Mekanisme Transisi Energi dan Senja Kala Batu Bara

Pemandangan malam hari Terminal Batu Bara Kelanis, Kalimantan Tengah. | Foto oleh Dominic Vanyi di Unsplash.
Indonesia mengambil langkah tegas untuk menuju masa depan tanpa emisi karbon. Pada Side Event G20, Pemerintah meluncurkan Mekanisme Transisi Energi/Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform. Diresmikan oleh Sekjen Kementerian ESDM Rida Mulyana dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, peluncuran platform ini diikuti oleh perwakilan dari Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB), dan Bank Dunia.
Pemerintah menyadari bahwa transisi energi bukanlah tugas mudah mengingat Indonesia merupakan salah satu konsumen batu bara terbesar di dunia. Namun, Indonesia bertekad untuk menjadi salah satu pemimpin global dalam transisi energi, seperti dikatakan oleh Sri Mulyani, “Platform ETM Indonesia akan mengirimkan sinyal kuat tidak hanya kepada Asia Pasifik tetapi juga dunia. Indonesia akan memimpin dunia dalam transisi energi yang adil dan terjangkau dari energi fosil menjadi energi bersih.”
Senja Kala Batu Bara
Indonesia bertekad mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 melalui platform ETM. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus menurunkan emisi karbon sebesar 32% pada tahun 2030 sebagaimana tertuang dalam Nationally Defined Contribution (NDC) yang telah diperbaharui. Hal ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia sesuai Perjanjian Paris.
Salah satu langkah untuk mencapai target tersebut adalah dengan mempercepat pemensiunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Mengingat batu bara masih menjadi penyumbang terbesar untuk pembangkitan listrik, Indonesia harus melepaskan ketergantungan pada batu bara secara bertahap dan beralih ke sumber energi terbarukan.
Indonesia berencana mengembangkan pembangkit listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan dan teknologi rendah karbon dengan kapasitas hingga 700 GW. Pemerintah sedang mempertimbangkan sumber-sumber energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya. Co-firing biomassa yang relatif kontroversial juga akan diterapkan pada pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Dan Indonesia akan memensiunkan dini 33 PLTU batu bara dengan total kapasitas 16,8 GW.
“Itu akan mengurangi 50 juta ton CO2 pada tahun 2030 atau 160 juta ton pada tahun 2040,” tambah Sri Mulyani.
Selain itu, upaya lainnya adalah mengganti bahan bakar konvensional dengan bahan bakar rendah karbon dan mengenalkan efisiensi energi melalui kendaraan listrik dan kompor listrik induksi.
Dalam hal ini, PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) ditunjuk sebagai ETM Country Platform. PT SMI akan bertanggung jawab untuk mengembangkan kerangka keuangan dan investasi untuk program ETM.
Langkah Kecil
Pada saat yang sama, ADB menandatangani MoU bersama dengan PT PLN, Cirebon Electric Power (CEP), dan Indonesia Investment Authority (INA) untuk memulai pembahasan mengenai pemensiunan dini Cirebon-1, pembangkit listrik berkapasitas 660 MW milik CEP. Perjanjian yang tidak mengikat ini dimaksudkan untuk menutup Cirebon-1 bahkan sampai 15 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu 40 hingga 50 tahun.
Dengan mempertimbangkan pengurangan emisi karbon, ADB akan memberikan pembiayaan kembali (refinancement) dari US$250 juta menjadi US$300 juta sebagai imbalan atas pengurangan tenor pembangkit listrik. ADB memperkirakan bahwa pemensiunan dini 15 tahun sebelum target dapat mengurangi 30 juta ton emisi karbon.
Sementara itu, para pihak yang terlibat akan mencari cara untuk mengganti pembangkit listrik yang akan segera dihentikan dengan teknologi terbarukan atau rendah karbon. Jika kesepakatan tercapai, Cirebon-1 dapat menjadi model yang dapat diikuti oleh produsen listrik independen lainnya, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga Asia Pasifik.
“ETM memberikan pendekatan inovatif bagi perusahaan seperti CEP untuk melakukan transisi dari batu bara ke energi bersih seraya menyediakan listrik yang andal dan terjangkau untuk infrastruktur energi Indonesia,” kata Presiden Direktur CEP Hisahiro Takeuchi.
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa inggris di Green Network Asia.
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan kami untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Ata adalah Manajer Event & Aktivitas di Green Network. Dia juga melakukan peran sebagai Editor untuk Green Network Asia.