Perdamaian dan Kebebasan Global yang Mengkhawatirkan
Kehidupan yang layak mencakup lingkungan yang sehat, pekerjaan yang layak, kebebasan berekspresi, kondisi yang damai, dan banyak aspek penting lainnya. Namun, dengan meningkatnya kompleksitas di seluruh dunia, apakah situasi global saat ini ideal untuk melindungi hak asasi manusia dan menjamin perdamaian dan kebebasan?
Perdamaian dan Kebebasan Global
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia sedang dilanda berbagai krisis, mulai dari konflik internasional hingga kerusuhan sipil, yang menunjukkan gambaran suram mengenai situasi global saat ini. Indeks Perdamaian Global (GPI) 2023 mengalami penurunan dalam sembilan tahun berturut-turut, dengan rata-rata penurunan di suatu negara sebesar 0,42%.
Hingga Mei 2024, krisis kemanusiaan di Gaza masih berlanjut, dan jumlah korban meningkat sejak Oktober 2023. Lebih dari 30.000 warga Palestina tewas akibat serangan Israel, dan banyak warga lainnya terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Sementara itu, di Eropa, perang Rusia-Ukraina menewaskan ribuan warga dan menyebabkan jutaan warga lainnya mengungsi. Mirisnya, belum ada tanda-tanda penyelesaian konflik dalam waktu dekat.
Konflik sipil di tempat-tempat lain juga tak kalah memprihatinkan. Perang saudara di Myanmar dan Sudan, atau pengambilalihan Haiti oleh geng bersenjata, masih berlanjut tanpa ada solusi yang jelas.
Protes di berbagai belahan dunia meletus sebagai respons atas kekerasan yang terus berlanjut terhadap warga sipil. Misalnya, demonstrasi pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat. Sayangnya, demonstrasi tersebut berujung pada penangkapan mahasiswa yang terlibat. Hal ini menunjukkan adanya pembatasan kebebasan dalam berekspresi, bahkan ketika itu menyangkut isu-isu global yang mendesak.
Kebebasan Pers dan Akses Informasi
Akses terhadap informasi sangat penting. Ketika krisis dan konflik berlangsung, kebebasan pers dan akses terhadap informasi menjadi lebih penting untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas serta membantu masyarakat membuat keputusan yang tepat.
Sayangnya, kebebasan pers masih dibatasi, terutama saat menyiarkan narasi yang bertentangan dengan perspektif pemerintah. Indeks Kebebasan Pers Dunia (WPFI) 2024 menyoroti penurunan dukungan terhadap otonomi media dan meningkatnya tekanan dari negara. Indikator politik mengalami penurunan paling besar, dengan rata-rata penurunan global sebesar 7,6 poin.
Contoh terbaru dialami Al-Jazeera, kantor berita yang diakui secara global, yang menghadapi penutupan operasi di Israel karena dituduh menimbulkan ancaman keamanan bagi negara tersebut. Menyusul keputusan pemerintah Israel, pihak berwenang menyita peralatan penyiaran Al-Jazeera, dan polisi menggerebek lokasi kantor berita tersebut di Yerusalem Timur.
Pembangunan Perdamaian dan Komitmen Kembali terhadap Hak Asasi Manusia
Konflik dan kerusuhan berdampak pada seluruh aspek kehidupan– manusia, alam, sosial ekonomi, dan budaya. Negosiasi yang efektif dan tindakan kolektif adalah kunci untuk mencegah hilangnya nyawa dan menjamin masa depan yang menjanjikan bagi generasi mendatang. Di antara semua upaya tersebut, mempertahankan kebebasan pers dan memastikan akses terhadap informasi merupakan langkah awal yang penting dalam proses pembangunan perdamaian. Dengan mengatasi permasalahan mendasar dan memupuk empati, pemerintah, organisasi, dan komunitas dapat mengambil langkah bertahap menuju perdamaian dan kebebasan berkelanjutan yang didukung oleh pemenuhan hak asasi manusia dan dialog konstruktif.
Editor: Nazalea Kusuma & Kresentia Madina
Penerjemah: Abul Muamar
Baca juga versi asli artikel ini dalam bahasa Inggris di Green Network Asia.
Kami harap konten ini bermanfaat bagi Anda.
Berlangganan Green Network Asia – Indonesia untuk mendapatkan akses tanpa batas ke semua kabar dan cerita yang didesain khusus untuk membawakan wawasan lintas sektor tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan keberlanjutan (sustainability) di Indonesia dan dunia.
Dinda adalah Reporter di Green Network Asia. Dia belajar Ilmu Hubungan Internasional di President University. Dinda bersemangat menulis tentang konsumsi berkelanjutan, isu keberagaman, dan pemberdayaan generasi muda.