Langkah BSI Dorong Ekonomi Hijau dengan Sediakan Reverse Vending Machine
Seorang perempuan memasukkan sampah botol plastik ke dalam RVM BSI. | Foto oleh Bank Syariah Indonesia (BSI).
Mari kita berpikir sejenak: setiap hari, berapa banyak plastik yang kita gunakan, baik berupa kemasan atau bentuk lainnya, yang berujung menjadi sampah? Kebanyakan dari kita mungkin tidak menyadari dan menghitung jumlahnya. Namun, fakta bahwa sampah plastik ada di banyak tempat—di rumah, di jalanan, di selokan, di sungai, di laut, di tempat pembuangan sampah, dan sebagainya—adalah hal yang tak dapat kita sangkal.
Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa produksi sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun, dengan 3,2 juta ton di antaranya terbuang ke laut. Data ini menempatkan Indonesia sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia.
Siapa yang bertanggung jawab atas hal itu dan siapa yang dapat berperan untuk menanggulanginya? Jawabannya bisa siapapun dari sektor apapun, termasuk institusi keuangan. Dalam hal ini, institusi keuangan dapat berperan dengan menerapkan ekonomi hijau (green economy) dalam operasinya. Di Indonesia, Bank Syariah Indonesia (BSI) menjadi salah satu yang turut berperan.
Sediakan Reverse Vending Machine
Sampah plastik merupakan masalah serius bagi keberlangsungan lingkungan dan berkontribusi terhadap perubahan iklim. Salah satu bahan bakunya, polytam, merupakan produk turunan dari bahan bakar yang bersumber dari fosil. Perlu waktu puluhan hingga ratusan tahun bagi sampah plastik untuk terurai. Botol plastik dan tutupnya bahkan memerlukan waktu hingga 450 tahun untuk terurai.
Salah satu upaya yang dilakukan BSI adalah mengadakan program Small Movement for Green Economy dengan menggandeng Plasticpay. Program ini diwujudkan dengan penyediaan Reverse Vending Machine (RVM). RVM adalah mesin penukaran sampah botol plastik menjadi poin atau saldo tabungan.
Sampah botol plastik yang terkumpul di RVM kemudian didaur ulang menjadi serat stapel buatan/recycled Polyester Staple Fiber (re-PSF) dan diolah menjadi berbagai macam benda bernilai, seperti tas laptop, pelindung ponsel, sajadah, topi, sepatu, goodie bag, dan lainnya, dengan menggandeng pelaku UMKM Indonesia.
Masyarakat yang menyetor sampah botol plastik ke RVM BSI akan mendapatkan 56 poin (setara Rp56) untuk setiap satu botol plastik 600 ml. Poin tersebut dapat langsung dikonversi menjadi saldo tabungan BSI dengan terlebih dulu menjadi nasabah.
Awalnya, BSI menempatkan satu RVM di Gedung BSI Wisma Mandiri 1 Jakarta saat peluncuran pada Juli 2021. Sepanjang 2022, BSI menambah jumlah RVM di berbagai titik, termasuk 20 unit yang tersebar pada helatan KTT G20 di Bali, Kantor Cabang BSI, dan area publik lainnya di Bali.
Selain di Bali, BSI juga telah menempatkan 17 RVM yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Pada tahun 2023, BSI bersama Plasticpay akan menambah 50 unit RVM lagi.
“Tujuan dari program BSI ini adalah meningkatkan awareness masyarakat dalam penerapan green economy melalui prinsip 3P–People, Planet, dan Profit,” kata Bob Tyasika Ananta, Wakil Direktur Utama BSI.
Dampak Positif
Melalui program ini, BSI ingin membangun citra bahwa Indonesia bukan hanya penghasil sampah plastik, tetapi juga berupaya untuk menjadi transformator dengan ekonomi sirkular. Beberapa dampak positif dari penyediaan RVM yang telah berjalan antara lain:
- Mengurangi 6,24 juta gram emisi karbon.
- Mengumpulkan 90.521 botol plastik bekas dengan berat 1.577 Kg.
- Per November 2022, sampah botol plastik yang terkumpul telah dibuat menjadi 600 produk kreatif berbagai rupa oleh pelaku UMKM yang digandeng.
Selain menyediakan RVM, BSI juga mengimplementasikan ekonomi hijau dengan pembiayaan berkelanjutan senilai Rp51,03 triliun, penyaluran dana CSR berprinsip 3P ke berbagai sektor senilai Rp84,1 miliar, penanaman pohon lebih dari 20.000 bibit di daerah-daerah rawan bencana, dan pemasangan solar panel di kantor cabang BSI, desa binaan BSI, dan masjid pedalaman NTT.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Amar adalah Manajer Editorial Indonesia di Green Network. Ia bertanggung jawab sebagai Editor untuk Green Network ID.