Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Menengok Bagaimana Ocean Sole Mengubah Sampah Sandal Bekas menjadi Karya Seni

Ocean Sole melakukan daur ulang untuk mengatasi permasalahan sampah dengan mengubah sandal bekas menjadi karya patung.
Oleh Dinda Rahmania
23 Januari 2024
patung hewan oleh ocean sole dibuat dari sandal jepit bekas

Gambar oleh UNESCO Africa di Flickr.

Sandal jepit adalah alas kaki yang mudah dipakai, terjangkau, dan digunakan oleh banyak orang di dunia. Akan tetapi, penggunaannya yang meluas tersebut secara tidak langsung telah berkontribusi pada krisis limbah ekologis di sepanjang pantai di Kenya. Demi mengatasi hal tersebut, Ocean Sole bergerak untuk mendaur ulang sampah sandal bekas menjadi karya seni patung.

Masalah Sampah Sandal di Dunia

Sandal jepit hanya memiliki masa pakai kurang lebih selama dua tahun. Tiap tahunnya, sekitar tiga miliar pasang sandal diproduksi dan beberapa laporan menyebutkan bahwa kurang lebih ada 200 juta pasang yang dibuang. Kepopuleran dan masa pakainya yang singkat menyebabkan sandal jepit menyumbang sekitar 90 ton polusi sampah tiap tahunnya di sepanjang pantai Afrika Timur.

Akumulasi dari sampah sandal yang dibuang ke laut  telah menjadi ancaman serius bagi kehidupan dan ekosistem di laut. Lebih dari sekedar polutan yang tampak, sandal juga berkontribusi signifikan terhadap jumlah sampah laut dan menimbulkan ancaman bagi keberlangsungan ekosistem laut apabila tertelan.

Dengan karakter laut yang tidak mengenal batas wilayah, masalah ini menjadi kian parah dan berkembang menjadi persoalan global di mana jutaan sandal berakhir di pesisir pantai setiap tahunnya. Ditambah lagi, penduduk lokal yang hidupnya bergantung pada laut menjadi rentan akibat polusi yang dapat meningkatkan risiko kesehatan.

Ocean Sole dan Daur Ulang Sampah Sandal

Ocean Sole adalah organisasi di Kenya yang berfokus pada usaha-usaha daur ulang dan konservasi. Organisasi ini menawarkan solusi untuk permasalahan sampah yang telah menjadi isu serius di pantai-pantai di Kenya. Pada tahun 1999, Julie Church, seorang ahli biologi kelautan dan konservasionis, mendirikan organisasi tersebut setelah melihat keseluruhan pantai dipenuhi dengan sampah berupa sandal. Temuan ini mendorong Ocean Sole untuk mengambil tindakan nyata.

Ocean Sole melatih sekelompok seniman Nairobi untuk mendaur ulang sandal bekas menjadi patung hewan berwarna-warni. Sandal yang telah dikumpulkan akan dibersihkan dan disterilkan sebelum diukir dan dibentuk. Untuk patung berukuran kecil, bahan-bahannya dibentuk dengan mesin pemotong, direkatkan, diukur, kemudian diampelas dan diberi sentuhan akhir oleh para seniman. Sementara untuk patung yang berukuran besar, mereka menggunakan styrofoam daur ulang lalu sandal dipasang sebagai lapisan luar untuk menghasilkan karya seni warna-warni yang indah.

Dampak Ocean Sole

Aksi yang dilakukan oleh Ocean Sole tidak hanya sekadar untuk membersihkan pantai. Mengubah sandal bekas menjadi patung adalah cara menarik untuk mengurangi sampah sekaligus berkontribusi pada ekonomi lokal dengan menyediakan sumber penghidupan baru untuk pengrajin setempat.

Selain itu, model daur ulang limbah menjadi seni ini juga merupakan bagian dari advokasi lingkungan untuk menyampaikan pentingnya produksi dan konsumsi berkelanjutan. Karya seni yang dihasilkan dapat menjadi pengingat akan seberapa banyak sampah yang kita buang, seberapa banyak barang yang kita beli dan dikonsumsi, serta betapa berbahayanya proses produksi dalam keseluruhan rantai pasok (supply chain).

Ocean Sole menunjukkan bahwa sampah dapat digunakan kembali dan diubah menjadi sesuatu yang indah untuk memperpanjang siklus hidupnya. Namun tetap saja, penanggulangan masalah sampah harus dimulai dari tingkat produksi, dimana. Pengurangan tetap menjadi langkah pertama dalam menciptakan industri sirkular. Untuk itu, perlu adanya pertimbangan kembali dalam membuat alas kaki yang terjangkau dan berkelanjutan. Inovasi dan kreativitas di tengah berbagai krisis saat ini akan mendorong masyarakat untuk turut serta dalam mengatasi permasalahan lingkungan.

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar dan Seftyana Aulia Khairunisa


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Mengurangi Limbah Elektronik dengan Material yang Dapat Didaur Ulang dan Diperbaiki
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Singapura Luncurkan Alat Pelaporan ESG Otomatis
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    PUA-DEM: Model Komputer yang Lebih Akurat untuk Prediksi Longsor
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Memahami Prinsip Bisnis dan HAM (BHR) untuk Keseimbangan HAM dan Keuntungan

Continue Reading

Sebelumnya: Strategi dan Pengembangan Hidrogen Rendah Karbon di Indonesia
Berikutnya: Mendorong Perwujudan Reforma Agraria dengan Penyelesaian Konflik

Artikel Terkait

seorang nelayan berdiri di kapal kecil di tengah perairan Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Kolaborasi untuk Dukung Penghidupan Nelayan Skala Kecil melalui SeaBLUE

Oleh Abul Muamar
1 Juli 2025
tembok memanjang di hadapan air laut dengan burung-burung bertengger di atasnya Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Ambisi Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura dan Dampak Yang Harus Diantisipasi

Oleh Seftyana Khairunisa
30 Juni 2025
kaca yang retak Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Femisida yang Terus Berulang: Alarm tentang Kekerasan terhadap Perempuan

Oleh Abul Muamar
27 Juni 2025
kumbang kepik menempel di dedaunan Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan
  • Kabar
  • Unggulan

Penurunan Jumlah Serangga yang Kian Mengkhawatirkan

Oleh Kresentia Madina
27 Juni 2025
lahan sawah dengan pepohonan kelapa di belakang Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Bagaimana Sekolah Lapang Iklim Bantu Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Oleh Abul Muamar
26 Juni 2025
seorang anak berdiri di sebuah rumah kayu Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Kemiskinan Anak dan Tingkat Pendapatan yang Rendah saat Dewasa

Oleh Abul Muamar
25 Juni 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.