SSC mengakui bahwa banyak dari institusi-institusi ini telah mengedepankan konservasi dalam misinya dan berkontribusi terhadap upaya-upaya konservasi dalam berbagai bentuk. Dengan praktik yang cermat, adil, dan berkelanjutan, ketiga institusi ini dapat berkontribusi terhadap konservasi ex-situ dan juga belajar dari praktik konservasi in-situ. IUCN SSC percaya bahwa kedua praktik tersebut harus dilakukan secara beriringan untuk mewujudkan pendekatan konservasi satwa liar yang menyeluruh dan terintegrasi.
Di saat yang sama, IUCN SSC juga mengakui bahwa banyak insititusi belum berkontribusi terhadap upaya konservasi akibat praktik-praktik berbahaya. Hal ini termasuk manajemen populasi, penyakit satwa liar, dan pelepasan satwa liar yang dinilai masih belum tepat.
Kebun Binatang, Akuarium, dan Taman Botani untuk Konservasi
Pada akhirnya, upaya konservasi keanekaragaman hayati adalah tanggung jawab bersama. Meskipun belum ada aturan yang mengikat secara hukum, IUCN SSC mendorong kebun binatang, akuarium, dan taman botani untuk beralih ke praktik-praktik baik untuk mendukung konservasi satwa. Organisasi tersebut juga mendukung seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi, dan para ahli, untuk mengembangkan kolaborasi dengan ketiga institusi tersebut. Salah satunya adalah lewat One Plan Approach, yang mengedepankan strategi terpadu dan partisipasi multipihak dalam konservasi satwa liar. Kolaborasi dan kemitraan sangat penting dalam mewujudkan lingkungan yang lebih baik agar keanekaragaman hayati dapat berkembang.
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Madina adalah Asisten Manajer Program di Green Network Asia. Dia adalah lulusan Program Studi Sastra Inggris dari Universitas Indonesia dengan dua tahun pengalaman profesional dalam editorial, penelitian, dan penciptaan konten kreatif.