Skip to content
  • Tentang
  • Bermitra dengan Kami
  • Asia
Primary Menu
  • Beranda
  • Topik
  • Terbaru
  • Kabar
  • Ikhtisar
  • Wawancara
  • Figur
  • Opini
  • Komunitas
  • Muda
  • Dunia
  • SDGs
  • Event
  • Pelatihan
  • #LetterfromtheFounder
  • Kabar
  • Unggulan

Menghentikan Eksploitasi Perdagangan Sirip Hiu

Hiu merupakan vertebrata yang paling terancam kedua di dunia. Para konservasionis saat ini berusaha menghentikan perdagangan sirip hiu yang eksploitatif dan tidak berkelanjutan.
Oleh Nazalea Kusuma
12 Mei 2023
Sepasang hiu karang Karibia berkeliaran di perairan Grand Bahama.

Foto: Alex Rose di Unsplash.

Hiu merupakan hewan penting bagi keseimbangan ekosistem laut. Sayangnya, mereka termasuk kelompok vertebrata yang paling terancam kedua di dunia. Hal ini terutama disebabkan oleh perburuan sirip hiu untuk dijadikan sup—makanan yang melambangkan kemewahan. Atas kondisi tersebut, para konservasionis di seluruh dunia saat ini tengah berusaha menghentikan perdagangan sirip hiu yang eksploitatif dan tidak berkelanjutan.

Perdagangan Sirip Hiu

Bagi banyak masyarakat Asia, sirip hiu dianggap sebagai makanan lezat. Mirisnya, para pemburu sirip hiu sering kali hanya memotong bagian siripnya, dan membiarkan hiu yang masih hidup kembali ke laut. Meski telah banyak ditentang karena alasan ekologis dan etis, tindakan ini tetap saja berlangsung hingga kini.

Perdagangan sirip hiu adalah industri yang mahal. Harga satu kilogram sirip hiu bisa mencapai $1.000 (sekitar Rp14,7 juta) di Asia Timur, setara dengan sekitar $500 juta per tahun. Diperkirakan, 73 juta hiu dalam satu tahun dipotong siripnya untuk memenuhi permintaan pasar. Jumlah yang sebenarnya kemungkinan besar lebih tinggi, karena sebagian besar industri sirip hiu beroperasi secara ilegal.

Studi menemukan bahwa 37% hiu, pari, dan chimera saat ini terancam punah karena penangkapan berlebihan dan perdagangan yang tidak diatur. Menurut Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), hampir 70% familia hiu requiem terancam punah. Diego Jiménez, direktur kebijakan konservasi di SeaLegacy, mengatakan, “Hiu requiem adalah spesies yang paling banyak diperdagangkan, namun paling tidak dilindungi.”

Aturan Baru

Pada November 2022, Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Liar yang Terancam Punah (CITES) memutuskan untuk membatasi atau mengatur perdagangan komersial hiu requiem, hiu martil, dan pari ikan gitar. Ini menambah 97 spesies ke dalam daftar yang diatur, menempatkan hampir semua spesies dalam perdagangan sirip hiu di bawah pengawasan CITES.

Panama, negara tuan rumah Conference of the Parties (CoP) ke-19 CITES, mengajukan proposal ini. Jepang dan Peru meminta agar beberapa spesies dikeluarkan dari daftar, tetapi proposal awal tetap tidak berubah. Aturan baru ini mengharuskan negara-negara untuk memastikan legalitas dan keberlanjutan – dengan izin atau sertifikat CITES yang benar – sebelum mengesahkan setiap ekspor sirip hiu.

Hal yang Meragukan

Beberapa ahli biologi kelautan skeptis terhadap perkembangan ini. Mereka mewanti-wanti bahwa hal itu dapat meningkatkan harga dalam perdagangan sirip hiu ilegal yang tersembunyi. Misalnya, penelitian oleh Oceana Peru menunjukkan bahwa impor sirip hiu dari Ekuador ke Peru pada tahun 2021 meningkat dua kali lipat dari jumlah sebelum pandemi, dengan lebih dari setengahnya merupakan spesies yang terdaftar di CITES.

Sementara itu, beberapa negara dan kawasan lebih memilih larangan total. Uni Eropa melarang perburuan sirip hiu sejak tahun 2003, meskipun efektivitasnya masih dipertanyakan. Pada Desember 2022, AS mengeluarkan undang-undang yang melarang perdagangan sirip hiu sepenuhnya, melarang siapa pun untuk memiliki, membeli, menjual, atau mengangkut sirip hiu atau produk apa pun yang mengandung sirip hiu, kecuali sirip spesies dogfish tertentu.

Persoalan belum berakhir di sini. Namun secara keseluruhan, disepakati bahwa kita harus menghentikan praktik buruk dalam perdagangan sirip hiu. Kesepakatan ini mengharuskan konsumen, nelayan, bisnis, dan pemerintah untuk bekerja sama dan melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem laut kita.

Penerjemah: Abul Muamar

Baca juga versi asli dari artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.

Terima kasih telah membaca!
Jika Anda melihat artikel ini bermanfaat, berlangganan Newsletter Mingguan Green Network Asia untuk mengikuti kabar dan cerita seputar pembangunan berkelanjutan dari komunitas multistakeholder di Indonesia dan dunia.
Daftar Sekarang

Nazalea Kusuma
Editor at Green Network | Website | + posts

Naz adalah Manajer Editorial di Green Network Asia.

  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Mendorong Penggunaan Kemasan Berkelanjutan bagi Konsumen dan Perusahaan
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    5 Hal yang Dapat Dilakukan Pemerintah Kota untuk Penuhi Hak atas Udara Bersih bagi Warga
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Upaya Uzbekistan Berdayakan Perempuan dalam Masyarakat Hutan dengan Kebijakan yang Responsif Gender
  • Nazalea Kusuma
    https://greennetwork.id/author/nazalea/
    Taiwan Sediakan Produk Menstruasi Gratis di Sekolah dan Kampus

Continue Reading

Sebelumnya: Meningkatkan Penerapan Kawasan Rendah Emisi untuk Kota yang Lebih Sehat
Berikutnya: Kenya Bentuk Komisi Khusus untuk Pemulihan Sungai Nairobi

Artikel Terkait

Polusi udara tampak diproduksi dari aktivitas pabrik Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS

Oleh Maulina Ulfa
22 September 2023
ilustrasi sampul laporan pembangunan berkelanjutan global 2023 GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan
  • Ikhtisar
  • Unggulan

GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan

Oleh Nazalea Kusuma
22 September 2023
sebuah tangan memegang poster bertuliskan ‘stop war’. Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi
  • Ikhtisar
  • Unggulan

Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi

Oleh Abul Muamar
21 September 2023
tangkapan layar Zoom Meeting yang terdiri dari seorang perempuan dan tiga laki-laki Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia
  • Kabar
  • Unggulan

Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia

Oleh Kresentia Madina
21 September 2023
dua pria di tengah sungai dengan perahu kayu. Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat
  • Kabar
  • Unggulan

Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat

Oleh Abul Muamar
20 September 2023
foto aerial sebuah hutan dengan ilustrasi berbentuk daun dengan tulisan CO2 di tengahnya Asia Carbon Institute Dorong Akselerasi Pasar Karbon Sukarela di Asia
  • Kabar
  • Unggulan

Asia Carbon Institute Dorong Akselerasi Pasar Karbon Sukarela di Asia

Oleh Kresentia Madina
19 September 2023
Sidebar Insan Figur
Sidebar Bespoke Event
  • Terbaru
  • Terpopuler
  • Partner
  • Polusi udara tampak diproduksi dari aktivitas pabrik Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS
    • Ikhtisar
    • Unggulan

    Dekarbonisasi dengan Pemanfaatan Teknologi CCUS

  • ilustrasi sampul laporan pembangunan berkelanjutan global 2023 GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan
    • Ikhtisar
    • Unggulan

    GSDR 2023: Pentingnya Pengembangan Kapasitas untuk Pembangunan Berkelanjutan

  • sebuah tangan memegang poster bertuliskan ‘stop war’. Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi
    • Ikhtisar
    • Unggulan

    Menjaga Perdamaian di Tengah Polikrisis dan Kemajuan Teknologi

  • tangkapan layar Zoom Meeting yang terdiri dari seorang perempuan dan tiga laki-laki Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia
    • Kabar
    • Unggulan

    Mengulik Potensi, Perkembangan, dan Implikasi Transisi Energi di Indonesia

  • dua pria di tengah sungai dengan perahu kayu. Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat
    • Kabar
    • Unggulan

    Penetapan Hutan Adat Aceh dan Harapan bagi Masyarakat Adat

  • Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura
    • Kabar

    Pulau Semakau, TPA Hijau Permai di Singapura

  • Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia
    • Kabar
    • Unggulan

    Penggemar Promosikan Warisan Budaya Rempah, Luncurkan Spice Hub Indonesia

  • UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker
    • Kabar

    UNESCAP Dukung Build Back Better, Kembangkan National SDG Tracker

  • Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh
    • Figur

    Beena Rao Mengajar Ribuan Anak dari Pemukiman Kumuh

  • Ahmad Bahruddin bersama rekan-rekannya mendirikan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat
    • Wawancara

    Bagaimana Serikat Petani Mengentaskan Kemiskinan di Masyarakat

  • seorang pria botak duduk di depan sebuah pohon besar di hutan. Dedikasi Alex Waisimon Menjaga Hutan Adat dan Satwa Endemik Papua
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Dedikasi Alex Waisimon Menjaga Hutan Adat dan Satwa Endemik Papua

  • seorang perempuan berpakaian merah rajutan berdiri di depan pintu dengan dedaunan di atasnya. Lian Gogali, Menghidupkan Kembali Harmoni di Poso Lewat Sekolah Perdamaian
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Lian Gogali, Menghidupkan Kembali Harmoni di Poso Lewat Sekolah Perdamaian

  • seorang perempuan berkaca mata sedang mengajar dengan memegang papan tulis dengan huruf-huruf alfabet. Butet Manurung, Memberikan Pendidikan yang Memerdekakan untuk Masyarakat Adat Orang Rimba
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Butet Manurung, Memberikan Pendidikan yang Memerdekakan untuk Masyarakat Adat Orang Rimba

  • seorang perempuan duduk di depan sebuah dinding dengan cermin di belakangnya. Indah Darmastuti, Mewujudkan Sastra yang Lebih Inklusif untuk Difabel Netra
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Indah Darmastuti, Mewujudkan Sastra yang Lebih Inklusif untuk Difabel Netra

  • seorang pria berkaus biru duduk di kursi roda dengan latar lukisan di dinding Agus Yusuf, Pelukis Difabel yang Bercita-cita Bangun Sekolah Seni Ramah Difabel
    • Figur
    • Partner
    • Unggulan

    Agus Yusuf, Pelukis Difabel yang Bercita-cita Bangun Sekolah Seni Ramah Difabel

Tentang Kami

  • Tentang
  • Tim
  • Jaringan Penasihat Senior
  • Jaringan Penasihat Muda
  • Jaringan Kontributor
  • Panduan Artikel Opini
  • Panduan Artikel Komunitas
  • Panduan Siaran Pers
  • Bekerja dengan Kami
  • FAQ
  • Hubungi Kami
  • Ketentuan Layanan
  • Kebijakan Privasi
  • Telegram
  • Etsy
  • Tokopedia
  • Media Link 11
  • Media Link 12
  • Media Link 13
  • Media Link 14
  • Media Link 15
© 2023 Green Network Asia - Indonesia