Kerja Sama Pupuk Indonesia dan IHI untuk Pengembangan Energi Amonia Hijau

Pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik, anak perusahaan PT Pupuk Indonesia. | Foto: Pupuk Indonesia.
Pada dasarnya, alam menyediakan banyak senyawa yang berpotensi untuk diolah dan digunakan sebagai sumber energi atau bahan bakar. Namun hingga saat ini, energi yang dominan masih berasal dari bahan bakar fosil. Selain terbatas, energi fosil berkontribusi terhadap pemanasan global karena emisinya yang tinggi. Di tengah pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim, dunia kini berbondong-bondong beralih ke energi baru terbarukan yang lebih rendah emisi.
Selain hidrogen yang telah banyak diperbincangkan, amonia juga mulai dilirik. Baru-baru ini, PT Pupuk Indonesia (Persero) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan IHI Corporation, perusahaan teknik asal Jepang, untuk menjajaki kelayakan produksi dan penjualan amonia hijau yang berasal dari sumber energi terbarukan di Indonesia.
Mengenal Amonia Hijau
Amonia (NH₃) adalah senyawa kimia berbentuk gas tak berwarna dan berbau tajam yang terbentuk dari hasil dekomposisi unsur-unsur organik. Amonia digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain dalam produksi obat-obatan, gas pendingin, bahan pemurnian air, pembuatan plastik, bahan peledak, tekstil, pestisida, pupuk, pewarna, detergen, dan banyak lainnya.
Dalam kaitannya dengan energi baru terbarukan, amonia dibedakan menjadi amonia hijau dan amonia biru. Warna di sini merujuk pada bahan dan proses produksinya. Adapun amonia konvensional disebut sebagai amonia abu-abu untuk membedakannya.
Amonia biru pada dasarnya seperti amonia konvensional, namun dengan penangkapan karbon yang dapat mengurangi emisi hingga 90%. Sedangkan amonia hijau diproduksi dengan menggunakan hidrogen hijau yang dihasilkan melalui elektrolisis air dan nitrogen yang dipisahkan dari udara, ditenagai oleh energi terbarukan, sehingga produksinya nyaris bebas karbon dioksida.
Beberapa potensi dekarbonisasi dari amonia hijau adalah sebagai media untuk menyimpan dan mengangkut energi kimia, sebagai bahan bakar transportasi, dan dapat menyimpan energi panas melalui penyerapan air dan melalui perubahan fase antar keadaan material (misalnya cair ke gas).
Dalam MoU yang telah disepakati, Pupuk Indonesia dan IHI Corporation akan menilai kelayakan co-firing amonia di boiler listrik. Dalam hal ini, pabrik milik Pupuk Indonesia di Jawa Timur akan menggunakan tenaga panas Bumi untuk memproduksi amonia hijau.
Di sisi lain, IHI Corporation akan menangani studi teknis dan penilaian kelayakan. Setelah penilaian kelayakan dan pilot co-firing amonia selesai pada Maret 2024, Pupuk Indonesia akan membangun dan menjalankan pabrik amonia hijau komersial dan memasarkannya di dalam dan luar negeri.
Presiden dan Kepala Eksekutif IHI Corporation, Hiroshi Ide, mengatakan bahwa pihaknya ingin membangun rantai pasok bahan bakar amonia yang dapat membantu Indonesia menjadi netral karbon. Selama ini, Pupuk Indonesia memproduksi amonia yang berasal dari bahan bakar fosil dalam jumlah besar.
“Melalui penelitian, IHI akan mempresentasikan model amonia hijau di Indonesia dan membantu Jepang dan negara lain untuk segera mengkomersialkan amonia hijau dan mendorong dekarbonisasi,” ujar Hiroshi.
Selain dengan IHI, Pupuk Indonesia juga menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan Jepang lainnya, yakni TOYO Engineering Corporation, Mitsubishi Corporation, Mitsui, INPEX, dan Itochu, untuk melakukan kajian pembangunan pabrik Green Ammonia di Indonesia.
Sementara IHI sendiri, selain dengan Pupuk Indonesia, juga bekerja sama dengan PT PLN dalam proyek penelitian dan pengembangan hidrogen dan amonia sebagai bahan bakar pengganti batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Teliti Amonia Hijau dengan Hati-Hati
Bersama hidrogen, amonia hijau digadang-gadang sebagai bahan bakar rendah emisi di masa depan dan berpotensi sebagai solusi untuk perubahan iklim. Namun, memastikan keamanan dan keterjangkauannya, mulai dari produksi hingga penggunaan, tetap menjadi suatu keharusan. Karena itu, intensifikasi dan kehati-hatian dalam penelitian tentang amonia hijau perlu ditingkatkan untuk memastikan produksi energi baru terbarukan ini benar-benar aman, terjangkau, dan berkelanjutan.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network ID.