Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Internasional
  • Berlangganan
  • Log In
Primary Menu
  • Beranda
  • Terbaru
  • Topik
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Opini
  • Figur
  • Infografik
  • Video
  • Komunitas
  • Partner
  • Siaran Pers
  • Muda
  • Dunia
  • Kabar
  • Unggulan

Menengok Kamp Pengungsi Ramah Lingkungan di Uganda

Di tengah meningkatnya jumlah pengungsi di seluruh dunia, menyediakan kamp pengungsi ramah lingkungan dengan fasilitas yang memadai merupakan hal penting. Inisiatif CAMP+ di Uganda bertujuan untuk mewujudkan hal itu.
Oleh Dinda Rahmania
16 Februari 2024
Kamp pengungsi Kibumba di Rwanda

Foto: Julien Harneis di Flickr.

Setiap orang berhak atas kehidupan yang layak, dengan kebutuhan dasar dan rasa aman yang terpenuhi. Namun, saat terjadi krisis, orang-orang biasanya tidak akan mendapatkan rasa aman, apalagi memenuhi kebutuhannya, dan terpaksa meninggalkan rumah dan mencari perlindungan di tempat yang lebih aman. Di tengah meningkatnya jumlah pengungsi di seluruh dunia, menyediakan kamp pengungsi ramah lingkungan dengan fasilitas yang memadai merupakan hal penting. Sebuah inisiatif bernama CAMP+ hadir dengan tujuan untuk mewujudkan hal itu.

Meningkatnya Jumlah Pengungsi

Pada Juni 2023, terjadi peningkatan pengungsian paksa secara global. Lebih dari 110 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena faktor-faktor seperti persekusi, konflik, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Populasi pengungsi global mencapai 36,4 juta pada pertengahan tahun 2023, meningkat 3% dari akhir tahun 2022.

Di Gaza saja, hampir 2 juta warga Palestina terpaksa mengungsi dari rumah mereka pada Januari 2024 akibat konflik dan kekerasan yang dilakukan Israel. Mereka terpaksa mengungsi ke “zona aman” tertentu di Gaza atau kamp-kamp yang dikelola PBB di Tepi Barat, Yordania, dan Lebanon.

Peningkatan jumlah pengungsi membuat permintaan akan kamp pengungsi turut meningkat. Namun, pendirian kamp-kamp tersebut dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan, seperti deforestasi atau polusi air dan tanah yang disebabkan oleh penumpukan sampah. Kondisi ini dapat membahayakan lingkungan dan ekosistem, dan menyebabkan degradasi lahan dan dampak ekologis lainnya.

Kamp Pengungsi Ramah Lingkungan

Sebagai respons terhadap tantangan lingkungan yang ditimbulkan oleh kamp-kamp pengungsi, kesadaran akan pentingnya praktik-praktik ramah lingkungan di kamp-kamp pengungsian pun meningkat. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini adalah CAMP+.

CAMP+ adalah inisiatif dari CARE. Di Uganda, CAMP+ telah berupaya untuk menciptakan kamp pengungsi ramah lingkungan sejak tahun 2020. Proyek ini memperkenalkan dapur umum bertenaga surya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar tak terbarukan untuk memasak dan menyediakan sumber energi ramah lingkungan dalam jangka panjang.

Selain itu, CAMP+ telah mendirikan pabrik daur ulang plastik di kamp pengungsi untuk mengatasi masalah sampah. Pendekatan ini mendorong pengelolaan sampah yang efisien sekaligus menciptakan peluang ekonomi. Pengungsi di kamp didorong untuk membuat produk yang dijual secara lokal seperti ember, tikar, dan kabel menggunakan bahan daur ulang melalui inisiatif ini.

CAMP+ menunjukkan bahwa di tengah pengungsian dan kesulitan, meminimalkan dampak lingkungan dan mencegah lebih banyak kerusakan tetap perlu dan dapat dilakukan. Praktik semacam ini menjadi contoh yang baik dalam menciptakan kamp pengungsi yang lebih ramah lingkungan di seluruh dunia.

Mengatasi Akar Masalah

Meminimalkan dampak ekologis dan memastikan bantuan kemanusiaan sangatlah penting. Namun, menciptakan kamp pengungsi yang benar-benar berkelanjutan bukan hanya tentang mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Ada banyak hal lain yang juga perlu dipikirkan, seperti menghapus kekerasan berbasis gender, pemberdayaan ekonomi, dan akses terhadap layanan dasar seperti air bersih, layanan kesehatan, dan sanitasi. Inklusi dan aksesibilitas bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, anak-anak, dan lansia di kamp pengungsian juga tak kalah penting.

Pada akhirnya, yang lebih penting dari itu semua adalah mengatasi akar permasalahan. Dalam hal ini adalah mencegah pengungsian dan mendorong pembangunan perdamaian. Para pemimpin negara harus bersatu untuk mendorong penyelesaian konflik, memperkuat pengurangan risiko bencana, dan memenuhi hak-hak asasi manusia untuk semua.

Editor: Nazalea Kusuma

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.


Berlangganan Green Network Asia – Indonesia
Perkuat pengembangan kapasitas pribadi dan profesional Anda dengan wawasan lintas sektor tentang isu-isu keberlanjutan (sustainability) dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan dunia.
Pilih Paket Langganan

Dinda Rahmania
Reporter at Green Network Asia | Website |  + postsBio

Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Ia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis seputar isu keberagaman, konsumsi berkelanjutan, dan pemberdayaan.

  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Mengurangi Limbah Elektronik dengan Material yang Dapat Didaur Ulang dan Diperbaiki
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Singapura Luncurkan Alat Pelaporan ESG Otomatis
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    PUA-DEM: Model Komputer yang Lebih Akurat untuk Prediksi Longsor
  • Dinda Rahmania
    https://greennetwork.id/author/dindarahmania/
    Memahami Prinsip Bisnis dan HAM (BHR) untuk Keseimbangan HAM dan Keuntungan

Continue Reading

Sebelumnya: Perihal UKT dan Pentingnya Pendanaan yang Berkelanjutan di Perguruan Tinggi Negeri
Berikutnya: Menanti Presiden yang Lebih Bijak dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam

Artikel Terkait

beberapa orang mendayung perahu di permukiman saat banjir. Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menilik Masalah Kesejahteraan Relawan Sosial di Indonesia

Oleh Andi Batara
7 Juli 2025
sayur selada di pipa hidroponik Upaya UEA Capai Kemandirian Pangan melalui Plant the Emirates
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

Upaya UEA Capai Kemandirian Pangan melalui Plant the Emirates

Oleh Attiatul Noor
7 Juli 2025
lahan kering dengan sebuah pohon di kejauhan Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam
  • Kabar
  • Unggulan

Ekosipasi: Gagasan Emansipasi Ekologi untuk Menyelamatkan Alam

Oleh Abul Muamar
4 Juli 2025
miniatur bangunan dan cerobong yang mengeluarkan asap GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi
  • Eksklusif
  • Kabar
  • Unggulan

GRI Luncurkan Standar Keberlanjutan Baru tentang Perubahan Iklim dan Energi

Oleh Kresentia Madina
4 Juli 2025
sekelompok orang berfoto bersama dengan sebagian berdiri dan sebagian berjongkok. Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene
  • Konten Komunitas
  • Unggulan

Sammuane Pannu: Jalan Panjang Menyelamatkan Habitat Penyu di Pesisir Pantai Majene

Oleh Ihsan Tahir
3 Juli 2025
Serpihan arang dan serbuk arang Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi Biochar sebagai Agen Bioremediasi

Oleh Ayu Nabilah
3 Juli 2025

Tentang Kami

  • Founder’s Letter GNA
  • Tim In-House GNA
  • Jaringan Author GNA
  • Panduan Siaran Pers GNA
  • Panduan Artikel Opini GNA
  • Panduan Konten Komunitas GNA
  • Pedoman Media Siber
  • Internship GNA
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
© 2021-2025 Green Network Asia - Indonesia.